Skip to main content
Categories
EkonomiHeadlinePolitik

Dollar Naik, Indonesia Tak Akan Krisis, Ini Penjelasannya

Kenaikan dollar yang sempat bertengger di angka 15.000 sontak membuat warga netizen kelabakan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya berita blunder seakan Indonesia sedang diambang kehancuran, sehingga mereka yang kurang paham kondisi ini menjadi takut jika Indonesia akan kembali mengalami krisis moneter seperti tahun 1998. Untuk mengurangi keparnoan netizen tentang naiknya dollar, akun Instagram @papadotorg, memberi pemahaman ekonomi dasar yang terangkum dalam IG story-nya sebagai berikut:

Ekonomi kita sangatlah kompleks dan semua saling ketergantungan. Kamu butuh petani, peternak, penjahit, PLN dan air. Indonesia butuh China, AS, Jepang, WIBU, Kpop, dsb. Dunia butuh Indonesia. Lalu bagaimana dunia memenuhi kebutuhan? Yaitu dengan satu mata uang Negara; US Dollar. Mengapa harus US Dollar? Karena Amerika Serikat adalah Negara pemenang Perang Dunia II. Industri di sana lebih besar dan stabil dibandingkan Negara-negara bekas pertempuran Perang Dunia II. Dalam perjanjian Bretton Woods, Dollar AS dijadikan cadangan devisa setiap Negara berdagang. AS wajib menjaminkan satu troy ounce emas, setiap mencetak 35 US Dollar.

Namun karena The Fed (BI-nya AS) sering mencetak dollar tanpa cadangan emas, akhirnya Negara-negara Eropa, diawali oleh Charles De Gaull (pres Perancis) menarik cadangan emas mereka. AS pun panik, karena cadangan emasnya di fort knoxx kian menipis. Pada tahun 1971, Presiden Nixon pun menyatakan dekrit bahwa mencetak dollar gak perlu lagi pakai emas serta Bretton Woods dihapus. Tapi cadangan devisa internasional masih menggunakan US Dollar.

Lalu apa hubungannya dengan menguatnya Dollar terhadap Rupiah?

Jelas ada hubungannya. AS masih jadi kiblat ekonomi dunia. Mata uangnya saja masih dijadikan alat untuk impor iPhone kamu. Saat ini Donald Trump sedang berusaha mengembalikan harga diri AS setelah sempat diinjak China, karena China dianggap curang dalam berdagang dengan AS. Maka dari itu, AS meningkatkan suku bunga bank The Fed dan menerapkan bea tinggi atas barang yang masuk. Imbasnya pasti kerasa di Negara berkembang, termasuk Indonesia.

Mengapa Donald trump benci China?

  1. Nyaplok teknologi AS. Ga ada hak cipta di China, semua bisa ditiru.
  2. Perusahaan AS yang masuk China, sebagian harus dimiliki oleh orang China.
  3. Harga barang yang murah, soalnya Yuan (mata uang China) murah. Sengaja dimurahkan karena China merupakan exportir terbesar di dunia.

Makin sebel lah Donald Trump ketika produk China membanjiri pasar AS, mengalahkan AS sendiri.

Mengapa Rupiah tidak bisa seperti Yuan?

Yuan memang murah, Rupiah juga murah jika dibanding dengan US Dollar. Lalu kenapa beda nasib? Karena dengan menjadi exportir terbesar di dunia plus Yuan-nya murah (terdepresiasi) artinya produk China semakin mudah masuk ke Negara lain. Sementara Indonesia, neraca perdagangan aja masih defisit. Banyakan impor daripada expornya. Siapa yang salah dalam hal ini? Ya termasuk kita juga laaah~ yang banyak beli barang dari luar ketimbang jual.

Apakah Indonesia bisa terhindar dari krisis?

Tergantung. Kita bisa saja krisis kalo terlalu banyak impor, hutang menumpuk dan banyak modal keluar. Kata ‘terlalu’ di sini artinya kurs dollar naik sampai cadangan devisa kita terkuras banyak. Tapi ini bukan salah Jokowi, melainkan murni karena perang dagang dan Negara berkembang terkena imbasnya.

Apakah Khilafah bisa menjadi solusi?

Solusi ngawur yang tidak berdasarkan asumsi yang tepat. Khilafah bisa krisis ekonomi juga, kok. Khalifah Al-Mu’tazz pernah bikin Abbasiyah krisis berkepanjangan. Rakyatnya sampai makan sampah, makan mayat dan bangkai anjing. Al-Mu’tazz akhirnya digulingkan, dipukuli, dimasukkan dalam kamar tanpa diberi makan minum hingga mati. Apa kita pernah krisis sampai makan mayat? Makan sampah?

Untuk saat ini, jangan takut karena pemerintah Indonesia mempunyai target untuk mengatasi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia pun rajin mengintervensi sector moneter dengan melakukan pembelian kembali SBN. Juga pemerintah melalui menteri keuangan melakukan kebijakan fiscal dengan menerbitkan SBR.

Semoga penjelasan ini bisa dimengerti dan kita sebagai warga Indonesia mau membantu pemerintah untuk menguatkan kembali rupiah dengan cara mengurangi pembelian produk dari luar, menunda travelling atau menukar mata uang dollar. Stop menyalahi jika tidak tahu seluk beluk di dalamnya apalagi termakan hoax tentang uang Rp 100.000 hanya cukup untuk membeli bawang dan cabe. Harga kebutuhan dapur masih aman, kok, ga ada perubahan yang signifikan.

Lagipula menurut mantan menteri keuangan yang juga pakar ekonomi, Chatib Basri, kemungkinan Indonesia akan mengalami krisis moneter sangat kecil karena sekarang kita menganut flexibile exchange rate, sehingga orang sudah mengerti bagaimana mengantisipasi pelemahan rupiah. Selain itu kondisi perbankan dan politik sudah lebih baik dibandingkan tahun 1998.

Namun apakah situasi bisa memburuk? Risiko itu tentu saja ada bila respon kebijakan salah, pemerintah panik dan mengeluarkan kebijakan yang justru membuat pasar panik.

Jadi daripada ngerecokin pemerintah yang justru makin bikin panik, sepatutnya kita dukung dan hormati kerja keras mereka. Jangan sedikit-sedikit menyalahi Jokowi. Pekerjaan presiden itu berat, mempertaruhkan Negara dan nama baik sendiri. Setidaknya banyak hasil kerja beliau yang nyata, bukannya zonk. Mana bisa semua langsung beres, kecuali presiden kamu Jin Tomang.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends