Skip to main content
Categories
InspirasiRumah Tangga

Anak Tidak Butuh Ibu yang Sempurna

“Your kids doesn’t need a perfect mom, they need a happy one”

Ungkapan atau quotes ini seringkali muncul pada akun-akun parenting di media sosial. Ini menunjukkan bahwa menjadi ibu bahagia itu jauh lebih penting dan mendesak dibandingkan berusaha menjadi sosok ibu sempurna. Tidak ada ukuran pasti yang bisa digunakan untuk melukiskan sosok seorang ibu yang sempurna bagi anak dan keluarganya.

Baru-baru ini seorang sahabat yang tengah berbahagia dengan bayi barunya bercerita pada saya. Begitu banyak orang di sekitarnya yang memberikan banyak komentar a, b, c dan d mengenai tumbuh kembang bayinya. Dan hebatnya si ibu baru ini hanya menanggapi dengan senyum dan santai alias tidak ‘baperan.’

Padahal sahabat saya ini acapkali mengaku pada saya bahwa dia merasa lebih sensitif semenjak hamil anak keduanya, setelah sebelumnya mengalami keguguran. Namun setelah si bayi ini muncul ke dunia ia lebih santai menghadapi komentar orang lain. Dan atas santainya ia menanggapi, ia mampu memberi ASI penuh hingga 6 bulan tanpa campuran susu formula (sufor).

Tanpa bermaksud mendiskreditan bayi yang menyusui dengan sufor. Namun pencapaian 6 bulan menyusui ASI full saya apresiasi. Karena pengalaman saya dengan dua bayi sebelumnya tidak sehebat sahabat saya yang badannya mirip anak SMP itu.

Ibu baru dan ibu menyusui kerap kali dihinggapi perasaan frustasi mengurusi bayi yang sering rewel, apalagi jika si ibu masih kurang memiliki pengetahuan tentang merawat bayi dengan benar. Ditambah beraneka ragam komentar orang sekitar yang biasanya cenderung ‘sok tahu’ berdasarkan kebiasaan mereka dahulu membesarkan anak masing-masing. Sehingga masukkan yang semula bertujuan baik malah menjadi beban baru bagi si Ibu yang rentan terkena sindrom baby blues.

Dari sini saya berpikir, ungkapan di atas benar adanya. Bahwa urgensi kebahagiaan seorang ibu itu mempengaruhi tumbuh kembang anak dan mood seisi rumah. Tidak percaya? Coba lihat ibu yang emosinya tidak stabil, temperamen dan suka teriak-teriak, akan memicu anak malas di rumah dan ayah yang pulang lebih larut dan cenderung tidak ambil andil dalam tumbuh kembang anak, terlepas dari kondisi pekerjaan si ayah.

Karena bagaimanapun pasangan yang bekerja pasti menginginkan pulang ke rumah dengan perasaan hommy (nyaman dan rindu). Hasil penelitian terbaru menunjukkan keluarga yang ayahnya terlibat secara langsung pada pola asuh akan meningkatkan kepercayaan diri sang anak kelak di kemudian hari.

Seorang ibu yang bahagia mampu menciptakan surga kecil di rumahnya, ia akan mengasuh anak dengan penuh cinta, mengurus rumah dengan hati gembira, dan memasak penuh suka cita. Jikalau pun ia lelah ataupun merasa kesusahan, sebisa mungkin tidak dihiraukan karena menjadi seorang ibu sendiri adalah kebahagiaan. Dan ibu biasanya tidak menganggap letihnya itu penting, berkeyakinan bahwa hati yang gembira adalah obat.

Ibu yang merasa puas dan bahagia akan berkontribusi terhadap kehidupan sosial dan perkembangan emosional anak-anaknya. Dan kebahagiaan ibu ini melebihi kebahagiaannya ketika lulus dengan nilai cumlaude, mendapatkan promosi jabatan atau kenaikan gaji. Anak yang terlahir dalam lingkungan harmonis pun lebih cepat menyelesaikan masalah dan lebih bijak mengambil keputusan dalam hidup mereka kelak.

Kasih sayang, kepekaan dan kelemah-lembutan Ibu inilah yang menjadi kodrat illahi yang tidak dimiliki seorang pria. Untuk seorang anak, rasa peka dan kelembutan ibulah yang biasa mereka manfaatkan untuk berbagi dan mencurahkan isi hatinya serta seluruh beban dan masalah kehidupannya. Sebaik-baiknya seorang ayah, tetap tidak dapat dipungkiri ia tidak dapat menggantikan peran sebagai ibu.

Generasi hebat adalah generasi yang dilahirkan bukan dari seorang ibu lulusan perguruan tinggi ternama, dosen ataupun guru. Generasi hebat adalah generasi yang dilahirkan dari seorang ibu yang bahagia dengan kelahiran buah hatinya dan merasa nyaman dengan peran barunya. Karena Ibu adalah sumbu rumah tangga, kebahagiaan Ibu ikut menentukan kebahagiaan keluarga. Yuk, ibu jangan lupa bahagia.(Dian Yulia)

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends