Her Story: Diary Pramugari (Bag. I)
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSat Aug 19 2017
Diane Harlisa
Seperti kebanyakan mimpi anak-anak pada masa kecilku dulu, kalau ditanya mau jadi apa, jawabnya “pramugari.”
Menjadi pramugari memang cita-citaku sejak kecil karena suka melihat tante-tanteku yang juga pramugari, bisa jalan-jalan, beli coklat, beli parfum, cantik, keren kalau lagi jalan di airport. Begitu deh pikiran-pikiran anak kecil.
Karena itu aku bertekad harus menjadi pramugari. Tadinya aku sama sekali tak terpikirkan mau jadi pramugari di airline asing. Beneran gak ngerti, aku taunya cuma mau jadi pramugari di Garuda, titik. Tapi ternyata tak semudah yang kubayangkan. Prosesnya MashaAllah luar biasa deh, pokoknya. Pelamar yang datang bisa beratus-ratus orang dalam sehari ditambah tes-tes lainnya. Alhasil berkali-kali kucoba tapi belum dikasih rejeki.
Sampai pada akhirnya ternyata ada airline di Indonesia yang membuka rekrutmen pramugari. Aku coba saja. Alhamdulillah diterima. Pengalaman yang sangat berharga buatku. Dari situ aku jadi punya pengalaman, bagaimana kerja sebagai pramugari, lingkungan kerjanya, seru!
Meski tak seindah yang kupikirkan sebelumnya, tapi tidak membuatku kapok malah makin semangat. Apalagi mendengar cerita sana sini, waaahhh, senang banget deh bergaul sama mbak-mbak pramugari banyak ceritanya. Lucu-lucu dan ada juga yang tragis, bagaimana pengalaman-pengalaman mereka dan yang paling penting mereka suka berbagi tentang rekrutmen cabin crew di airline lain. Maksudnya airline di luar negri. Nah, baru deh aku terpikir, “Hmmm, seru juga yah bisa terbang ke luar negri,” sesuai mimpiku. Saat itu belum terpikir besarnya gaji.
Sambil menunggu ada lowongan untuk cabin crew maskapai penerbangan luar negeri, kucoba untuk memperbaiki Bahasa Inggrisku. Penting banget! Oh iya, setelah banyak bergaul dengan mbak-mbak pramugari, mendengar bagaimana caranya kalau mau apply as a cabin crew, aku sudah agak pintaran.
Buka saja website airline-nya lalu ke Job Site nya. Nah, ada applikasi online-nya ternyata. Kita isi saja. Kalau memang mereka ada rekrutmen, mereka akan menghubungi kita. Tapi kalau belum ada, biasanya file kita akan mereka simpan dulu.
Akhirnya kesempatan itu datang…, my first airline interview… Sudah berasa OK banget, kan sudah punya pengalaman daaann sudah bisa dandan cantik, Bahasa Inggjris cas cis cus…, eeh ternyataaaa…, failed! Gagal, ya sudah mau bagaimana, belum rezeki.
Aku meneruskan terbang di airline domestik lagi.
Pada suatu hari aku chat dengan temanku yang kerja di airline yang sama tapi sudah lama gak ketemu. Iya, soalnya kita terbang sesuai schedule jadi jarang sekali terbang dengan orang yang sama. Nah, aku gak sadar kalau ternyata dia sudah lama gak terbang lagi di airline domestik. Sambil menunggu pesawat mendarat di crew lounge, ternyata chatting dengan temanku yang cuma sebentar dan iseng itu membawa hasil percakapan yang luar biasa yang mengubah hidupku. Dia bilang sekarang sudah kerja di salah satu airline di middle east (Timut Tengah). Aku sama sekali belum pernah mendengar nama maskapai penerbangan itu tahun 2003.
Temenku mengajak untuk mencoba, “Ayo coba apply, ini airline baru.” Mungkin maksudnya belum banyak yang tau tentang airline ini jadi agak mudah kalau mau melamar. Aku gak pikir panjang pokoknya mau nyoba, toh ada teman di sana.
Sampai rumah aku buka websitenya ternyata alhamdulillah airline itu sedang ada walking interview di Jakarta! Aku persiapkan semua dokumen yang diperlukan (CV, Ijasah, sertifikat-sertifikat, foto full body, pas foto) OK, lengkap. Siap untuk interview…. Ternyataaaa, banyak juga yang datang. Ya sudah siap mental.
Tes tinggi, berat, passed. English writing, passed. Alhamdulillah tinggal beberapa orang saja yang bertahan. My dream almost come true. Last but not least, interview with airline representative, HRD, cabin crew manager and cabin cew instructur. Deeggg! Bismillah. Smile… smile…, untung aku hobby cengar-cengir… “Good afternoon Sir, Mam…, bla bla bla….” Watch your words, and again, smile, dalam hatiku. Be confident, but do not over. Answer whatever they ask. Do not gossiping other company. Alhamdulillah terimakasih ya Allah, aku sudah antisipasi dengan memperbaiki Bahasa Inggrisku sebelumnya sambil menunggu kesempatan ini.
Sigkat kata, wawancara itu berlangsung dengan baik. Aku bisa berbicara dengan mudah, terkadang bercanda, bahkan aku selalu menjawab apapun yang ditanyakan dalam Bahasa Inggris begitu lancar.
Wawancara pun selesai dan mereka mengatakan akan memberikan kabar atas hasilnya.
Besok sore belum ada kabar juga atas hasilnya. Sampai malam, temanku saat interview menelepon, “Eh, udah dapat kabar belum? Gueudahnih, keterima!” What?! Kok aku belum? Pikirku dalam hati.
Penasaran, akhirnya aku telepon hotel tempat mereka menginap, kutanyakan kok belum kasih kabar. Lalu mereka bilang, “Oh iya, congratulation kamu diterima!” Alhamdulillah, untuung aja aku telepon mereka. Jadi nih ya, banyak-banyakin kenalan saat lagi di tempat interview, tanya nomor telepon teman-teman, biar bisa saling kasih kabar. Terus kalau belum dapat kabar after final test, bisa kok mengirim e-mail ke perusahaan itu untuk tanya bagaimana hasilnya. Biar gak penasaran kan.
Itulah awal aku memulai karir di internationalairline tahun 2003. Setelah ditolak berpuluh-puluh kali akhirnya rejeki itu datang juga. Bukan cuma satu airline yang pernah menolakku, tapi hampir semua airline di Indonesia. Hahaha…, nasib gak se-kece model.
(Bersambung: I’m Indonesian, I’m In Charge for This Flight)
- Post Tags#diary#her#pramugari#story
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)