Skip to main content
Categories
InspirasiKehidupanWoman Talks

Empat Hal yang Harus Dihindari Saat Patah Hati

Kemarin saya mendapat kabar dari seorang kawan yang lama tak saya jumpai. Ternyata kawan saya ini tengah patah hati karena dia baru saja menerima undangan pernikahan dari sang mantan yang dulu lama mem bina hubungan dengannya.

Seorang kawan lain di hari yang sama menelepon saya sambil menangis terisak. Pria yang dipacarinya selama setahun terakhir memutuskannya lewat SMS. Ia menolak ditelepon apalagi ditemui secara langsung pada saat teman saya menanyakan keputusannya tersebut.

Saking bulatnya tekad untuk menyudahi hubungan tersebut, sang mantan pun menyebutkan sederet kejelekan teman saya yang membuatnya merasa tak nyaman menjadi pacarnya lagi.

Sakit hati? Tentu saja!

Baik pria maupun wanita memiliki reaksi yang berbeda saat mengalami patah hati. Ada yang memilih untuk menyangkal kesedihannya, ada pula yang memilih untuk curhat sambil nangis sejadi-jadinya. Tapi tak sedikit pula yang memilih untuk menutup lembaran luka dengan melukai diri lebih dalam lagi. Yang paling rentan melakukan hal ini adalah kaum wanita.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dihindari saat mengalami patah hati.

1. Menahan Air Mata

Tidak ada yang salah dengan menangis, apalagi kalau yang ditangisi adalah orang yang kita sayangi. Pada saat kita kehilangan atau ditinggal pergi oleh seseorang, menangis adalah hal yang wajar untuk dilakukan.

pixabay

Bila memang Anda merasa malu untuk menangis di hadapan orang lain, silakan masuk ke dalam kamar atau ruangan di mana tidak ada seorang pun yang akan melihat air mata Anda.

Tapi jangan pernah menahan air mata. Bahkan ketika kita ingin menangis tapi di tempat umum sekalipun. Di saat perasaan itu harus diluapkan, lakukan saja. Anda boleh menepi supaya tidak terlalu banyak orang melihat. Luapkan kesedihan itu, jangan ditahan apalagi pura-pura kuat.

“Memendam emosi seperti frustrasi dan kesedihan hanya akan memperparah keadaan dan membuat Anda merasa lebih buruk,” ujar psikolog Nikki Martinez Psy.D.

2. Mengingkari Masalah

Berakhirnya sebuah hubungan merupakan efek dari banyaknya masalah yang tidak teratasi. Banyak orang yang merasa putusnya sebuah hubungan asmara bukanlah sebuah masalah besar.

“Masih banyak ikan di laut. Patah satu tumbuh seribu.”

Begitulah ungkapan yang sering dilontarkan mereka yang baru saja menyudahi hubungan asmara. Tak masalah berapa lamapun hubungan yang diakhiri, rasa sedih dan kecewa itu pasti ada. Yang perlu dilakukan adalah mengakui adanya masalah dan berusaha mencari jalan keluar atau memperbaiki situasi yang ada supaya tidak terulang lagi di masa depan.

Sebisa mungkin duduk dan bicarakan apa yang terjadi dengan sang mantan. Hindari memutuskan hubungan secara tidak langsung, misalnya via telepon atau SMS. Ingat, Anda menjalin hubungan dengan manusia, maka sudahi pula dengan cara yang manusiawi. Duduk dan bicarakan dengan kepala dingin layaknya dua orang dewasa.

Jangan menyangkal bahwa kesalahan sepenuhnya ada di pihak pasangan. Akui pula bahwa kita pun punya andil dalam berakhirnya hubungan tersebut.

Akhiri hubungan dengan baik, bahas secara detil apa saja yang tidak disukai dan apa yang disukai dari pasangan. Apa yang diharapkan dari pasangan agar menjadi orang yang lebih baik bagi pasangan mereka di masa depan.

Dengan begini, hubungan yang sudah berakhir tersebut tidak akan membuat sakit hati berkepanjangan.

3. Menutup Diri

Beberapa orang memilih untuk diam seribu bahasa dan berlarut-larut memikirkan apa yang telah terjadi. Bagaimana seandainya hubungan tersebut tidak berakhir dan apa yang bisa dilakukan untuk kembali pada sang mantan.

Pikiran-pikiran semacam ini bila diteruskan hanya akan membuat kita sulit tidur. Lebih parahnya lagi, Anda akan menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Ini akan merusak harga diri dan menutup potensi menjalin hubungan dengan orang lain di kemudian hari.

Jangan hadapi patah hati sendirian. Habiskan waktu bersama sahabat atau teman-teman yang dapat membawa suasana ceria. Pergi ke pantai atau taman hiburan, memasak bersama, nonton film terbaru, atau sekadar nongkrong di cafe yang nyaman.

Keputusan untuk bercerita atau tidak sepenuhnya ada di tangan Anda. Tapi jangan lalui patah hati sendirian karena itu hanya akan membuat Anda semakin merasa kesepian. Patah hati dan rasa kesepian bukanlah kombinasi yang baik untuk kesehatan fisik dan mental Anda.

pixabay

4. Malas Bergerak

Inginnya tidur saja sambil menangis. Melihat-lihat semua foto yang menampilkan kemesraan di masa lalu atau menonton film romantis yang berakhir sedih. Itu semua tidak akan membuat Anda merasa lebih baik.

Sedih itu wajar. Yang tidak wajar adalah glorifikasi kesedihan, yaitu menangis terus-menerus dan membiarkan perasaan semakin memburuk tanpa melakukan aktivitas apapun.

Bangkit dari tempat tidur atau sofa tempat Anda merenungkan kepedihan hati dan pergilah mandi. Apa hubungannya mandi dengan mengatasi patah hati?

Psikolog Deborah Serani Psy.D. mengatakan bahwa penderita depresi mengalami gangguan di bagian lobus frontal otaknya. Lobus frontal adalah bagian otak yang berfungsi untuk mengambil keputusan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu contoh keputusan yang dibuat oleh lobus frontal adalah mandi dan merawat diri.

Maka tidaklah mengherankan bila orang yang merasa sedih akan menghindari air dan tidak bersemangat untuk tampil lebih baik. Mereka bahkan tidak akan merasa perlu keluar rumah untuk berangkat sekolah atau kerja.

Meski nampak sepele, ingatlah untuk mandi dan membersihkan diri. Kucuri seluruh tubuh dengan air sejuk agar Anda bisa merasa lebih baik dan siap untuk beraktivitas. Agar bisa tidur nyenyak di malam hari, mandilah dengan air hangat dan pakailah sabun cair dengan wewangian yang membuat rileks seperti lavender atau jasmine.

pixabay

Saat Anda merasa sedih, segeralah bergerak dan menyibukkan diri. Bila Anda tak tahu harus memulai dari mana, mulailah dengan mandi dan melakukan perawatan diri. Bila kesehatan dan kesegaran fisik terjaga, niscaya kesehatan mental akan membaik.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends