Ely dan Ancaman Pemblokiran Facebook oleh Kominfo
- Post AuthorBy Margaretha Diana
- Post DateTue Apr 17 2018
Namanya Ely Hayati, biasa dipanggil Ely. Awalnya, ia tak berbeda dengan ibu rumah tangga biasa lainnya, hanya melakukan rutinitas pekerjaan rumah saja, mulai dari mengurus anak dan suami, juga rumah. Namun tuntutan kebutuhan, memaksanya keluar dari rumah, Ely pun bekerja paruh waktu, pada sebuah warung makan di dekat rumahnya.
Apa daya, kebutuhan demi kebutuhan, terutama untuk mencukupi keperluan anak semata wayangnya, membuat Ely memutar akal, ia mulai ikut dalam jaringan bisnis MLM. Dan guna memperlancar bisnis yang dijalaninya paruh waktu, Ely pun memanfaatkan fitur media sosial, sebagai ajang promosi, juga menambah jaringan baru.
Ely, adalah satu contoh nyata dari sekian juta perempuan di negeri ini, yang pintar memanfaatkan fitur media sosial, serta konten-konten yang ada di internet, guna menjalankan bisnisnya, serta membuka jaringan dengan relasi baru, dari seluruh penjuru negeri.
Media sosial seperti Facebook, tak dimanfaatkan hanya untuk sekedar bertegur sapa dengan kawan lama.
Hasilnya? Tak hanya memudahkannnya untuk berjualan produk-produk yang ia jual, tapi juga jaringan baru yang ia dapatkan, sharing ilmu sesama member, serta jalinan persahabatan yang semakin dekat dan kuat, sebagai sesama member MLM.
Facebook, setiap kali mendengar nama media sosial itu disebutkan, pikiran kita tentu akan melayang pada sebuah laman di internet yang mampu membuat orang-orang yang jauh, kembali berdekatan, tak terbatas jarak dan waktu. Sejak awal konten media sosial ini masuk ke Indonesia, banyak sekali yang memanfaatkannya untuk banyak kepentingan. Salah satunya ya, sebagai sarana media berjualan online, sebagaimana trend bisnis e-commerce sekarang ini.
Hingga rebut-ribut tentang pengambilan data sepihak oleh pihak Cambridge Analytica dari Facebook, mengguncang dunia. Diketahui, data-data para pengguna Facebook diambil serta dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica guna kepentingan politik di negara Amerika Serikat sana.
Terang saja hal ini menimbulkan polemik yang tak kecil.
Banyak negara merasa perlu mengambil tindakan khusus akan kejadian ini, tak terkecuali Indonesia. Tercatat, ada 1 juta data pemakai facebook di Indonesia yang diambil oleh Cambridge Analytica. Angka ini adalah angka ketiga terbesar dari total 87 juta data pemakai yang bocor.
Pihak Kominfo sudah melayangkan surat peringatan kepada pihak Facebook atas kejadian ini tak tanggung-tanggunng, Rudiantara, selaku Menkominfo, bahkan mengancam akan memblokir Facebook di Indonesia, jika pihak Facebook tak juga mengkonfirmasi serta memberi penjelasan kepada pihak Indonesia atas kasus tersebut.
Terang saja, statement Rudiantara ini, menuai banyak protes dari netizen Indonesia. Setelah sebelumnya Tumblr juga diblokir oleh Kominfo, masa iya, Facebook juga harus terblokir. Bukan apa-apa, dibanding media sosial lainnya, Facebook mempunyai fitur yang ramah pengguna, hingga mudah diakses oleh berbagai kalangan, seperti cerita Ely di atas.
Sebenarnya kasus ini rancu bagi pengguna Facebook di Indonesia. Karena, meski Cambridge Analytica adalah konsultan politik bagi Donald Trump, bagi publik Indonesia, tak ada pengaruh langsung yang berarti. Selain aplikasi Cambridge Analytica yang tak familiar digunakan oleh masyarakat kita, sudah ada TOC, standard kesepakatan awal pada saat kita membuat akun Facebook.
Di situ, di beberapa pasal mengenai term and policy, bahkan disebutkan dengan jelas, dengan huruf kapital besar,
”We try to keep facebook up, bug free, and safe, but you use it at your own risk. We are providing facebook as is without any express or implied warranties including, but no limited to implied warranties or merchantability, fitness or particular purpose, and non infringement, we do not guarantee that facebook will always be safe, secure or error-free or that facebook will always function without disruptions, delays or imperfections, facebook is not responsible for the action content, information, or data of third parties. And you release us, our directors, officers, employees, and agents for any claims and damages, known or unknown, bla bla bla bla…..”
Well, bukankah sudah jelas, bahwa sejak awal membuat akun Facebook, kita sudah tahu ketentuan-ketentuan dan hal-hal yang akan terjadi bukan? Jangan lantas menyalahkan pihak Facebook saja sementara kita enak saja sudah menyetujui semua syarat yang ada dengan klik agree agree agree dengan cepat tanpa mau repot-repot membacanya.
Itulah mengapa, seringkali ungkapan bijaklah bermedia sosial, memang bukan sekedar ungkapan, melainkan sebuah reminder, bahwa apa yang kita bagi di media sosial, terkadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Semoga pemerintah melalui Kominfo, lebih bijak menghadapi masalah ini dengan kepala dingin. Hingga para perempuan, ibu rumah tangga, seperti Ely, yang mempunyai keterbatasan gerak, tetap bisa memanfaatkan fitur-fitur Facebook, guna ikut memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)