Skip to main content
Categories
BeritaHer StoryInspirasiKehidupanKemanusiaanOlahraga

Aprilia Santini, Atlet Voli Putri Berprestasi Sekaligus Kontroversi

Tidak hanya euforia, pada perhelatan ajang olahraga kerap kali menyuguhkan sesuatu yang segar dari tampilan fisik para atlet. Sontak, hal tersebut membuat profil mereka terangkat ke khalayak. Tidak kalah menyita perhatian, Aprilia Santini atau lebih dikenal dengan Manganang, karena tertulis nama tersebut di kaus, menjadi perbincangan hangat. Bukan lantaran paras ayu, melainkan perawakan gagah seperti laki-laki.

Manganang adalah atlet voli putri Indonesia asal Sulawesi Utara yang lahir pada 27 April 1992. Sebelum bergabung dengan tim nasional, perempuan ini merupakan anggota klub Alco Bandung. Saat itu, berkecimpung di dunia olahraga dirasa mampu membantu perekonomian keluarga.

Pada awal karier, Manganang adalah atlet sprinter nasional. Namun, melihat sang kakak, Amasya, yang lebih mudah mendapat penghasilan dari voli, membuat si tukang gebuk ini memutuskan untuk banting setir.

Perjalanan Manganang untuk meraih kesuksesan melalui berbagai penghargaan diwarnai dengan berbagai lika-liku. Sebut saja pada pertandingan SEA Games 2015 di Filipina dan Popsivo Polwan Liga Bola Voli Indonesia, menimbulkan protes dari pihak lawan lantaran dituduh menyelundupkan pemain pria. Hal tersebut sampai membuat permainan ditunda sampai hasil tes feminitas keluar.

Kejadian tersebut tentu menuai banyak cibiran yang mempermasalahkan tampilan fisik Manganang. Namun, lama-kelamaan cemoohan tersebut tidak diambil pusing. Fokus untuk berprestasi adalah hal utama dalam hidup, apalagi sampai menjadi brand ambassador alat olahraga menjadi capaian tersendiri.

“Memiliki fisik yang berbeda dengan rekan-rekan setim, tentu ada sejumlah anggapan miring. Apakah Anda sering merasa minder?” Tanya media daring olahraga Bola.com pada Manganang. Dara manis tersebut menjawab, “Tidak, menurut saya semua orang itu bisa berprestasi. Kalau saya menerima diri apa adanya. Tidak apa-apalah saya sudah begini mau bagaimana lagi.”

Semua perempuan tentu ingin tampil menarik. Namun, faktor genetik yang berpengaruh pada tampilan fisik tidak bisa dipungkiri. Sang kakak, Amasya, juga memiliki perawakan seperti laki-laki dan itu bisa membuktikan bahwa keraguan gender pada keluarga atlet ini tidak perlu terjadi.

Dari sisi ilmiah, fenomena yang terjadi pada kakak beradik tersebut bernama Virilization. Keadaan di mana sifat-sifat maskulin terbentuk secara berlebihan pada wanita. Kondisi ini disebabkan oleh produksi androgen di luar kewajaran, sehingga membuat kelenjar adrenalin atau tumor membesar. Belum lagi, para atlet harus menjalani serangkaian latihan fisik dan konsumsi suplemen atau obat tertentu, sehingga potensi kelainan tersebut semakin besar terjadi.

Dari pengalaman dan sikap Manganang dalam menanggapi kekurangan diri, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua orang bisa berprestasi kalau terus mengasah kelebihan dan mengabaikan cibiran. Apa pun yang terjadi, selama masih ada usaha, maka akan bisa mengubah keadaan.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends