Skip to main content
Categories
BeritaHer StoryPolitik

Apa Anda Bisa Dikasih Makan BH?

Adinda Bintari

Pertama kali suami datang ke rumah nenekku di kampung, dia kaget bukan main. Dia bilang, pikirannya kembali ke masa kecilnya. Semua hal yang pernah ada di masa kecilnya, kembali dia lihat di situ. Jalan yang becek dan tanpa aspal, menyeberangi sungai pakai perahu kecil, rumah-rumah berbilik bambu dan berlantai tanah, orang-orang buang air besar di kali, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kami menikah tahun 2010. Dia ikut ke rumah nenek kisaran akhir tahun 2010. Kalau dia bilang pemandangan tersebut sama seperti yang dilihat di masa kecilnya, berarti sama seperti tahun 80an di kampungnya di Garut.

Artinya kampungku sudah 30 tahun lebih tertinggal dibanding kampungnya. Apalagi dibanding Jakarta?

Entah sudah berapa kali aku mengirim surat maupun cuitan ke Pemda Brebes dan Bupati Jateng. Meminta agar pemerintah mau membangun jembatan dan jalan untuk mempermudah akses di kampungku. Betapa sakit waktu tanteku meninggal bersama bayinya berusia 7 bulan dalam kandungan karena nyawanya tak tertolong akibat akses jalan yang kurang layak. Aku berandai-andai bila saja jalannya mulus beraspal dan tidak harus menyebrangi sungai sambil menggotong tanteku, pasti orang-orang mampu mengantarnya ke puskesmas tepat waktu dan kemungkinan tanteku dan bayinya selamat. Ah, mungkin sudah takdir. Aku menghibur diri.

Sekitar satu tahun lalu, Alhamdulillah telah dibangun jembatan dan sebagian kecil jalan beraspal. Terimakasih banyak, pemerintah setempat.

Apa yang berubah? Banyak. Warung-warung bermunculan lebih banyak dengan barang dagangan yang lebih variatif dan harga yang lebih kompetitif, rumah-rumah bilik mulai diganti dengan yang lebih kokoh, orang-orang sakit tidak malas lagi pergi ke puskesmas, anak-anak sekolah tidak harus libur kalau sungai meluap hingga tak ada perahu yang berani menyebrang.

“Kan sekarang udah ada jembatan buat nyebrang ke sekolah, Kak…”, kata seorang anak SD.

Bagiku, perkembangannya cukup pesat. Dulu wajar orang malas membangun. Untuk membawa bahan-bahannya saja, mobil pengangkut harus berhenti di seberang, lalu bahan-bahan dialihkan ke perahu, dan dialihkan lagi ke motor bak, melalui jalan yang becek pula. Sudah bahan bangunannya lebih mahal dari harga di Jakarta, masih harus ditambah lagi biaya angkut beberapa lapis. Sekarang mobil dari toko matrial, sudah bisa langsung sampai ke depan rumah penduduk. Setidaknya, sudah banyak yang memiliki jamban di dalam rumah sehingga pemandangan orang buang air di sungai berkurang.

Aku pikir, tempat ini yang jaraknya yang hanya 6 jam dari Jakarta saja, sudah sangat bersyukur ketika dibangun jembatan dan sebagian jalan beraspal. Apalagi yang di luar Pulau Jawa yang sudah puluhan tahun mendambakan infrastruktur yang layak?

Oh ya, sejak berfungsinya tol Cipali, dari Jakarta ke kampungku bisa ditempuh hanya 3,5 jam saja.

Terbukti pembangunan infrastruktur sangat berpengaruh di berbagai bidang; kesehatan, pendidikan, ekonomi, pariwisata, dlsb.

Jadi, Mbak R cantik yang nanya apa rakyat miskin bisa dikasih makan semen dan jalan tol, aku tanya balik deh…, Anda bisa gak dikasih makan sempak dan BH? Gak bisa. Tapi bukan berarti Anda tidak butuh sempak dan BH, kan?

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends