Antara Saya, Selfie dengan Jokowi dan La Nyalla Academia
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSun Feb 03 2019
By: Ani Sulastri
Secara jujur saya adalah kelompok yg disebut golput. Sepak terjang perpolitikan saya dimulai dari menjadi Relawan militansi Prabowo Subianto. Boleh dibilang didunia media sosial saya ini pembunuh cebong nomor wahid. Jarang ada yg beradu argumentasi dg saya menang.
Dulu thn 2014 saya suka berkumpul di jln Fatmawati 200 dan bergabung dg wartawan wartawati senior pendukung 08. Sebut saja nama Naniek S Deyang, Linda Djalil dll.
Saya juga menjadi timses untuk Anies Sandi di pilkada DKI Jakarta thn 2017 lalu.
Sampai perjalanan saya bertemu dan berkenalan dg La Nyalla Mattalitti karena saya diminta membantu pemenangan beliau pada pilkada Jawa Timur. Namun apalacur, takdir berkata lain. Dengan liku Sandiwara akhirnya rekomendasi LNM tidak turun dari partai Gerindra.
Hal ini membuka mata saya untuk bermain logika dan nurani. Saya mulai merapat ke pak Nyalla sebagai teman diskusi politik. Lumayan juga karena pengetahuan beliau yg meski kadang terkesan liar tapi masuk akal dg keadaan saat ini.
Meski pak Nyalla sudah memproklamirkan mendukung Jokowi dg menjadi founder di Rumah Rakyat Jokowi, saya tetap netral karena entah hati saya masih gamang. Saya bergabung dalam organisasi beliau yg diberi nama La Nyalla Academia. Dan saya diminta untuk menjadi team cyber anti hoax. Alhamdulillah karena pada dasarnya saya memang tidak suka membaca dan mendengar berita hoax. Tapi kalau untuk memilih Jokowi, tunggu dulu. Saya masih belum yakin.
Siang ini Allah memperlihatkan pada saya sebuah kenyataan. Saya hadir sebagai pencari warta di La Nyalla media centre pada acara deklarasi dukungan untuk Jokowi di Tugu Pahlawan Surabaya. Saya melihat dan merasakan sendiri dari hati bahwa Jokowi ini benar apa adanya. Berbicara, berpidato, bersalaman tanpa beban. Beliau membawa kita pada manusia yg dimanusiakan tanpa sekat, tanpa perasaan takut.
Pada sesi foto bahkan saya masih enggan mengeluarkan kamera saya. Saya malah asyik mentertawakan ibu ibu disebelah saya yg teriak teriak memanggil namanya, “Pak Jokowi.. Pak Jokowi” .. dipanggung belakang panitia juga dia mau selfie. Saya pikir ndeso banget ini ibu ibu sampai segitunya. Namun pak Jokowi mundur juga kebelakang untuk menyalami kami di panggung belakang tempat panitia dan pers. Banyak yg mengeluarkan ponselnya untuk minta berfoto. Mungkin karena kecapekan beliau berkata “sudah sudah”.. tapi anehnya pak Jokowi malah menoleh pada saya dan meminta ponsel saya untuk wefie. Antara percaya dan tidak saya malah terdorong yg lain ketika momen itu terjadi. Kemudian beliau menyerahkan ponsel saya kembali sambil mengangguk dan tersenyum ala Jokowi.
Ya Allah, inikah orang yg saya benci. Mendekati saya, begitu dekat. Jika ada niat buruk bisa saja hal terjelek terjadi.
Dan saya pun mulai menulis disecarik kertas “welcome to the cebongs family Ani”…
Ah biarlah mereka akan mengatakan saya dungu.
Yg pasti nanti di akhirat pertanyaannya bukan seberapa pintar kamu, namun seberapa berat kadar imanmu.. Biarlah Rocky Gerung and the gank mengagungkan otak ketemu otak namun klo tanpa hati buat apa? Toh menjadi pintar ala dia malah akan mendekatkan diri pada atheisme. Membutakan nurani karena semua yg indah dianggap fiksi.
Diakhir tulisan ini, saya mulai berfikir untuk lebih welcome dan secara obyektif menilai Jokowi.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)