Henny Purwonegoro dalam Mengarungi Pernikahan Beda Agama
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSat Dec 28 2019
Tidak mudah untuk mengayuh biduk rumah tangga hingga puluhan tahun. Namun, Henny Purwonegoro terbilang sukses menghadapi pasang surutnya badai dalam bahtera rumah tangganya bersama H. Mochamas Tauchid yang akrab dipanggil Totok.
Harmonis rumah tangganya bukan tidak mungkin ditiru oleh putri semata wayangnya, Rietma Dhanty Angelica yang akrab disapa Ima yang telah menemukan jodohnya, Elfonda Mekel alias Once Dewa.
Penyanyi era tahun 60-an kelahiran Jakarta, 10 November 1947 ini bertemu jodohnya di dunia musik. Maklumlah, dunia musik bukan saja ia yang menggeluti, tapi dari mulai ayahnya almarhum Mayor (purn) Angkatan Laut Rd. Henry Poerwonegoro adalah pecinta musik. Sementara ibunya Louise Mathilde Lutter Poerwonegoro (almh) adalah penyanyi gereja.
Dunia rekaman berhasil ia tempuh. Ya, memang karir Henny bersinar di tahun 60-an. Seiring dengan menanjaknya karir, pertemuan pasangan jiwa pun berasal dari dunia musik. Pemilik nama asli Henriette Louise Purwaningsih Poerwonegoro ini bertemu tambatan hatinya ini saat mengadakan pertunjukan musik di dalam maupun di luar kota.
Pertama kali bertemu saat mengisi acara Hankam di Jalan Merdeka Barat Jakarta, membuat perasaan Henny dan Totok semakin terpaut. Wanita lulusan ABA Jurusan Bahasa Jerman ini, tertarik dengan permainan drum Totok yang bergabung dalam grup musik Quarta Nada.
Disamping itu, Henny terpikat dengan sorot mata Totok yang begitu tajam dan penuh misteri. Totok sendiri menyukai sifat Henny yang aktif sebagai seorang penyanyi. Pertemuan berlanjut, latihan dan show bareng, merekatkan hubungan yang lebih serius.
Pasangan muda ini akhirnya memadu kasih sebagai sejoli yang dilanda asmara dalam ikatan pacaran. Masih duduk di bangku SMA, menjadikan keduanya mendapat ultimatum dari orang tua khususnya Totok, agar memiliki pekerjaan dulu sebelum meminang Henny.
Kenangan masa pacaran mereka berdua terbilang unik. Ada saat dimana sepulang kuliah, Totok yang kerap menjemput Henny ke kampus mesti petak umpet dengan ayahnya yang juga menjemput Henny. Ditambah lagi, romantisme mereka berdua saat itu dijalani di atas kendaraan roda tiga, becak. “Kita pacarannya memang lebih sering jalan-jalan naik becak,” ujar Totok.
Adalah wajar, jika cinta dikatakan bisa mengalahkan segalanya. Satu bukti, perbedaan agama antara Henny dan Totok, tak menjadi halangan meski orang tua mereka tak menyetujuinya.
Jalan belakang sempat jadi pilihan pasangan ini. Demi cinta yang teramat dalam, pria kelahiran 12 September 1947 ini, berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan keinginan orang tua Henny, punya pekerjaan dan penghasilan tetap sebelum menikahi putrinya.
Di tengah menyebarnya virus cinta, beriringan dengan karir yang terus menanjak bagi Henny. Begitu juga dengan kegigihan Totok, hingga mereka berdua punya kehidupan yang mapan.
Pacaran selama 10 tahun membuahkan hasil sebuah pernikahan. Niat tulus dan ikhlas untuk menikah dijadikan keyakinan penuh untuk disuguhkan pada kedua orang tua mereka. Tanggal 12 Januari 1975 mereka pun menikah.
“Kami memang menjalani ibadah kami masing-masing, tapi tetap dalam satu tujuan, yakni membina rumah tangga yang diridai dan diberkati Tuhan,” tambah Totok.
Syukurnya saat itu proses pernikahan antaragama tak sesulit saat ini. “Waktu itu kami menikah dua kali dalam sehari. Pagi dinikahkan oleh penghulu, siang harinya oleh pendeta,” jelas Henny. Malam harinya dengan menyebar hampir seribu undangan, pasangan ini menggelar pesta resepsi di sebuah gedung di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Setelah menikah, awalnya Henny dan Totok tidak berniat untuk berbulan madu. Tapi memang dasar rezeki, tepat beberapa bulan setelah menikah, Tiba-tiba Totok dan band yang membesarkan namanya mendapat job untuk bermain musik dalam sebuah kapal pelayaran yang melakukan perjalanan ke Amerika selama enam bulan. Maka, sambil bekerja Totok dan Henny pun berbulan madu.
Lantaran acara Aneka Ria Anak-Anak di TVRI, nama Kak Henny dan Kak Seto, begitu mereka biasa disapa, jadi terkenal. “Pokoknya sejak itu kalau ada acara anak-anak, kami pasti tampil berdua. Bahkan, kami juga sempat bikin album lagu anak-anak dan rekaman dongeng anak-anak,” ucap mantan penyanyi istana yang sebelumnya pernah membawakan acara Lagu Untuk Anak dan Mari Bermain di TVRI.
Dengan mengisi acara tersebut, Henny tak hanya merasa senang lantaran mendapatkan job serta penghasilan tambahan. Lebih dari itu, ia merasa terhibur dengan keriangan serta kemeriahan anak-anak tersebut.
Apalagi setelah menikah, Henny dan Totok tak langsung dianugerahi seorang anak. Pasangan ini baru memiliki momongan setelah lima tahun menikah. Bayi mungil bernama Rietmadhanty Angelica yang kerap disapa Ima lahir tepat 7 April 1981.
Perencanaan dari Tuhan, dianggap sebagai anugerah yang sangat besar. Ima, putri semata wayangnya lahir saat Henny dan Totok sudah punya rumah. Seperti Henny, putrinya pun sudah menunjukkan sense of music yang tinggi. “Pokoknya darah seni kami berdua juga mengalir dalam tubuhnya,” ujar Henny yang pernah tampil bareng dengan Ima dalam iklan Inzana.
Bergulirnya waktu, mengantarkan Ima jadi dara jelita nan cantik. Soal pergaulan, Henny dan Totok tak pernah membatasi buah hatinya itu. Tanpa kekangan dan otoritas di keluarga, justru Ima jadi anak yang mandiri dan pandai bergaul.
Untuk teman hidup pun Henny dan Totok tak pernah memaksakan kehendak. Pilihan anak, asalkan baik untuknya tentu disetujui. Pria yang cocok, dijatuhkan pada Elfonda Mekel alias Once merupakan pilihan asli Ima. “Dia mau pacaran sama siapa, kami tidak pernah melarang. Kalau dia putus dengan pacarnya pun saya tidak mau ikut campur karena kami berdua yakin, kalau Ima tahu mana yang baik dan yang tidak. Semua terserah dia,” ujar Henny.
Berjalan di atas perbedaan, bagi Henny dan Totok, adalah penyempurna hidup di atas tali pernikahan. Bagi mereka keharmonisan akan tetap terjalin dengan saling menghormati satu sama lain. Perbedaan inilah yang Henny dan Totok bisa jadikan contoh pasangan yang justru awet selama lebih dari 30 tahun. Putri semata wayangnya pun memang sudah diberikan pemahaman sejak dini, bahwa orang tuanya tak pernah saling mempengaruhi. “Kami tidak saling mempengaruhi. Agamamu, ya, agamamu. Keyakinanmu, ya, keyakinanmu,” ujar Totok. (Kroscek)
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)