Skip to main content
Categories
KehidupanKemanusiaanPendidikanRumah TanggaWoman Talks

Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK), Peran Perempuan Lawan Korupsi

”If you want something said, ask a man. If you want something done, ask a women.”

(Jika anda mau sesuatu dibicarakan, minta kepada pria. jika anda mau sesuatu dilakukan, minta kepada perempuan) – Margareth Thatcher –

Masih ingat dengan nama Evy Susanti, istri dari Gatot Pujo Nugroho, yang terlibat korupsi dana Bansos, BDB serta BOS di Sumatra Utara? Ya, Evy Susanti terlibat kasus penyuapan terhadap para aparat hukum, guna “membantu” suaminya, agar lolos dari jeratan hukum karena terlibat korupsi. Evy sendiri pada akhirnya divonis 2 tahun penjara dengan denda sebesar Rp. 150.000.000,- subsider masa kurungan 3 bulan.

Evy, adalah potret para perempuan yang seringkali terlibat dengan kasus korupsi yang menimpa suaminya. Ada banyak kasus seperti Evy, yang terjadi di jajaran elit kita. Pun tak banyak pula, perempuan, yang menerima getah, dari perbuatan suami, meski ia tak tahu jika suaminya terlibat korupsi. Ya, seringkali memang seperti itu. Jika seorang suami terlibat korupsi, maka kerabat terdekatnya otomatis terkena getahnya, terutama ya istri serta anak-anaknya. Padahal, belum tentu juga mereka terlibat dengan korupsi yang diakukan suaminya.

Wacana-wacana seperti para perempuanlah yang mendorong seorang laki-laki melakukan korupsi, demi memenuhi kebutuhan serta gaya hidup pasangannya, memang seringkali terdengar, saat ada seorang suami tertangkap karena terlibat korupsi. Padahal belum tentu hal tersebut benar adanya. Seringkali, perempuan, justru tak tahu apa yang dilakukan suami mengenai apa saja, serta seluk beluk pekerjaannya. Hal ini dianggap wajar sebenarnya di masyarakat kita, karena konsep patriakhi, yang menyebabkan peremuan, cenderung dianggap bodoh, dan tak perlu tahu serta turut campur dengan pekerjaan suami. Sementara disisi lain, sebagian besar perempuan di masyarakat kita memang mempunyai konsep sebagai kanca wingking, yang menganggap tabu serta saru saat bertanya tentang seluk beluk serta tetek bengek pekerjaan suami.

Atas dasar pemikiran bahwa perempuan adalah tiang negara, dan juga seorang ibu, pada dasarnya adalah seorang guru utama, dan yang terutama, dalam mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai kejujuran serta pendidikan karakter yang baik, maka KPK membentuk sebuah gerakan bernama SPAK, Saya Perempuan Anti Korupsi.

Hal ini bukan saja karena para perempuan ini sebagai tiang utama dalam keluarga, melainkan juga karena para perempuan, seringkali memang menjadi korban utama perilaku korupsi. Sudah buka rahasia umum lagi, jika para laki-laki sibuk bekerja, maka para ibu-lah biasanya yang memegang tanggung jawab di rumah. Mulai dari mengurus kebutuhan rumah tangga hingga tetek bengek surat serta legalitas hukum sebagai warga negara. Dari yang namanya KTP, Kartu Keluarga, surat keterangan ini itu, Posyandu dan segala macam, memang biasanya diurus oleh para perempuan. Dan sudah menjadi rahasia umum, selalu saja ada pungli saat mengurus segala surat-surat semacam itu.

Di sisi lain, salah satu akibat korupsi yang terdampak langsung pada perempuan, adalah tingginya angka ibu hamil dan melahirkan. Ya, minimnya informasi, serta akses kesehatan, mahalnya biaya kesehatan dan obat-obatan, yang seringkali karena adanya korupsi di internal jajaran kesehatan, menyebabkan banyak raport merah. Tercatat, ada angka kasus 359 ibu yang meninggal dunia karena hamil atau melahirkan, per 100.000 kasus kehamilan. Dan ini merupakan angka kematian ibu hamil/melahirkan tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Angka ini muncul dari Indonesia Support Facility, yang merujuk pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012.

Oleh sebab itu, program pengembangan SPAK, yang untuk saat ini, sudah ada cabangnya di setiap propinsi di negara ini, setelah 2 tahun terbentuk. Diharapkan menjadi ujung tombak utama pencegahan tindak pidana korupsi dari lingkungan keluarga. Karena biasanya, segala sesuatu, aktifitas apapun, ya memang berawal dari rumah, dan perempuan, diharapkan berperan aktif dalam hal ini. Seperti kata Johan Budi dari KPK,

“Perempuan sebagai ujung tombak. Ibu menanamkan nilai-nilai kepribadian kepada anak sejak dalam kandungan. Peran ibu sangat penting. Oleh sebab itu, menyikapi perkembangan, ibu sebagai penjaga moral di keluarga, seharusnya, mengingatkan suami untuk tidak korupsi. Jangan berkolaborasi dengan suami untuk korupsi.”

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends