Skip to main content
Categories
InspirasiKehidupanRumah Tangga

Menikah Muda? Yakin…?!

Seseorang pernah mengatakan kepada saya, choose your chocolate wisely. Jangan sampe bikin sakit perut. Arti cokelat di sini adalah pasangan hidup. Jika kamu memimpikan kehidupan harmonis dalam satu kali pernikahan, maka carilah pasangan hidup dengan teliti dan bijaksana.

Pernikahan bukanlah sebuah puncak keberhasilan. Jika dalam travelling, kamu baru saja packing mempersiapkan baju yang cocok dan sepatu yang nyaman. Di perjalanan nanti, Kamu juga harus menyiapkan daftar musik (variasi) untuk membunuh kebosanan, mengalami turbulensi (problematika), jetlag (jenuh) dan mendapati bahwa liburan (kehidupan rumah tangga) kamu ternyata tidak menyenangkan. Dalam traveling, kamu bisa langsung memesan kembali tiket pesawat untuk pulang. Di dalam sebuah penikahan, kamu harus mencari solusi berulang-ulang.

Sama halnya dengan travelling, pernikahan juga tidak bisa dipaksakan, diburu-buru waktu apalagi sekedar tuntutan untuk menunjukkan keberhasilan. Pernikahan adalah sebuah rencana besar, karena di dalamnya akan banyak masalah perintilan yang menunggu, harus ada kesabaran yang ditinggikan, ego yang dikurangi, kenyamanan yang harus selalu diciptakan, menyatukan dua hati, pendidikan anak, jaminan masa depan dan tetek bengek lainnya termasuk surat-surat formalitas. Untuk rencana sebesar itu, harus ada persiapan matang dan mental yang kuat. Tidak semudah memasukkan baju dan topi pantai ke dalam koper.

Sayangnya, banyak yang mempercayai mitos seputar keuntungan menikah muda, yang malah menjadi boomerang bagi kehidupan rumah tangga. Tidak dipungkiri beberapa ada yang berhasil, namun hanya sedikit berbanding banyak. Berikut adalah beberapa mitos tersebut:

  1. Semakin cepat menikah, semakin cepat pula mereka dewasa. Namun pada kenyataannya, lebih banyak dari mereka yang depresi. Karena dalam fasenya, mereka masih butuh banyak experience, proses pencarian jati diri, meningkatkan kualitas, memperkuat passion dan belum siap terpukul palu godam yang bertuliskan pernikahan. Resikonya, banyak yang menyerah di tengah jalan dan persentase perceraian semakin meningkat. Lebih buruk lagi, kedepresian tersebut bisa dilampiaskan pada hal-hal negatif seperti KDRT, perselingkuhan, bahkan tidak sedikit yang memutuskan bunuh diri.
  2. Menikah akan memperlancar rejeki. Namun pada kenyataannya, rejeki tidak bisa dirumuskan sesimpel itu. Tentu akan lebih menyenangkan jika traveling dengan persiapan yang matang dan kebutuhan yang sudah terencanakan. Bukan hanya niat pergi dan akhirnya linglung, terdampar di sebuah daerah antah berantah, lalu susah untuk pulang. Hal yang patut diperhitungkan untuk pernikahan adalah finansial yang berperan penting untuk keharmonisan keluarga. Jangan membuat masa depan dan kehidupan keluarga kamu menjadi gambling.
  1. Merasa cocok dengan pasangan menjadi alasan untuk menikah? Perlu diketahui bahwa kehidupan berpacaran jauuuuh di bawah step pernikahan. Kamu perlu adaptasi lagi dengan pasangan dan menemukan lebih banyak kendala yang harus diatasi dan dibiasakan. Lots of ups, lots of downs. Percikan kebahagiaan di dalam hati kamu ketika kontak dengan pasangan, akan menjadi hal biasa. Malah akan menjadi membosankan jika kamu tidak pandai menciptakan variasi yang membuat kehidupan romansa selalu on fire.

Mulailah menjadi pribadi yang bahagia tanpa harus dibebani oleh sesuatu yang belum siap dijalani. Jangan hiraukan mereka yang hobi menanyakan status kelajangan Kamu. Percayalah, jika rumah tangga kamu sudah seperti telur di ujung tanduk pun, saya yakin, mereka akan lebih memilih mengorek kuping sambil merem melek daripada membantu mencarikan solusi.

Saya jadi ingat Leonardo Dicaprio yang usianya sudah hampir setengah abad dan sampai saat ini masih lajang. Ia pernah mengatakan, ‘That time will come when that time comes. The truth is, you can’t predict marriage. You can’t plan it. It’s just going to happen when it happens.’

Begitupun ketika kamu sudah siap dan mulai menemukan problematika, kamu tidak akan terkejut karena jantung kamu sudah kuat, penyangga kamu sudah kokoh. Kamu dan pasangan yang sama-sama belajar, akan mencari solusi dan memecahkan masalah dengan lebih dewasa. Malah problematika tersebut bisa berubah menjadi bumbu yang membuat kehidupan romansamu semakin kaya rasa.

Mulailah mempersiapkan passport pernikahan dan kebutuhan kamu selama travelling ke kehidupan rumah tangga. Ketahui resiko, keuntungan, kerugian, kesiapan mental dan nikmati perjalanannya. Jika kamu bijak dalam memilih, teliti dalam memilah, dijamin, kamu akan betah dan tidak butuh tiket untuk kembali pulang.

That time will come… and find your chocolate.




Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends