Harapan Sederhana Mama Papua akan Pilkada
- Post AuthorBy Yulika Anastasia
- Post DateSun Jan 14 2018
Sebenarnya hari masih pagi, tetapi suhu udara panas berasa seperti siang bolong. Terlihat di trotoar sepanjang tepi pantai Dok Dua Jayapura, mama-mama sibuk menata lapak dagangannya. Trotoar yang biasanya sepi di pagi hari, mendadak menjadi ramai dengan penjual musiman. Ada yang berjualan pinang, minuman dingin, rokok, dan bakso.
Para penjual, yang sebagian besar adalah kaum perempuan, datang dari berbagai penjuru Kota Jayapura. Rejeki bisa datang dari mana saja. Curahan berkat dari Yang Maha Kuasa akan mengalir dengan caraNya, asalkan mau tekun bekerja, sabar dan penuh rasa syukur.
Di Papua saat ini tengah diramaikan dengan moment Pilkada Serentak. Ada moment, berarti ada massa! Dimana ada massa berkumpul, di situlah ada peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Inilah pikiran sederhana para pedagang kaki lima.
Siang itu, sembari menunggu kedatangan Bakal Calon Gubernur Papua dan Wakil Gubernur Papua yang hendak mendaftarkan diri sebagai peserta Pilgub di Kantor KPU Papua, yang berlokasi tepat berhadapan dengan Pantai Dok Dua, saya ngobrol dengan beberapa penjual musiman.
Salah seorang penjual, Mama Samberi, sambil menata barang dagangannya panjang lebar ia bercerita tentang jualannya. Selama tiga hari pendaftaran pilgub Papua, yakni dari tanggal 8-10 Januari 2018, ia sengaja datang dari Dok 8 untuk berjualan di Dok Dua.
“Hari pertama berjualan disini sepi, trada (tidak ada) massa yang datang. Hari kedua, dagangan saya laris. Semuanya habis. Semoga hari ketiga ini, dagangan saya juga cepat habis,” urainya.
“Untungnya lumayan, mbak. Kemarin saya dapat untung hingga 1,7 juta rupiah. Uangnya mau dipakai untuk membeli kebutuhan anak sekolah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Mama Samberi pun bercerita tentang usahanya. Ia adalah penjual musiman yang memanfaatkan setiap moment besar untuk mengais rejeki, seperti festival budaya dan pameran. Di mana ada massa berkumpul, di situ ia hadir untuk menjajakan dagangannya, yakni makanan ringan dan minuman dingin.
“Dari daerah saya, Dok 8, ada sekitar 8 ibu yang sama seperti saya. Kami kadang-kadang iuran mencarter mobil bak terbuka, perginya sama-sama. Seperti beberapa waktu lalu, kami berjualan saat festival di Perbatasan RI-PNG,” terangnya.
Ya, Mama Samberi tidak sendiri. Di sebelah lapaknya ada lapak Mama Bertha, yang juga mengejar moment untuk berjualan.
“Kalau tidak ada moment besar, saya biasanya berjualan di rumah saya di Dok 8. Kalau ada moment seperti sekarang ini, saya turun ke kota untuk berjualan. Keuntungannya lumayan,” timpal Mama Bertha.
Kami pun berbincang tentang situasi politik Papua menjelang Pilkada Serentak dengan obrolan ala Mama-mama Papua. Obrolan ini menjadi lebih asyik, ketika seorang pembeli, sebut saja namanya Mama Lusia bergabung mengobrol dengan kami, sambil menikmati minuman dingin.
“Semoga pilgub aman,” ujarnya.
Ternyata harapan Mama-mama ini sangat sederhana, yakni agar pilkada berjalan aman, lancar dan damai. Pemimpin yang terpilih nanti agar lebih memperhatikan kaum perempuan dan masyarakat kecil.
Sesekali Mama Samberi dan Mama Bertha memperhatikan spanduk besar yang berisikan agenda pilkada. Saya menebak, keduanya pasti sedang berpikir tentang moment dalam pilkada yang bisa dimanfaatkan untuk berjualan. Di mana ada massa berkumpul, disitu ada peluang untuk menghasilkan pendapatan tambahan. (YA)
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)