Skip to main content
Categories
Her StoryInspirasiKehidupanWoman Talks

Bertumbuh Menjadi Perempuan Tangguh

Ini adalah kisahku, seorang perempuan yang menemukan sebuah oase setelah jalan terjal kehidupan yang aku lalui.

Sebut saja namaku Natasha, 33 tahun, seorang wanita dari keluarga baik-baik yang terpaksa menjadi single fighter dan terus berjuang agar tetap baik-baik saja.

Pasca perpisahan dengan suami, setelah melalui drama kehidupan akibat campur tangan mertua dalam kehidupan rumah tangga, persoalan ekonomi yang ruwet ditambah dengan belum adanya buah hati dalam keluarga.

Aku nyaris kehilangan arah setelah hampir 9 tahun berumah tangga. Selama ini aku dan suami hidup menumpang di rumah mertua. Meski tinggal dibangunan rumah yang terpisah, tetapi tempat yang kami tinggali adalah aset milik mertua. Mertuaku cukup mapan dan memiliki beberapa rumah, bahkan ada yang disewakan sebagai tempat kost.

Awalnya aku kira, rumah tangga ku baik-baik saja dan hubunganku baik-baik saja dengan suami dan sang mertua. Terlambat aku menyadari pernikahan ini pun sudah berada di pengujung jalan. Tak ingin aku menyebut prahara yang terjadi berawal dari apa dan bagaimana jalan ceritanya. Karena dari pihakku maupun pihak mereka pasti akan mempunyai versi yang berbeda.

Di rubrik ini aku hanya ingin berbagi bagaimana aku melepaskan diri tekanan psikologis dan situasi yang serba sulit.

Singkat cerita, aku terpaksa keluar dari zona nyaman, dan berada pada titik terendah. Hari ini kenyataan hidup menunjukkan bahwa aku berada pada situasi dimana aku kembali menjadi anak kos seperti jaman kuliah dulu, aku harus bekerja agar memiliki pendapatan untuk hidup sehari-hari, membayar kontrakan, membayar cicilan motor dan 100 % bertanggungjawab terhadap diri sendiri.

Ini situasi yang sangat sulit bagiku, apalagi aku hidup di tanah rantau, dan tidak memiliki keluarga yang tinggal dekat denganku. Aku sempat berpikir, bahwa aku sudah selesai! Aku hidup tanpa harapan dengan tingkat stess yang sangat tinggi. Terkadang hati ini meratap dan tanpa terasa air mata ini menetes begitu saja. Tak kalah pelik, sebagai seorang wanita dewasa, harus kuakui bahwa aku memiliki kebutuhan seks. Seks, adalah sesuatu yang tidak bisa kupungkiri. Aku harus bagaimana?

Hampir setahun aku terombang-ambing dalam pergumulan hidup yang entah sampai kapan harus kuhadapi.

Aku bukan sosok yang relijius, dan aku bukan pula pribadi yang cengeng dan manja. Namun, aku memiliki satu kepercayaan yang selalu aku pegang, bahwa selalu ada hal-hal baik di tengah badai hidup. Ya, aku adalah orang yang selalu berpikir positif dan berasumsi baik untuk setiap hal yang terjadi.

Ada makna di balik setiap peristiwa. Ia yang telah menghembuskan nafas kehidupan kepadaku, pastilah memiliki rencana besar dalam hidupku. Semua akan indah pada waktunya meski hari ini lakon kehidupan berkata lain.

Beruntung, aku memiliki seorang sahabat yang tinggal di Prrancis. Sebut saja namanya Ibu Retha. Beliau adalah sahabat yang aku jumpai melalui media sosial facebook, dan kami pun akhirnya sering berkomunikasi melalui whatsapp. Entah mengapa kami nyambung dalam berbicara.

Setelah berteman dengannya selama hampir 2 tahun, ia pun mengetahui sepenggal kisah perjalanan hidupku. Suatu hari beliau berkata:

“Saya mengerti dan memahami situasimu, juga perasaanmu. Karena saya pernah mengalami kisah yang hampir sama, sewaktu saya masih muda. Tapi cobalah kamu merenungkan baik-baik. Selama kamu hidup sendiri, apakah kamu kekurangan makan? Apakah kamu tinggal di pinggir jalan? apakah kamu menjadi pengemis? Maaf kata, apakah kamu sampai ‘menjual diri’mu? Tidak kan?!!”

Strike! Ia benar…!!

Selama ini banyak ketakutan dan kekuatiran akan berbagai hal yang belum tentu terjadi, itulah yang menjadi penyebab stresku. Aku kembali merenungkan baik-baik perjalanan hidupku. Bahwa, sekalipun aku jatuh miskin, tetapi aku tidak benar-benar miskin. Ini  ku katakan dengan rendah hati, meski situasiku sulit, aku tidak pernah tidak makan, selalu ada saja pendapatan untuk membayar kontrakan, membayar cicilan bahkan aku bisa membantu orang tua yang hidup di kampung jauh lebih sering ketimbang saat aku hidup dalam pernikahanku.

“Jika penglihatanmu terang, maka kamu akan melihat hal-hal yang indah. Ada kekuatan besar yang mengatur hidup manusia di luar kendalimu.”

Strike! Sekali lagi ia benar!

Selama ini, penglihatanku tertutup dengan ketakutan, kekuatiran dan rasa stress yang menghimpit batin ini. Sehingga aku tidak melihat hal-hal yang baik yang terjadi. Lama aku terdiam, kemudian logika pun perlahan menghampiri. Aku mulai berhitung dengan baik, dan kutemukan sebuah jawaban yang pasti bahwa selama ini semua kebutuhanku terpenuhi! Entah dengan cara yang bagaimana, tapi selalu ada rejeki yang menghampiri. Aku tidak khawatir soal pendapatan. Bahkan, jika aku berhitung secara matematis, semua kebutuhan terpenuhi ini sesuatu yang tidak mungkin, karena di luar kemampuanku sebagai manusia.

Kini, aku merasakan dengan sungguh bahwa ada kekuatan besar yang mengatur hidup manusia! Selanjutnya aku ingin menjalani hidupku tetap dengan positive thinking, dengan rasa syukur yang jauh lebih besar dari sebelumnya, keikhlasan dalam menjalani hidup dan terus bergerak maju ke depan.

Ketika aku menuliskan ini, terngiang-ngiang nasihat seorang sahabat yang pernah mengatakan padaku “Kembangkan Potensi Maksimalmu”. Ia melihat diriku sebagai seorang wanita yang multitalenta. Dulu aku tidak sepenuhnya yakin dengan pujiannya, namun kini aku mulai percaya diri dengan semua potensi yang aku punya.

Dan, hari ini, aku hidup sendiri. Sebagai seorang single fighter memiliki cukup banyak waktu, oleh karena itu aku memutuskan untuk mengembangkan diriku sebagai seorang travel fotografer yang selalu ingin mengunjungi tempat – tempat asing agar bertemu dengan orang-orang baru dan mendapat pengalaman baru.

Oh ya…, aku tadi sempat menuliskan sebagai wanita dewasa aku memiliki kebutuhan seks yang tidak bisa kupungkiri. Pahit memang, tapi ini benar… setidaknya aku tidak munafik, karena sekarang aku sedang menjomblo. Tapi, jujur… entah dengan cara yang bagaimana, aku bisa melalui ini semua alias puasa seks. Mungkin karena aku takut bahaya HIV AIDS untuk berhubungan seks dengan sembarang orang. Beberapa orang temanku, telah meninggal dunia di usia muda karena penyakit tersebut. Tetapi satu hal yang pasti, aku tidak bisa melakukan hubungan seks tanpa rasa cinta. Sampai kapan bertahan? Entahlah, setidaknya tidak untuk saat ini.

Disclaimer: Identitas sesungguhnya dan tempat dirahasiakan, namun ini dituliskan berdasarkan kisah nyata.

Jayapura, 8 Januari 2018.




Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends