Jurnalis PeranPerempuan.id Raih Penghargaan Peserta Training Jurnalistik Terbaik
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSat Mar 17 2018
Jurnalis dari Peranperempuan.id terpilih sebagai peserta terbaik dalam Journalism Training Based on Gender Perspective yang diselenggarakan di Jayapura, 13-16 Maret 2018, oleh STIKOM Muhammadiyah Jayapura dan disponsori oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Di akhir sesi pelatihan itu terpilih dua orang peserta terbaik, yakni Yulika Anastasia (peranperempuan.id) dan Mozes Lisapally (papuasatu.com). Plakat penghargaan diserahkan oleh Indar Juniardi, Senior Information Specialist Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.
Pelatihan ini diikuti oleh 40 orang jurnalis Papua, yang dibagi dalam dua gelombang; gelombang pertama 13-14 Maret dan gelombang kedua 15-16 Maret. Peserta pelatihan, lebih dari separuhnya adalah jurnalis perempuan.
Kepekaan terhadap isu perempuan dan anak, serta kontribusi perempuan dalam berbagai sektor dan lini kehidupan, perlu dilatih. Jurnalis adalah figur yang memiliki peranan sangat besar dalam memberitakan isu tentang perempuan. Bagaimana pemahaman dan sudut pandang seorang jurnalis terhadap isu gender, tentunya akan mempengaruhi respon masyarakat terhadap berbagai isu yang dikemukakan.
Assistant Press Attache US Embassy, Alexia Branch, yang secara khusus menghadiri pelatihan tersebut memberikan support kepada jurnalis agar terlibat aktif dalam pelatihan tersebut.
Sementara itu, penanggungjawab kegiatan Dr. Nahria, mengharapkan pelatihan tersebut menjadi bekal dalam menulis pemberitaan yang berperspektif gender.
“Oleh karena itu kami bermaksud melaksanakan kegiatan pelatihan sehingga nanti ke depan jurnalis memiliki kepekaan terhadap isu gender dan mengaplikasikannya dalam liputan dan beritanya. Terutama dalam hal konflik, kalau selama ini yang diberitakan adalah dari perspektif laki-laki, maka melalui pelatihan ini kami berharap perempuan juga harus dilirik sebagai agen resolusi konflik dan resolusi pendamaian sehingga itu menjadi pemberitaan,” pesannya.
Narasumber dari pelatihan tersebut adalah Dr. Eni Maryani, MSi, dosen program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran Bandung, Dr. Tri Hastuti Nur, MSi, dosen ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Direktur LBH Apik Jayapura, Nur Aida Duwila, SH
Jurnalisme yang sensitif gender
Menerapkan jurnalisme yang lebih sensitif gender menjadi tujuan dari digelarnya pelatihan ini. Untuk itu, para peserta mendapatkan materi beberapa materi, yakni Gender sebagai konstruksi sosial:
1. Memahami ketidak-adilan terhadap perempuan
2. Pemetaan isu gender dalam media massa
3. Menganalisis berita bias gender dan berperspektif gender, dan Kebijakan gender di Indonesia.
Pembahasan materi tersebut berlangsung seru, diwarnai tanya jawab bahkan perdebatan antara jurnalis dan narasumber yang dihadirkan.
Pelatihan tersebut pun mendapatkan respon yang sangat positif dari peserta. Sebagian besar diantaranya mengaku baru pertama kali mengikuti pelatihan jurnalisme yang berkaitan dengan isu gender.
“Pelatihan ini perlu, karena selama ini kita belum tahu jelas gender itu yang bagaimana, seperti apa berita yang bias gender, kadang tanpa disadari kita membuat berita banyak yang meng-objekan perempuan. Contohnya, kasus dengan korban perempuan, banyak yang didahulukan korbannya, sementara pelaku di belakang. Mengapa bukan pelaku yang dikedepankan. Jadi, pelatihan ini menambah wawasan. Saya jadi mengerti bagaimana menempatkan berita, agar perempuan jangan selalu menjadi objek,” kata Nunung Kusmiaty, jurnalis Harian Pagi Papua
“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami jurnalis, juga dalam kehidupan berkeluarga. Pelatihan ini membuka wawasan kami terkait persoalan tentang gender. Dalam memilih angle berita pun jadi lebih paham, bukan hanya menempatkan perempuan sebagai objek pemberitaan,” kata Rivand Nae, jurnalis Net TV
Hal senada pun diungkapkan oleh Alex Gobay, jurnalis Kabarmapega.com
“Semakin memahami tentang persoalan gender. Kebanyakan orang menilai bahwa gender itu tentang perempuan saja. Melalui pelatihan ini saya lebih memahami bahwa peran perempuan dan laki-laki adalah setara,” ujarnya.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)