BEM SI, Jangan Atas Namakan Kami Untuk Aksimu Turun Ke Jalan
- Post AuthorBy Rina Na Kwartiana
- Post DateSat Apr 18 2020
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berulah lagi, kali ini mengatas namakan Aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI).
BEM SI mengirimkan surat terbuka kepada Presiden. Dalam surat tersebut mereka menuntut pemerintah mengutamakan keselamatan nyawa rakyat dalam setiap pengambilan kebijakan terkait penanganan Covid-19.
Surat itu ditandatangani Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia Remy Hastian Putra Muhammad Puhi menyatakan bahwa mahasiwa akan bergerak bersama rakyat jika nyawa rakyat tak diutamakan dalam penanganan Covid-19.
BEM SI meminta kepada pemerintah untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya sesuai data yang ada di lapangan mengenai jumlah korban baik dari masyarakat sipil, tenaga medis maupun yang lainnya. Karena informasi ini sangat berguna agar masyarakat memahami secara penuh bahwasannya kondisi negara dalam keadaan bencana nasional. Apa mereka tak melihat, betapa berat pekerjaan Pemerintah untuk menyelesaikan masalah pandemi Covid-19 ini.
Saya kok merasa ada yang janggal dengan ini semua. Apalagi BEM SI mengancam akan turun ke jalan bersama rakyat jika tuntutannya pada surat terbuka itu tidak dipenuhi. Ada kepentingan apa dibalik semuanya?
Saya mencoba menelusuri untuk mencari tahu tuntutan apa yang mereka sampaikan. Dan salah satu tuntutan yang saya temui adalah BEM SI menuntut agar pemerintah menyiapkan semua kebutuhan pokok untuk masyarakat luas. Padahal yang saya ketahui sebagai pengurus RT, saat ini pemerintah sedang bekerja keras untuk dapat menyalurkan bantuan pada masyarakat yang terdampak agar tepat sasaran. Bukan pada mereka yang berkelebihan hartanya. Apa mereka tak mengikuti beritanya? Atau mereka tak mau tahu?
Kemudian saya juga menemukan tuntutan yang lainnya, mereka mengatakan bahwa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2020 tidak akan efektif memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, kurang bisa memutus pergerakan orang dari Jabodetabek selaku episentrum covid-19 ke daerah lain. Lalu apa yang sebenarnya BEM SI inginkan? Meminta pemerintah untuk melarang orang-orang mudik? Itu juga sudah dilakukan, hanya saja masyarakatnya masih saja bandel, dengan tidak mengindahkan himbauan pemerintah.
Belum lagi ditambah dengan tuntutan-tuntutan lainnya, seperti meminta pemerintah dan DPR tak memanfaatkan kondisi ini untuk melancarkan kepentingan pribadi ataupun sebagian kelompok dengan meneruskan pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja yang kini akan dibahas di Badan Legislasi (Baleg) DPR yang kontroversial di periode sebelumnya agar cepat disahkan dalam masa pandemi. Apakah ini berhubungan dengan tuntutan buruh yang akan turun ke jalan pada tanggal 30 April nanti?
Banyak pertanyaan yang akhirnya muncul di kepala saya. Saya lihat BEM SI seperti ditunggani oleh “Kelompok” yang menginginkan terjadinya huru hara. Seharusnya sebagai mahasiswa berpendidikan tinggi, BEM SI mampu berfikir secara logis, bukan hanya mengandalkan emosi semata. Atau jangan-jangan mereka justru beranggapan ‘Demo dulu mikirnya belakangan’
Saya heran, katanya ingin mata rantai penyebaran virus Covid-19 terputus, tapi kok mengancam akan turun ke jalan. Apa itu bukannya sama saja akan terjadi penyebaran virus secara massal? Dengan demo yang berteriak-teriak itu kan berarti air liur dari banyak orang menyembur kemana-mana, dan mereka tak pernah tahu siapa diantara kerumunan mahasiswa itu yang sebenarnya menjadi carries atau pembawa penyakit.
Jika kemudian, salah satu dari mereka sakit, apakah mereka akan terus menuntut dan menyalahkan pemerintah atau Presiden? Padahal sakit yang mereka derita itu mereka sendiri yang membuatnya.
Lalu, jika huru hara yang diharapkan menjadi kenyataan (Nauzubillah! Semoga tidak benar-benar terjadi). BEM SI akan memperoleh apa? Bukan nama baik seperti yang terjadi pada tahun 1998, tapi caci maki dari masyarakat Indonesia yang sudah muak dengan kelakuan para mahasiswa itu.
Jadi kesimpulan saya menjurus pada satu titik, mereka ditunggangi baik secara langsung maupun tidak dengan orang-orang yang memiliki kepentingan khusus, seperti mereka-mereka para pembenci Presiden.
Sekarang kalo saya boleh kasih saran (lagi) pada mereka para BEM SI
“Dik… dari pada kalian bikin pekerjaan pemerintah jadi makin runyam karena ulah kalian, lebih baik kalian jadi relawan seperti Ika Dewi Maharani dan yang lainnya sana. Tenaga kalian lebih cukup berharga dan bermanfaat ketimbang cuma turun kejalan lalu triak-triak, buang-buang energi nggak karuan. Masyarakat sudah muak dengan segala tingkah polahmu yang selalu mengatas namakan masyarakat”
• RINA •
Seseorang yang doyan makan tapi bisa masak. Suka baca dan sedang belajar jadi penulis.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)