Skip to main content
Categories
HeadlineHer StoryInspirasiKarir

Tetaplah Kerja Keras untuk Mimpimu, Semuanya Mungkin Terjadi

Sejujurnya, dalam hidup ini…, aku gak pernah berpikir bakal menginjak tanah jauh ke Eropa, let alone Eropa Timur. Lahir di Balige (kabupaten kecil di tepi Danau Toba, Sumatera Utara) dan menghabiskan masa remaja di Medan. Aku pikir aku akan berakhir jadi perempuan yang jaga toko di BLOK M, paling top. Pindah ke Jakarta dan direndahkan banyak orang karena penampilan yang layaknya serta aksen “ayam kampung masuk kota”… Aku berpikir keliling Indonesia saja seperti mimpi kejauhan.

Setelah sukses diving dari Sabang sampai Merauke, yang sudah kayak mimpi super indah jadi kenyataan buatku yang harusnya ENGGAK MUNGKIN KECAPAIAN dengan segala keterbatasan, aku berpikir…, mungkinkah impian keliling dunia kecapaian?

Sekarang, duduk merenung di atas jembatan yang melintasi kota Praha, melintas bayangan-bayangan perjuangan awal membangun semua yang kuraih saat ini. Saat hanya memiliki Rp 15 juta untuk membuka kantor dengan ukuran 3×4 meter. Saat meminjam modal 35 juta untuk memulai bisnis. Saat di akhir bulan selalu menangis karena harus membayar gaji karyawan dan vendor, sementara pembayaran dari klien belum juga masuk. Uang kas hanya Rp 3 juta saja. Sungguh 2 tahun pertama yang stressful karena cash flow yang kurang lancar.

Kini, aku menyadari, kalau kita benar-benar menginginkan maka impian bisa jadi kenyataan asal mau bekerja keras untuk itu… semuanya SANGAT MUNGKIN untuk tergapai.

Aku bersyukur untuk segala kebaikan Tuhan dalam hidupku. Karena bertambah tahun-tahun, bertambah pula keyakinan bahwa gak ada yang ga mungkin di hidup ini.

Begini ceritanya.

Aku orangnya memang bosenan. Jadi sudah gak kehitung berapa kali pindah bekerja dari satu perusahaan advertising ke perusahaan yang lain.

Ketika terakhir aku memutuskan resign dari kantor yang lama, sebenernya aku udah gak tau mau kerja apa nanti dan apakah kembali melamar ke perusahaan yang lain. Aku cuma mau nikmatin hidup aja.

Jadi aku cuma travelling ke berbagai tempat, lalu ditulis di blog. Tapi bukan berarti uangku banyak. Sebenarnya kita gak perlu kebanyakan gaya kok untuk menikmati hidup. Misalnya kalau aku ke Bali. Aku menginap di rumah teman, lalu ke pantai kuta cukup jalan kaki, beli nasi kucing seharga Rp 5,000, menikmati pantai dan laut, menyenangkan kan.

Aku sama sekali gak mau awalnya untuk membuka PR Consulting sendiri. Itu karena ‘dikejar-kejar’ terus sama eks-klien-ku di kantor lama yang terus mendorongku untuk membuka sendiri usaha di bidang komunikasi ini.

Awalnya aku tolak. Karena aku sadar untuk membuka usaha sendiri perlu banyak hal yang aku persiapkan, gak cuma mental. Sewa kantor, beli berbagai perlengkapan, menggaji karyawan…, wah, banyak yang aku belum siap untuk itu.

Tapi klienku itu terus aja mendesak. Akhirnya saat aku lagi ada di Singapura, klienku itu sampai mengejar ke sana. Meminta sekali lagi untuk aku membuka sendiri kantor PR ini. Dengan rasa untuk menghormati dia yang begitu menyanjungku waktu itu, ya aku terima saja project dari sebuah perusahaan besar itu, produsen perlengkapan olahraga.

Maka dimulailah berbagai project yang diberikan padaku dari klienku itu. Gak cuma satu, banyak. Aku buka usaha ini dengan berjibaku, belajar membangun usaha. Uangku hanya Rp 15 juta, lalu aku pinjam uang adikku 35 juta. Hampir tiap bulan aku menangis. Ya karena aku harus membayar vendor-vendor, membayar gaji karyawanku. Bahkan pernah di akhir bulan uangku hanya Rp 3 juta, sedangkan aku sudah harus membayar gaji karyawan. Sementara pemasukan dari klien belum dibayar. Tapi untungnya keesokan harinya ada klien yang mentransfer uang pembayaran.

Tiga bulan pertama aku bingung dengan persoalan finansial, bagaimana menggaji karyawan. Bagiku tidak boleh gaji terlambat. Itu bentuk tanggungjawab moral.

Ini benar-benar sulit banget dan selama berjalan, sejauh ini lebih baik. Kecuali di tahun pertama. Kaki ke kepala, kepala ke kaki.

Pekerjaan di belakang meja itu sangat banyak seperti keuangan, infrastruktur, rekrutmen orang, operasional, ada pajak yang harus diurusi, dan saat itu aku cuma dibantu seorang teman yang sama sekali dia tidak memiliki latar belakang PR.

Ini karena aku masih melakukan semuanya sendiri, mulai dari pembuatan proposal, presentasi proyek, monitoring. Dari hulu hingga hilir, dikerjain sendiri.

Setelah tiga bulan pertama, aku berani menambah satu orang tenaga kerja. Di tahun pertama, Piar Colsuting menerima sedikitnya tujuh merek. Dan di tahun-tahun berikutnya mulai bertambah klien yang ditangani dalam setahun, belasan, hingga puluhan.

Selama 2 tahun awal itu aku menjalankan usaha ini ‘berdarah-darah’, gak gampang, berat banget. Tapi aku selalu bersyukur selalu punya teman-teman dekat, sahabat yang terus kasih motivasi bahkan dukungan nyata untuk bisa meneruskan usaha ini.

Sekarang, PR Consulting ini bisa jalan dengan keuangan yang cukup, yang bisa membuatku travelling ke mana saja bertahun-tahun.

Saat ini yang harus kulakukan adalah membesarkan kantor ini lebih dari sekarang. Saatnya tumbuh menjadi PR yang lebih bonafide. Soalnya aku sadar, turn over pegawai di kantor ini cepat sekali. Ya mungkin karena para karyawanku merasa ini hanya kantor kecil, padahal untuk menjadi besar, gak mungkin bisa kalau tidak dari kecil. Pernah suatu kali, besok kita akan menyelenggarakan event besar, eh tiba-tiba satu karyawanku gak masuk. Dan memutuskan resign begitu saja. Rasanya seperti diputusin pacar tiba-tiba tanpa penjelasan.

Sedikit tips untuk yang baru mulai usaha.

Jangan mencampur adukkan uang usaha dengan uang pribadi, gak usah kebanyakan gaya musti beli ini itu untuk bergaya, fungsional aja, beli yang kita butuhkan, bukan yang kita mau. Terakhir, harus siap bekerja keras sampai lewat tengah malam demi untuk mempersiapkan pekerjaan kita bisa berhasil dengan baik

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends