Skip to main content
Categories
BeritaHer StoryInspirasiKehidupanSosial

Meriyati Roeslani Hoegeng Terbaring Sakit

Meriyati Roeslani lahir pada 23 Juni 1925. Tak banyak yang diketahui dari masa kecilnya. Ia dinikahi oleh Hoegeng Imam Santoso pada tanggal 31 Oktober 1946.

Beberapa bulan setelah menikah, Hoegeng masih menjadi kadet Akademi Kepolisian Yogyakarta mendapat tugas dari Kapolri saat itu, R.S. Soekanto, untuk menyusun jaringan sel intelijen subversi, dengan tugas menghimpun informasi, hingga membujuk pasukan NICA membelot dan membela Indonesia.

Meski tidak digaji, Hoegeng menjalani tugasnya dengan rasa nasionalisme yang tinggi.

Untuk memuluskan penyamarannya, ia memutuskan melamar menjadi pelayan sebuah restoran yang biasa didatangi orang Indonesia dan orang Belanda bernama “Pinokio”. Di sana, Hoegeng diterima menjadi pelayan namun, lagi-lagi tak ada gaji untuknya. Sebagai ganti, pemilik resto memberikan makanan gratis tiap hari untuk pegawainya. Di tempat yang sama, Merry juga berjualan sate untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tak ada seorang pun yang tahu Hoegeng dan Merry adalah pasangan suami istri saat itu.

Selama mendampingi Hoegeng, Merry selalu setia dan penuh pengertian. Padahal ia tak pernah sekalipun mengecap mewahnya kehidupan menjadi istri pejabat negara. Merry tampaknya sudah terbiasa dengan kondisi serba sulit apalagi ditambah dengan kemauan Hoegeng yang tak pernah berpikir untuk hidup mewah.

Saat pindah ke Jakarta, Merry dan Hoegeng juga sempat tinggal di garasi mobil seorang kerabat.

Setelah menjadi perwira, Hoegeng tetap hidup pas-pasan. Untuk itu istrinya, Merry Roeslani membuka toko bunga di garasi rumah dinasnya.

Toko bunga itu ternyata cukup laris dan terus berkembang.

Tapi sehari sebelum Hoegeng dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (kini jabatan ini disebut dirjen imigrasi) tahun 1960, Hoegeng meminta Merry menutup toko bunga tersebut.

Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan Merry. Apa hubungannya dilantik menjadi kepala jawatan imigrasi dengan menutup toko bunga?

“Nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang ibu, dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya,” jelas Hoegeng.

Merry yang selalu mendukung suaminya untuk hidup jujur dan bersih memahami maksud permintaan Hoegeng itu.

Ia rela menutup toko bunga yang sudah maju dan besar itu.

Hoegeng diangkat menjadi Kapolri ke-5 pada tahun 1969. Namun jabatan itu disandangnya hanya 2 tahun saja akibat kejujuran dan idealisme yang dimilikinya. Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng diberhentikan dari jabatan sebagai Kapolri oleh Presiden Soeharto yang tidak suka karena Hoegeng ngotot untuk menyelidiki kasus pemerkosaan ‘Sum Kuning’.

Usai tak menjadi polisi, Hoegeng pulang ke kampung halamannya di Pekalongan untuk bertemu ibunya.

Di sana, Merry menceritakan Hoegeng menyatakan pada ibunya bahwa ia tak lagi memiliki pekerjaan.

“Saya tidak bisa lupakan itu. Dia sungkem lalu berkata, ‘saya tidak punya pekerjaan lagi, Bu’. Ibunya mengatakan, ‘kalau kamu jujur melangkah, kami masih bisa makan nasi sama garam.’ Itu yang bikin kita kuat semua,” kenang Merry.

Setelah pensiun sebagai Kapolri, Hoegeng dimasukkan ke dalam daftar hitam sebagai figur yang berlawanan dengan Soeharto.

Ia bahkan dilarang hadir dalam HUT Polri yang diperingati setiap 1 Juli.

“Yang saya ingat itu bapak dipensiunkan umur 49 tahun. Padahal masih banyak yang harus dilakukan. Saya menghadapi waktu yang berat tapi masih mau bekerja membetulkan semuanya,” katanya sedih.

Usai pensiun meskipun pernah menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng tidak memiliki rumah dan kendaraan pribadi. Namun Merry terus mendampingi Hoegeng selama lebih dari setengah abad, hingga akhirnya Hoegeng wafat pada 14 Juli 2004, setelah terserang penyakit stroke dan jantung.

Sesuai wasiatnya, Hoegeng tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Jasadnya akhirnya dikebumikan di Pemakaman Umum Giri Tama, Bogor. Sebuah tempat yang cukup terpencil, untuk mencapainya diperlukan sekitar 1 jam perjalanan dari Stasiun KA Bojong Gede.

Di usia senjanya, Merry masih terlihat bugar. Bicaranya juga masih bagus, dan masih kuat berjalan kaki dengan sehat. Bahkan ingatan Merry masih tetap kuat, meski seluruh rambutnya telah memutih.

Namun kondisinya belakangan ini agak melemah dan sering sakit-sakitan.

Semoga lekas sembuh Ibu Merry.

(dari berbagai sumber)

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends