Skip to main content
Categories
BahasaBeritaBudayaFeature

Ketika Anak Tak Lagi Fasih Berbahasa Ibu

Jayapura, Enggros adalah sebuah perkampungan tua yang berada di tengah Teluk Yotefa. Kampung ini sebenarnya tidak jauh dari pusat Kota Jayapura. Hanya saja untuk menuju ke kampung ini, kita harus menggunakan speedboat sekitar 10 menit perjalanan dari dermaga Pantai Bebek, Hamadi, Jayapura.

Kampung dengan pemandangan alam yang sangat indah ini dihuni oleh 600 jiwa, yang merupakan Suku Asli Jayapura, diantaranya Suku Drunyi, Sanyi, Meraudje, Semra, Hababuk dan Iwo. Warga Kampung Enggros sendiri rata-rata bekerja sebagai nelayan, namun ada juga yang berprofesi sebagai Aparatur Negeri Sipil.

Arus globalisasi yang tengah melanda dunia pun, dirasakan oleh warga kampung tersebut. Orang-orang tua di kampung Enggros, kini resah sebabnya anak-anak mereka di jaman yang serba canggih ini tidak lagi fasih menggunakan bahasa ibu mereka, yakni bahasa asli Enggros. Bukan hanya orang tua, bahkan orang-orang dewasa pun sebagian besar tidak lagi fasih berbahasa ibu.

Kegelisahan soal bahasa ibu yang tidak lagi dikuasai generasi jaman sekarang, diungkapkan oleh warga. “Mereka dengar dan mengerti namun susah mengucapkan,” tutur Mama Adri Meraudje (62 thn).

“Anak-anak paham kata per kata namun sulit untuk membuat satu kalimat,” imbuh Nikodemus Meraudje.

Ditambahkan oleh Agus Itaar dan Mama Adri Meraudje, dalam komunikasi sehari-hari, orang tua dan anak-anak menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, sehingga berangsur-angsur bahasa ibu menjadi terabaikan bahkan tidak lagi dikuasai.

Kesadaran akan pentingnya pelestarian bahasa ibu beberapa waktu belakangan muncul di antara orang-orang tua Kampung Enggros. Dikatakan oleh Kepala Kampung Enggros, Origenes Meraudje, saat ini hanya ada sekitar 30-an warga yang masih bisa berbahasa ibu, itupun warga yang telah berusia 50 tahun keatas.

Oleh karena itu warga berinisiatif untuk melatih anak-anak kecil hingga remaja untuk belajar berbahasa ibu. Setelah anak-anak pulang sekolah atau pada sore hari, mereka berkumpul di para-para (pendopo) untuk belajar bahasa Enggros. Kegiatan ini berjalan sedikitnya dua kali dalam satu bulan.

Mama Adri Meraudje (62 thn) sedang mengajar anak-anak berbahasa Enggros. Foto: Yulika Anastasia

“Saya upayakan untuk tulis buku bahasa Enggros, kata kerja, kata keterangan dibuat seperti kamus. Diajarkan kepada anak-anak kecil agar lama-lama mereka mengerti,” terang Origenes Meraudje.

“Untuk instruktur bahasa-nya sendiri, orang-orang tua kami,” lanjutnya.

Salah satu pengajar bahasa Enggros ialah Mama Adri Meraudje. Dengan sabar Mama Adri mengajarkan kata per kata kepada anak-anak.

Mama Adri Meraudje, Origenes Meraudje dan beberapa orang tua di kampung, punya sebuah harapan besar. Upaya mereka untuk melestarikan bahasa ibu dengan cara mewariskannya kepada anak-anak generasi jaman sekarang kelak akan membuahkan hasil. Sebab, mereka sadar bahwa bahasa adalah bagian dari budaya.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends