Jauhkan Anak dari Mental Pengemis di Hari Raya
- Post AuthorBy Arako
- Post DateFri Jun 08 2018
Hari Raya Idul Fitri sudah di depan mata. Selain mudik, ada satu lagi tradisi khas lebaran di Indonesia yakni salam tempel. Menurut KBBI, salam tempel berarti salam yang disertai uang (atau amplop berisi uang) dan sebagainya yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami. Saat lebaran, biasanya salam tempel diberikan kepada anak-anak kecil. Tradisi ini tentunya menjadi sukacita tersendiri di masa kecil dan umumnya menjadi momen paling dirindukan ketika sudah beranjak dewasa.
Salahkah tradisi salam tempel ini?
Tentu saja tidak. Banyak manfaat yang bisa dirasakan dari tradisi membagi-bagikan uang saat lebaran. Diantaranya mengajar anak bersyukur dan berterima kasih, memotivasi anak bersilaturahmi pada kerabat dan tetangga, mengajar anak mengelola keuangan, dan tentu saja menjadi ladang pahala bagi yang memberinya.
Sayangnya, nilai positif tradisi ini kerap luntur oleh ulah anak-anak yang mungkin luput didikan. Lebaran tahun lalu, saya menemui sejumlah anak kecil yang terang-terangan meminta jatah salam tempel tanpa malu-malu. Bahkan, ada yang langsung membuka amplopnya dan berkomentar “Kok cuma segini, Tante? Om A ngasihnya lebih banyak lho. Tambahin dong, Tante …”
Saya tahu, tidak semua anak begini. Namun tidak sedikit pula orang tua yang terkesan membiarkan, bahkan menyuruh anak untuk meminta-minta secara tidak langsung. “Eh, sana buruan ke rumah Pakdhe A, biar nanti dikasih angpao.”
Menerima pemberian tentu sah-sah saja. Namun jangan sekalipun membiarkan anak-anakmu meminta-minta. Memberi lampu hijau untuk meminta di usia dini, hanya akan menjadikan mereka bermental pengemis. Sekalipun salam tempel memang terhitung “hak” anak-anak, namun jika sampai meminta, harga diri tentunya akan jatuh. Efek sampingnya, saat dewasa mereka jadi tidak punya malu.
Banyak lho contoh orang dewasa yang tidak segan meminta THR meski bukan peruntukannya. Mereka meminta bukan pada perusahaan yang memang berkewajiban memberi, namun pada pihak lain yang tidak ada hubungannya sama sekali. Tak sedikit pula yang sampai memaksa dan naik darah ketika permintaannya tak dipenuhi. Sekalipun dipenuhi, jelas tidak dengan disertai rasa ikhlas dari pemberinya. Yang memberi ketakutan duluan karena diancam.
Tangan di atas akan lebih mulia daripada tangan di bawah. Ingatkan selalu anak-anakmu akan hal ini: terima jika diberi, namun jangan sekali-kali meminta. Ucapkan terima kasih pada yang memberi, dan jangan menilai dari nominal uang pemberiannya. Jangan iri pada anak lain yang mungkin diberi lebih. Ajarkan selalu bahwa rezeki seseorang tidak akan pernah tertukar dan sudah menjadi kewajiban manusia untuk bersyukur.
Jangan membiasakan apa pun yang keliru. Jangan lindungi kesalahan anakmu dengan “Ah, maklum. Namanya juga anak-anak.” Justru karena masih anak-anak itulah, orang tua bertanggung jawab atas pembentukan karakter dan sifat mereka yang dibawa saat dewasa.
Selamat menyambut Hari Raya Idul Fitri, Ladies. Mohon maaf lahir dan batin.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)