Co-founder Trash Ranger Indonesia: Ini Tips Bikin Gen Z Enggak FOMO dengan Daur Ulang Sampah
- Post AuthorBy Redaksi PP
- Post DateFri Feb 28 2025
Ladies, Co-founder Trash Ranger Indonesia Putri Melta Sari punya tips bikin Gen Z enggak FOMO dengan daur ulang sampah.
Disclaimer dulu ya!
Gen Z atau Generasi Z adalah generasi yang lahir pada 1997 hingga 2013.
Gen Z, jumlahnya, setidaknya di Indonesia, perlahan tapi pasti, akan menyentuh angka 70 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang 267 juta jiwa itu, kata data Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam khazanah perilaku Gen Z, ada istilah FOMO atau Fear of Missing Out.
FOMO adalah perasaan merasa diri menjadi yang tertinggal dalam informasi pada kelompoknya.
Dalam memahami isu sampah dan daur ulang, imbuh Putri Melta Sari menggagaskan ide agar Gen Z tidak FOMO tapi sebaliknya menjadi yang paling tahu.
Pada diskusi di Jakarta, Kamis (27/2/2025), bertajuk “Erafone Jaga Bumi”, hasil kerja sama Erafone dengan Katadata, Putri Melta Sari mengisahkan inspirasi gelaran konser musik untuk Gen Z.
Kata Putri Melta Sari, saat Gen Z mendaftar online untuk nonton konser itu, panitia sudah mewajibkan para penonton bawa botol minum sendiri.
“Gen Z wajib bawa tumbler sebagai edukasi Gen Z enggak memakai banyak plastik selama konser,” kata Putri Melta Sari.
Berlanjut, agar isu sampah elektronik atau e-waste dari ponsel bekas tak terpakai bukan hal FOMO bagi Gen Z, edukasi adalah syarat penting.
Ponsel bekas tak terpakai
Sementara itu Head of CSR Erajaya Group Rezza Lazuardi Pratama pada diskusi itu menceritakan langkah proses daur ulang ponsel bekas tak terpakai lagi.
Rezza Lazuardi Pratama menerangkan, saat melalui proses daur ulang, sebuah ponsel pintar, misalnya, harus melewati proses dismantling.
Pada proses ini ponsel melalui kondisi pembongkaran komponen yang sudah tidak digunakan lagi.
“Ponsel di-dismantling dari bagian plastiknya, kacanya, hingga logamnya,” ujar Rezza.
Bahan logam pada ponsel yang disebut ingot akan dilebur untuk bahan baku pembuatan barang elektronik berikutnya.
Terang Rezza Lazuardi Pratama, ingot paling memiliki nilai jual mahal apabila dijadikan bagian dari ekonomi sirkular ketimbang bahan plastik atau kaca pada ponsel yang dalam proses daur pulang.
“Bahan plastik pada ponsel bekas lebih mudah didaur ulang,” lanjut Rezza.
Alasannya, sudah banyak mitra usaha daur ulang plastik yang sudah berkolaborasi dengan Erafone pada Jaga Bumi ketimbang mitra yang melebur dan mendaur ulang logam.
(Primus)
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)