Selingkuh
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSun Oct 15 2017
Erna Gunawan
Saya teringat seseorang (perempuan) yang gemar menkampanyekan tentang poligami kepada teman-teman perempuannya. Bahwa, tak masalah baginya suaminya poligami, sebagai bentuk ketaatan pada suami. Namun, saat suaminya poligami ia akhirnya marah dan menuntut bercerai. Dan setelah itu perceraian pun terjadi.
Jika rumah tangga kita baik-baik saja, sungguh itu hanya karena Tuhan telah menutupi apa yang tersimpan di dalam hati. Setiap orang, bahkan nyaris setiap pasangan suami istri pernah -minimal mengagumi sosok lain di luar pasangannya, hanya saja ia diberi anugerah oleh Allah kemampuan menutup rapat dan menyimpan di dalam hati. Ia hanya diberi kekuatan oleh Allah, mengendalikan dirinya, agar ia tidak mengambil langkah “terlalu jauh”.
Tuhan telah menyelamatkan dengan kadar, sebatas kemampuan yang sanggup kita jalani. Dan ini bukan berarti sebuah kehebatan. Itu penyelamatan Allah atas seseorang dan keluarganya. Seandainya hingga terjadi perceraian, dan keluarganya hancur berantakan, belum tentu ia kuat menghadapi. Mungkin di luar sana, orang yang keluarganya sudah berantakan, telah belajar banyak dari hidup. Dan mereka telah memperbaiki dirinya sendiri, dan menjadi kuat.
Belum lama ini saya membaca status ibu muda yang baru menikah, seraya mengejek dan mencaci maki seniornya yang berselingkuh dari suaminya. Saya terhenyak.
Sungguh, kita tak pernah tahu tentang apa yang kelak kita hadapi. Ujian hidup seperti apa yang suatu hari kita jalani. Setiap orang tidak layak menghujat kesalahan orang lain di luar batas. Jika tak mampu menasihatinya dengan lembut, maka do’akan baginya kebaikan.
Kita butuh rendah hati di hadapan kebenaran. Seperti kita butuh rendah hati di hadapan kesalahan orang lain. Mana tahu, kita mungkin jatuh ke jurang kesalahan yang sama, yang dahulu pernah kita dengan angkuh menghukumi seseorang. Seakan kita seorang yang suci yang tak akan pernah jatuh pada dosa dan kesalahan.
Bukankah biasanya seseorang akan diuji melalui kata-katanya sendiri?
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)