Skip to main content
Categories
BudayaHeadlineKemanusiaanNusantaraPendidikanPendidikanpendikan

Dosen dan Kepsek Pengujar Kebencian, PR Merah di Hari Kebangkitan Nasional

“Tujuan sebuah pendidikan bukanlah semata pengetahuan, tapi tindakan”

-Herbert Spencer-

Kemarin, tepat 110 tahun, negara kita memperingati hari kelahiran Boedi Oetomo. Sebuah organisasi yang dirintis oleh Mas Wahidin Sudirohusodo ini, adalah satu organisasi yang menjadi pilar utama gerakan Kebangkitan Nasional.

Mas Wahidin, punya sebuah ide yang mulia, yaitu beasiswa bagi anak-anak Jawa. Ia berharap, dengan adanya beasiswa tersebut, banyak anak yang mendapatkan kesempatan untuk bersekolah, mendapatkan pendidikan yang layak, yang saat itu hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas.

Idenya bersambut saat ia bertemu dengan para mahasiswa STOVIA. Para mahasiswa kedokteran dari kalangan priyayi rendah ini, merasa bahwa sudah saatnya, para pemuda bukan hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga memikirkan yang lain, masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Hingga dari sebuah embrio kecil bernama Boedi Oetomo, muncullah sebuah cita-cita besar bernama negara yang berdaulat atas tanah airnya sendiri.

Membaca kembali sejarah Hari Kebangkitan Nasional, dengan perkembangan jaman yang ada, rasanya memang pas, jika tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional saat ini adalah, ”Pembangunan Sumber Daya Manusia, Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia di Era Digital”.

Masih banyak SDM kita di bidang pendidikan yang bermasalah. Padahal menurut para pendiri Boedi Oetomo, pendidikan adalah pondasi vital bagi sebuah bangsa.

Salah satu masalah SDM di bidang pendidikan pada era digital ini adalah tentang bagaimana kualitas pengajar, dan apa yang diajarkan selama ini. Hal ini tak lepas dari perkembangan paham radikal di negara ini, yang akhir-akhir ini bak cendawan di musim hujan.

Banyak kasus ujaran kebencian, yang justru dilakukan oleh para pengajar, baik yang berprofesi sebagai guru, atau dosen perguruan tinggi. Dan ironisnya, mereka yang enteng melakukan ujaran kebencian tersebut, adalah para perempuan. Perempuan yang seharusnya mempunyai rasa empati lebih tinggi, yang juga seorang ibu, justru gagal berempati dengan asyiknya melontarkan fitnahan serta kata-kata yang tak pantas dikeluarkan seorang ibu, yang juga pengajar ini.

Tercatat, yang masih viral untuk saat ini, ada 2 nama perempuan, dengan posisi cukup tinggi di bidang pendidikan di negeri ini, yang cukup mempermalukan institusi pendidikan. Ada nama Fitri Septiani Alhinduan, yang menjabat sebagai kepala sekolah SMPN 9 Kayong Utara, Kalbar, yang enteng saja mengaitkan teror bom di Surabaya, sebagai sebuah pengalihan isu, menghasut masyarakat dengan fitnahan yang amat keji. Bisa dibayangkan, seorang perempuan, juga kepala sekolah, bisa zonder nalar, dengan mengatakan jatuhnya korban jiwa yang tak sedikit itu sebagai drama.

Lalu baru-baru saja, seorang dosen perempuan, dari Universitas Sumatera Utara, atau USU, yang bernama Himma Dewiyana, juga mengunggah postingan yang tak berempati, terkait peristiwa teror bom.

Dua nama di atas, adalah sedikit dari sekian nama yang masih dalam proses penelusuran pihak kepolisian RI. Karena post tersebut, tak hanya menggiring opini masyarakat, juga tendensius, penuh kebencian serta fitnah. Dan ini dikeluarkan oleh perempuan-perempuan, yang berprofesi sebagai pengajar. Menyedihkan bukan?

Seorang pengajar, yang seharusnya mendidik generasi muda agar terbentuk sebagai manusia yang mumpuni, tapi justru melukai profesi itu sendiri, dengan menyebarkan ujaran kebencian. Bukan sebuah figur yang patut dicontoh.

Sudah saatnya, negara ini menyeleksi kembali, para pendidik, juga orang-orang yang terkait di bidang pendidikan, agar kembali ke fitrah utamanya, sebagai pendidik, serta memberikan pendidikan yang layak, guna membangun sumber daya manusia yang mumpuni. Setidaknya, belajarlah lagi, pada sejarah, tentang jalan panjang para pendiri negeri, meniti tangga sejarah tanpa lelah, dimulai dari titik nol, bernama pendidikan.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends