Ini Nasihat Orang Tua yang Menjadi Bumerang
- Post AuthorBy Ratih Sugianti
- Post DateMon Feb 19 2018
Siang ini saya didatangi orang tua siswa. Dia bercerita dan sangat kaget ketika tersebar video tidak senonoh dari sekolah swasta tingkat SMP di Jakarta. Video tersebut terlihat seorang siswi sedang melakukan “BJ” pada seorang siswa. Dengan menggebu-gebu orang tua itu bercerita bahwa hal tersebut di luar ekspetasinya. Dia berpikir bahwa untuk umur segitu mereka kok bisa melakukan hal tersebut, sungguh mengagetkan perkembang anak zaman now. Lalu dia curhat bahwa ketakutan atas perkembangan anaknya sekarang. Kebetulan anaknya perempuan maka dia merasa bahwa perempuanlah yang nanti akan dirugikan. Terbukti dalam video tersebut hanya siswinya saja tersorot kamera karena dipastikan siswanya yang merekam video tersebut.
Mendengar curhatan orang tua siswa tersebut, saya tertegun dan berpikir. Apa yang salah dalam hal ini? Saya mencoba menjelaskan dari apa yang telah saya renungi.
Nasihat Orang Tua
Sebagai orang tua ingin sekali anaknya tumbuh dengan normal baik fisik atau pun jiwa. Doa orang tua pun tak pernah putus untuk anaknya agar menjadi anak yang berkarakter baik. Nasihat-nasihat pun dilontarkan ketika anak beranjak remaja. Semakin menantang saja ketika anak mulai menyukai lawan jenis. Larangan pacaran hingga nasihat yang menjadi boomerang.
Nasihat seperti apa yang menjadi boomerang yang seringkali diucapkan oleh orang tua. Marilah kita simak beberapa percakapan orang tua dengan anaknya yang sudah remaja.
Percakapan 1
Ibu: “Ciee sudah punya cowo yak?”
Anak: “Hehehe, kenapa bu? Gak boleh ya?”
Ibu: “Hemmm sepertinya kamu belum cukup umur untuk pacaran. Masa depan kamu masih panjaaaang. Jangan buang-buang waktu dan pikiran untuk sebuah relationship.”
Anak: “Kan bisa pacaran sambil menata masa depan.”
Ibu: “Aduuuh, kamu perempuan, ibu takut kamu hamil kalau pacaran-pacaran.”
Anak: “Ooh takut hamil.”
Percakapan 2
Ayah: “Kamu sudah punya pacar?”
Anak: “Iya.”
Ayah: “Hati-hati macarin anak orang.”
Anak: “Emang kenapa Yah?”
Ayah: “Hati-hati nanti anak orang hamil.”
Anak: “Tenang aja Yah!”
Itu hanya sebagian kecil percakapan orang tua dan anaknya yang menyelipkan nasihat. Adakah yang salah dalam dialog orang tua tersebut. Bagi saya nasihat tersebut adalah lumrah, biasa dan seringkali saya dengar ketika saya remaja. Bukan saja orang tua namun guru di sekolah bahkan guru ngaji pun menasihati itu. Namun untuk zaman now, nasihat itu malah menjadi bumerang para orang tua. Ini yang saya dengar dari beberapa siswa yang sedang bercakap-cakap baik di sekolah mau pun di tempat umum. Seperti ini percakapannya.
Percakapan 1
Anak 1: “… gak boleh pacaran ma nyokap!”
Anak 2: “Alasannya?”
Anak 1: “Ya takut hamil katanya.”
Anak 2: “Emang pacaran itu ngapain sampe hamil segala.”
Anak 1: “Nah itu makanya.”
Anak 2: “Padahal hari gini gampang kan kalau gak hamil.”
Percakapan 2
Anak 1: “Pacaran oke–oke aja.”
Anak 2: “Iya, pacarnya banyak juga oke.”
Anak 1: “… yang penting jangan sampai hamilin yeee.”
Anak 2: “Iyaaa. Lu mah pinter caranya!”
Aduh-aduh pasti kaget dengan percakapan mereka. Ternyata mereka menggarisbawahi kalimat yang penting tidak hamil. Maka anak-anak sekarang sudah tahu bagaimana caranya agar tidak hamil atau menghamili. Kita hampir menganga ketika anak kita sudah paham alat kontrasepsi, baik berupa benda maupun obat yang diminum karena barang tersebut mudah didapatkan.
Maka tak heran jika didapati video remaja awal melakukan pemuasan hasratnya. Mereka dengan sadar melakukannya karena mereka tahu bagaimana meredam masa depan yang suram.
Solusi
Apa yang harus dilakukan orang tua mengahadapi kehidupan remaja saat ini? Menurut saya sebagai ibu sekaligus guru, kita harus berhati-hati memberikan nasihat. Berikan penjelasan kepada anak-anak dengan logis. Jelaskan mengapa dalam agama melarang, sekolah melarang, bahkan lingkungan pun melarang untuk melakukan kegiatan seks di luar pernikahan. Sulit memang namun jangan pernah menyerah untuk tetap memberi nasihat anak-anak. Yang paling penting lagi selalu berdoa untuk kebaikan anak-anak karena bagi saya doa adalah segalanya
Semoga Tuhan selalu melindungi anak-anak kita. Amin. Selamat beraktivitas.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)