Skip to main content
Categories
BudayaGaya HidupHer StoryInspirasiKarir

Cara Menyikapi Orang dengan Queen Bee Syndrome

Dalam setiap kesempatan, saya menjumpai seseorang yang ingin menonjol. Entah karena kemampuan, penampilan, atau sekadar ingin dominan tanpa bermodalkan apa-apa. Tidak terkecuali, ketika saya melamar sebagai content creator di salah satu penerbit raksasa di Indonesia.

Penyaringan tahap pertama dilakukan dari berkas yang dikirim ke penerbit tersebut. Kemudian, dilakukan tes sehari penuh di kantornya. Saat itu saya masuk dalam pelamar gelombang pertama dan dipertemukan dengan enam orang lain, asal domisili berbeda-beda.

Karena salah satu persyaratannya minimal S1 segala jurusan, maka saya dihadapkan pada berbagai orang dengan disiplin ilmu. Sebelum tes dimulai, saya sudah mencium persaingan yang ketat di antara kami.

Ada dua sesi tes pada hari itu. Ketika istirahat, firasat saya tentang bagaimana ketatnya persaingan ini terbukti dengan adanya dua orang yang bercerita ‘babibu’ soal pengalaman di bidang menulis. Pembicaraan ini tercipta setelah saya bertanya pada salah satu pelamar apakah dia pernah mengirimkan naskah ke penerbit tersebut.

Sama seperti pengalaman dalam hidup saya, mereka ingin terlihat dominan. Karena, mereka asyik bercerita tentang diri sendiri, tanpa ingin tahu punya orang lain. Namun, menurut saya, menunjukkan kelebihan pada sesama pelamar pekerjaan malah akan menunjukkan kelemahan. Let me say, kamu merasa paling oke, padahal yang kamu pameri lebih oke.

Saya ber-hah dalam hati. Kok sebegitunya, padahal pelamar lain tentu tidak asing dengan yang dia katakan. Apalagi ketika saya ditanya sudah bekerja di mana. Saya bilang saja content writer, tanpa menyebutkan nama-nama kompetitor. Dia lantas menceritakan kiprahnya. Tidak profesional seperti saya (dibayar), tapi sangat dibanggakan.

Saya tidak menilai dia terlalu percaya diri, tapi sangat lucu.

Karena memang saya banyak diam dan kebetulan wajah tidak boros, alias dikira masih baru lulus kuliah, saya dianggap tidak ada apa-apanya. Puncaknya di tes sesi kedua. Berlomba-lomba paham akan materi ketika sesekali didatangi HRD, saya ‘woles’ saja, mengerjakannya sambil mendengarkan musik menggunakan earphone. Biar tidak sepaneng.

Dalam dunia kerja, perempuan-perempuan yang ingin dominan disebut Queen Bee Syndrome. Dia merasa paling menguasai dan ingin menjatuhkan pesaing secara mental. Kalau Anda menjumpai orang seperti itu, bagaimana sih caranya agar tetap percaya pada kemampuan diri sendiri?

Pertama, yakin kalau Anda adalah yang terbaik. Kalau sudah punya passion, skill bisa bertambah sesuai pengalaman.

Kedua, tetap fokus. Ingat-ingat tujuan Anda melamar pekerjaan tersebut.

Ketiga, alihkan pikiran dengan mendengarkan musik atau bermain game. Cara ini secara tidak langsung akan “menyegarkan” tampilan ketika diwawancarai HRD.

Dalam situasi ini, tetap rendah hati adalah kuncinya. Mengumbar kelebihan tentu boleh, tapi di hadapan HRD saja, karena beliau tahu kelayakan kemampuan pelamar. Buang-buang energi bukan menunjukkan nilai diri pada orang yang tugasnya bukan menilai? Lagi pula, persaingan sesungguhnya adalah etos kerja, bukan menunjukkan siapa yang lebih berpengalaman.

Stay humble, stay gold.


Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends