Cantik, Pansos, Dimaklumi Saja, Itulah Siklus Meraih Popularitas Masa Kini!
- Post AuthorBy Hanajime Gandis
- Post DateFri May 22 2020
Ingin terkenal di era digital seperti ini? Mudah saja, kamu tidak perlu mengembangkan kemampuan atau bakatmu di bidang tertentu. Kamu hanya perlu membuat pernyataan kontroversi di akun media sosial. Netizen lantas mem-blow-up aksimu tersebut. Tidak peduli cacian, yang penting bisa masuk pemberitaan acara gosip.
Satu lagi. Kalau kamu cantik, potensi viralmu akan semakin besar dan mendapatkan dukungan dari netizen yang pro dengan frasa yang kira-kira seperti ini, “Dimaklumi saja.” Ironis sekali ya, seakan-akan lu cakep lu aman. Sementara influencer lain yang tidak menonjol di penampilan dengan konten santai tanpa menjelekkan siapa pun, malah dikatai pansos alias panjat sosial.
Siapa coba yang sebenarnya pansos? Konten santai tidak diberitakan, konten kontroversi malah dibahas di mana-mana. Apa memang netizen suka hal-hal yang menaikkan tensi? Sudahlah, di masa yang sulit seperti ini, jangan malah memperkeruh suasana. Daripada dielu-elukan dan semakin terkenal, ramai-ramai auto unfollow atau report saja sekalian. Media pun begitu, beritakan yang baik-baik saja. Kalau mau membahas si pembuat keributan, bahaslah secara tersirat dalam narasi berita baik tersebut.
Wabah Covid-19 belum enyah dari negeri ini, bahkan semakin memburuk. Menjadi topik yang akan selalu dibicarakan setiap hari, maka tidak sulit untuk menumpang ketenaran pada isu tersebut. Sebelumnya, seorang Youtuber meremehkan Covid-19 perihal penggunaan masker. Sekarang, seorang selebgram yang menjual keperawanan seharga 2 M untuk selanjutnya uang itu disumbangkan. Secara moral memang tidak baik, tetapi apakah mereka sepenuhnya dibenci? Oh, tentu tidak! Pembelaan masih didapatkan.
Mereka hanya perlu meminta maaf sambil menangis, maka seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Cantik, pansos, dimaklumi saja. Begitulah siklusnya kalau ingin terkenal di masa sekarang. Kalau sama-sama sakit, kenapa tidak berusaha dengan cara yang benar? Kok rasanya lebih memilih dibenci dan membentuk imej buruk daripada berlelah-lelah dulu. Sebenarnya, cara mereka ini menunjukkan kalau mereka tangguh, berani untuk tidak disukai. Sayangnya, mereka terlalu mengandalkan penampilan untuk mendapatkan pemakluman.
Mereka-mereka ini sebelumnya tentu sudah memiliki massa. Namun, setelah melakukan hal kontroversi akan semakin dikenal luas. Daripada membentuk imej buruk, kenapa tidak memanfaatkan popularitas sebelumnya dengan baik? Misalkan, membagikan masker di jalan dan menegur orang yang tidak mengenakannya dengan kalimat yang frontal. Atau, alih-alih menjual keperawanan dengan dalih sumbangan, buat saja lelang barang pribadi seperti baju dan tas. Bisa juga berkolaborasi dengan produk lokal agar menaikkan branding, sehingga angka penjualannya bertambah. Ada banyak cara positif kalau kamu mau pansos di jalan yang benar. Lebih-lebih, tidak menjatuhkan harkat dan martabatmu sendiri.
Apalah guna kalau wajah cantik, tetapi tidak ada akhlak seperti yang sekarang sedang tren. Dijamin, popularitasmu tidak akan berlangsung lama. Netizen hanya terbawa emosi saja, sehingga memerhatikanmu. Kalau sudah bosan ya selesai. Kenapa sih suka sekali memancing keributan? Sekalinya dibenci sama orang sekelas hacker, tamat sudah dirimu, karena obrolan rencanamu untuk pansos di media sosialmu terkuak ke khalayak umum. Apa tidak merasa harga dirimu semakin rendah? Kecanggihan teknologi sekarang bak pedang bermata dua. Kamu bisa meroket secara instan, atau keburukanmu tersebar ke mana-mana. Bijak-bijaklah.
Cantik, pansos, dimaklumi saja. Apakah ini bentuk kemanusiaan? Bukan, melainkan menurunkan nilai diri sebagai manusia, karena tidak bisa membedakan mana yang salah. Kemanusiaan adalah menyebarkan hal positif untuk orang lain. Kemanusiaan adalah berjiwa sosial, bukan dengan sukarela menjual diri.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)