Dua Single Mom di Balik Sukses Atlet Autis
- Post AuthorBy Arako
- Post DateSat Sep 23 2017
Sebuah review Project S Series : Side by Side
Sinopsis
Adalah Gym, remaja penyandang autisme yang bermain bulu tangkis di sebuah klub profesional. Kompak bermain double dengan sepupu sekaligus teman masa kecilnya, Dong, keduanya cukup berprestasi di level kejuaraan junior.
Konflik mulai muncul ketika Gym yang memang kesulitan mengontrol emosi, sering tantrum dan berbuat ulah di pertandingan resmi. Kondisi ini membuat Dong frustrasi hingga akhirnya hengkang dari klub dan meninggalkan Gym untuk bermain single. Dong bahkan “minggat” dari rumah hingga tak bisa ditemui Gym lagi.
Bagaimana hari-hari Gym tanpa “soulmate”nya? Mampukah dia bangkit dari keterpurukan dan melampaui keterbatasannya? Lalu tentang Noi, sahabat kecil Gym dan Dong yang diam-diam ditaksir keduanya…, pada siapakah si cantik ini akhirnya melabuhkan hati?
“Bertukar” Ibu
Kedua tokoh utama seri ini –Gym dan Dong–, digambarkan sama-sama tumbuh tanpa sosok ayah. Mereka dibesarkan oleh dua orang ibu bersaudara. Keduanya memiliki kepribadian bertolak belakang.
Tum, ibu Gym, seorang wanita karier cenderung dingin dan ketus. Meski terlihat kuat dan tangguh, wanita ini sebetulnya sempat pesimis dan putus asa dengan perkembangan Gym.
Beruntung, ada Teang, ibu Dong yang terus menyemangati. Mantan atlet nasional inilah yang pertama kali mengenalkan Gym pada permainan bulu tangkis untuk melatih fokus dan konsentrasinya. Teang yang menyadari potensi besar yang dimiliki Gym, akhirnya memasangkan keponakannya itu dengan anaknya sendiri, dan melatih keduanya dengan serius.
Perhatian Teang pada Gym yang sedikit berlebihan tanpa disadari sering membuat Dong cemburu. Dong yang anak kandung malah kerap dinomor-duakan. Anehnya, Tum juga melakukan hal yang sama. Sifat ketusnya cenderung hanya keluar saat menghadapi Gym. Sementara pada Dong, Tum jauh lebih hangat. Hal ini menimbulkan kesan Gym dan Dong memiliki ibu yang tertukar.
Dua Perempuan Hebat
Terlepas dari kekurangan yang dimiliki, baik Tum maupun Teang adalah perempuan hebat. Perginya Dong dari rumah menyadarkan keduanya, bahwa mereka telah salah memperlakukan anak.
Tak ingin larut dengan kesalahan masa lalu, dua ibu ini mulai bertransformasi. Teang mendukung keputusan Dong untuk bermain di klub lain, sementara Tum mengirim Gym ke SLB. Keputusan yang sangat berat diambil bagi keduanya, namun itulah yang terbaik.
Momen mengharukan adalah ketika Tum mencoba memulihkan hubungan emosional dengan Gym. Tum memang tidak serta merta mengubah kepribadiannya jadi sosok lembut bak ibu peri. Namun dengan menekan ego dan gengsinya sendiri, Gym akhirnya mengerti, bahwa ibunya tak se-iblis itu.
Seri ini benar-benar membuka mata, bahwa membesarkan anak berkebutuhan khusus sungguh bukan hal mudah. Lebih dari sekadar kesabaran dibutuhkan. Ada proses untuk memahami, ada dukungan untuk tetap kuat, juga pengorbanan untuk sesuatu yang jauh lebih baik.
Tum dan Teang mengajarkan hal penting yang perlu dipahami orang tua, bahwa kadang mustahil mengharapkan anak berubah, jika tak diiringi perubahan dari diri sendiri. Ego sebagai orang tua kadang menghalangi, namun kebersediaan diri untuk mengalah pada akhirnya berbuah manis.
Seri ini sungguh layak ditonton siapapun, bahkan bagi mereka yang tidak suka olah raga. Terlalu banyak pelajaran dan inspirasi hidup yang bisa diambil di dalamnya.
Recomended!
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)