Antara Adelina dan Grace Natalie, Cerita Perempuan di Negeri Ini
- Post AuthorBy Margaretha Diana
- Post DateWed Feb 21 2018
Sabtu kemarin (17/02/2018), isak tangis mewarnai bandara El Tari Kupang. Hari itu, jenasah Adelina Jemira Sau, TKW asal Kupang, yang menjadi korban penganiayaan oleh majikannya, dipulangkan dari Malaysia. Menurut keterangan yang didapatkan dari kedutaan besar RI di Malaysia, korban Adelina, tak hanya mendapatkan luka fisik, tapi juga meninggal dunia karena kelaparan, tak diberi makan oleh majikannya.
Kasus ini, hampir tak ada suaranya. Hanya sedikit sekali dibahas, dan terdengar oleh masyarakat. Padahal kasus Adelina, bukan kasus kematian biasa. Bukan hanya catatan kriminal penyiksaan, penganiayaan, tapi juga kasus humantrafficking.
Ya, Adelina dibawa ke Malaysia, bukan hanya melalui jalan illegal saja, tapi juga dibawa dari rumahnya, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ibu kandung korban, Yohana Banuneak mengatakan, Adelina diculik orang tak dikenal pada Agustus 2015. Saat itu, Adelina baru berusia 17 tahun. Pun siapa sangka, itu perjumpaan terakhir Yohana dengan putrinya. Karena setelah bertahun-tahun tanpa kabar, Adelina justru pulang sudah tak bernyawa.
Sama halnya dengan nama Grace Natalie, politikus muda yang menjabat sebagai ketum partai baru, PSI ini, hampir tak ada suaranya. Padahal, sebelum terjun ke dunia politik, wajah Grace Natalie, seringkali keluar di layar televisi, sebagai jurnalis, maupun pembaca berita.
Nama Grace Natalie dan PSI, seolah menjadi oase di tengah padang gurun. Tak hanya sosoknya yang masih muda, namun memegang jabatan penting, yaitu sebagai ketua umum sebuah partai anak-anak muda, menjadi warna tersendiri di tengah gempuran wajah-wajah lama politikus kita. Pun partai-partai yang cenderung oligarki, karena seringkali, kepengurusan partai, hanya dipegang oleh saudara-saudaranya saja.
Selama ini, kita hanya melihat seorang Megawati Soekarnoputri yang begitu gagah, berdiri tegak di antara dominasi para pria, sebagai ketua umum salah satu partai besar di negara ini.
Masih ada banyak harapan bagi para perempuan di negara ini, untuk ikut maju, bersama bangsa ini. Perempuan, bukan lagi hanya sekedar sebagai ‘konco wingking,’ tapi juga sebagai ujung tombak negara dengan segala perubahannya.
Dengan adanya Grace Natalie, semoga saja untuk selanjutnya, ada Grace-Grace yang lain, yang mau dan mampu berjuang menyuarakan suara perempuan, hingga tak ada lagi Adelina-Adelina lainnya, yang menjadi korban ketimpangan sosial di negara ini.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)