Apa Salahnya dengan Anak Perempuan?
- Post AuthorBy Margaretha Diana
- Post DateThu Dec 07 2017
Beberapa waktu lalu, di salah satu kelompok ibu-ibu arisan, ada bahasan mengenai anak perempuan. Ada beberapa ibu yang memang mempunyai anak perempuan lebih dari satu anak, ada yang 5 orang anak perempuan, 4, hingga 3 dan 2 anak perempuan tanpa adanya anak laki-laki satu pun di dalam keluarga itu. Lah, yang namanya ibu-ibu, biasalah, ada yang komentarnya nggak enak, “Kok anaknya cewek semua sih Mam, tambah satu lagi biar ada cowoknya.” Dan kalimat tersebut, bak gayung bersambut dengan komentar ibu-ibu lainnya yang langsung menimpali. Mulai dari sekedar guyon, biar bapaknya ada teman nonton bola, hingga kalimat yang melecehkan tentang ketidakmampuan ibu tersebut mempunyai anak laki-laki, sebagai penerus keluarga.
Sejujurnya, saya risih sebagai seorang perempuan, mendengarkan obrolan tersebut. Bukan, bukan karena saya sendiri tidak mempunyai anak laki-laki yang lahir dari rahim saya. Tapi lebih karena sesungguhnya, obrolan tersebut, tak beretika sama sekali. Lagipula, memang apa salahnya, jika kita hanya dikaruniai anak perempuan saja? Toh Tuhan sudah begitu baik, memberi kita kesempatan, untuk bisa merasakan, bagaimana menjadi orang tua. Apa iya, kita boleh menolak karunia tersebut coba?
Anak, dalam sebuah pernikahan, bukan hanya tentang keinginan, tapi juga takdir. Tidak semua pasangan yang menikah, dikaruniai kesempatan untuk memiliki anak, meski sudah berusaha untuk memiliki momongan. Pun tidak semua pasangan yang menikah, bisa memilih, kelak mempunyai anak laki-laki dan perempuan, anak perempuan saja, atau bahkan anak laki-laki saja. Itulah yang dinamakan takdir dari yang empunya hidup.
Lalu, apa pantas, kita menjustifikasi rejeki dari sang Ilahi, berupa anak?
Perempuan, seringkali memang dianggap warga kelas dua, apalagi di dalam budaya masyarakat kita yang didominasi budaya patriaki. Tapi, perempuan, bukan tak berharga, hal ini yang seringkali dinafikan oleh masyarakat kita. Itulah seringkali, obrolan yang tak enak didengarkan telinga seperti di atas, kerap terjadi, yang lucunya, justru dilakukan oleh sesama perempuan, yang seharusnya ada untuk saling menguatkan.
Padahal, mempunyai anak perempuan, sejatinya adalah sebuah tanggung jawab yang besar, lebih besar dari seorang laki-laki. Mengapa, karena di bahu perempuanlah tanggung jawab kelangsungan generasi dipikul. Ibu, adalah guru pertama bagi seorang anak yang lahir di dunia. Dan seorang anak perempuan, adalah calon-calon ibu bagi generasi yang akan datang. Jadi bisa dibayangkan bbukan, jika kita mendidik anak perempuan kita secara sembarangan?
Pada dasarnya, mempunyai anak laki-laki maupun perempuan, tanggung jawab kita sebagai orangtua, untuk mendidik mereka, sama besarnya. Tapi apa salahnya, jika kita hanya dikaruniai anak-anak perempuan semata. Toh perempuan di masa ini, sudah jauh lebih maju dari para perempuan jaman dahulu. Jauh lebih tegar dalam menghadapi kehidupan, tak lagi hanya menggunakan air matanya sebagai senjata. Ada banyak nama perempuan-perempuan tangguh, di berbagai lini kehidupan masyarakat kita. Tak lagi terbatas berada di dapur sumur dan kasur saja.
So, untuk para ibu yang diberi kesempatan untuk mendidik para pemegang kunci generasi ini, janganlah berkecil hati, jika tak mempunyai anak laki-laki yang lahir dari rahim ibu. Percayalah, perempuan di masa kini, tak kalah tangguh dengan laki-laki, dalam menghadapi kehidupan.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)