Skip to main content
Categories
BeritaKemanusiaan

Aliansi BEM Jakarta Mengkritik Pemberian Fasilitas Hotel Untuk Tenaga Medis? Dik, lebih baik kalian kuliah saja dulu yang benar

Seminggu belakangan, jagat maya diramaikan oleh berita tentang pernyataan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jakarta yang mengkritik soal penempatan tenaga medis di hotel berbintang milik Pemrov DKI Jakarta. Mereka beranggapan bahwa penempatan tenaga medis di hotel berbintang itu terlalu berlebihan. “Fasilitas hotel bintang 5 untuk tim medis dinilai berlebihan. Lantas apakah itu menjamin bahwa masyarakat Jakarta tidak terinfeksi virus Corona karena belum meratanya tindakan pencegahan dari Gubernur Jakarta terkait virus Corona  di kalangan masyarakat menengah ke bawah” kata Yazid Albustoni salah satu perwakilan aliansi BEM yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Stikes Binawan. Seketika itu saya bertanya-tanya, ada apa dengan mereka?

Dari kabar yang saya dapat, tujuan awalnya mereka mengadakan konfrensi pers adalah untuk membahas tentang “Lockdown, Solusi atau Politisasi?” Tapi entah mengapa, di akhir-akhir acara, mereka justru mengkritik kebijakan Gubernur Anies Baswedan yang menjadikan hotel Grand Cepaka sebagai tempat persistirahatan para tenaga medis, dan juga mengkritik kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) serta melonjaknya harga APD tersebut, hingga akhirnya berbuntut panjang.

Jujur, saya miris dengan pernyataan mereka. Menurut saya, mereka itu memberikan pernyataan tanpa dipikir terlebih dahulu. Sepanjang saya hidup yang nyaris 50 tahun, baru kali ini Indonesia bahkan dunia mengalami pandemi sebuah penyakit secara bersamaan seperti sekarang. Dan pastinya mereka yang bersuara sumbang seperti itu bukanlah anak-anak yang lahir di awal tahun 90an atau bahkan 80an hingga dapat merasakan apa itu reformasi. Dan tak mungkin juga mereka yang lahir di tahun 70an seperti saya, tapi mereka yang lahir tahun 2000an, anak milenial sebutan kerennya.

Kembali kesoal Aliansi BEM Jakarta. Berdasarkan penelurusan, disana tak terlihat BEM dari kampus besar seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Islam Negeri (UIN), kemana BEM dari ketiga kampus Negeri tersebut? Sementara pihak BEM dari Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ), mengatakan, bahwa perwakilan yang datang saat konfrensi pers itu sebenarnya adalah mahasiswa yang sudah lulus. Begitu pula pernyataan dari kampus Trilogi, BEM saat ini mengatakan bahwa perwakilan yang datang itu sebenarnya sudah lulus sejak tahun 2018. Kemudian berturut-turut datang bantahan dari BEM kampus Jayabaya dan BEM kampus Indonusa Esa Unggul yang menyatakan bahwa perwkilan yang datang ke acara tersebut bukan BEM kampus mereka. Jadi ada kemungkinan Aliansi BEM Jakarta ini bodong alias bohongan. Mungkin masih oke jika disebut Aliansi Alumni BEM Jakarta.

Setelah berita itu mencuat, banyak kritikan yang datang dari para netizen. Rata-rata mereka menyayangkan pernyataan Aliansi BEM Jakarta, dengan nada yang beraneka ragam, mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang kasar.

aryoprygo99 di twitter mengatakan :

“Lebih baik membantu pemerintah dan membantu warga yang
belum bisa makan untuk hari ini, dari pada bersuara “nilai fasilitas hotel
bintang 5 untuk tenaga medis berlebihan” buat apa lu bersuara untuk itu
kaga ada guna coy. Bikin malu aja !!!

AisyadiaaMawar @Aisyadiaa di instagram mengatakan :

“Sejarah akan mencatat.. Ini adalah  AKSI PALING MEMALUKAN Yg mengatasnamakan
Aliansi BEM

Kok bisa2nya ada Mahasiswa menggonggong kebijakan Pemprov DKI
membantu Paramedis. Hrs nya kalian bikin sesuatu ikut bantu bukan mengkritik yg
bantu.”

Lagi-lagi membuat saya berfikir, kalau memang benar mereka adalah mahasiswa yang masih kuliah seperti yang mereka katakan, tak seharusnya bahkan tak sepantasnya mereka mengkritik seperti itu. Seolah-olah nyawa para tenaga medis yang sudah berjuang di garda terdepan ini tak ada harganya sama sekali, apalagi Yasid Albustomi itu berasal dari Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan loh (saya tahu benar kampus ini, karena jarak kampusnya cuma 2 km dari rumah). Dan daripada hanya mengkritik hal-hal yang saya anggap bodoh seperti itu, ada baiknya mereka, terutama Yasid Albustomi itu mendaftarkan diri sebagai tenaga sukarelawan untuk wabah ini. Apalagi Presiden Mahasiswa Stikes Binawan itu berkecimpung di bidang kesehatan, pasti tahu benar dengan prosedur kesehatan.

Jika mereka (yang ngakunya) para mahasiswa itu menolak untuk menjadi relawan, ada baiknya ya mereka tak usah nyinyir, tak usah pula berkomentar miring seperti itu, tenaga medis itu nyawa loh taruhannya, dan tenaga medis itu berjuang tanpa pamrih.  Seharusnya mereka diapresiasi bukan dinyinyiri, tau kan kalau di Semarang ada jenazah perawat yang ditolak oleh keta RT nya sendiri? Coba berpikir sejenak, apakah kalian sudah memberi kontribusi terbaik untuk negara ini? Jika kalian belum memberikan kontribusi apa-apa untuk bangsa Ini, lebih baik diam!

Atau menurut analisa serampangan saya, jangan-jangan mereka ditunggangi oleh orang-orang yang memiliki ‘kepentingan’ tertentu. Istilahnya netizen Pansos alias Panjat Sosial.

Pesan saya untuk mereka

“Dik… daripada kalian nyinyir soal fasilitas hotel untuk tenaga medis, dan kalian juga enggan untuk jadi relawan covid-19, lebih baik kalian belajar saja yang benar biar cepat lulus. Cepat dapat pekerjaan, jadi nggak tergantung  dan minta duit terus sama orang tua kalian”.

• RINA •

Seseorang yang doyan makan, tapi bisa masak. Suka baca dan sedang belajar jadi penulis.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends