Ketika Bencana Alam Dikaitkan Dengan Miyabi Hingga Rizieq Shihab
- Post AuthorBy Lovanisa
- Post DateWed Oct 03 2018
Belum usai duka yang diakibatkan bencana Lombok, kini Indonesia kembali berduka dengan adanya gempa berkekuatan 7.7 SR disertai tsunami yang menimpa warga Sulawesi Tengah, tepatnya di Palu dan Donggala. Kabar terakhir memberitakan jumlah korban yang berhasil dievakuasi sudah lebih dari 1300 jenazah dan korban yang hilang mencapai 113 orang.
Seperti yang sudah lazim terjadi, setiap berita besar dan viral akan menjadi perbincangan netijen selama berhari-hari. Apalagi bencana yang runut menimpa beberapa kota di Indonesia ini membuat banyak orang bersedih, khawatir sekaligus bersyukur bahwa dirinya masih dalam keadaan aman dan masih bisa berkumpul dengan keluarga tercinta. Namun beberapa di antaranya mendadak menjadi pakar penyebab bencana yang hasilnya terkesan minim empati.
Masih ingat bencana Gunung Merapi Yogyakarta pada tahun 2010? Ki Dharsimo Buyat selaku pimpinan dari FPI mengaku telah mencari tahu penyebab bencana tersebut melalui meditasi spiritual. Hasilnya adalah semua bencana yang terjadi kala itu, baik Gunung Merapi maupun tsunami di Mentawai, diakibatkan oleh kedatangan Miyabi ke Indonesia. Ki Dharsimo juga menambahkan bahwa Roh para leluhur bangsa sedang gelisah karena kesucian tanah air kita dinodai oleh perempuan tak bermoral. Untuk menenangkan kegelisahan tersebut, Ki Dharsimo bersama kelompoknya ditugaskan untuk menjalani dua tugas supaya Indonesia tercegah dari bencana. Apa saja tugasnya?
- Mengusir Miyabi
- Mengusir Ariel Noah, Luna Maya, Cut Tari, Krisdayanti, Dewi Persik, Julia Perez, Ahmad Dhani dan Mulan Jameela dari Indonesia.
Berbeda dengan bencana yang terjadi baru-baru ini, ketua umum FPI, Ustad Sobri Lubis, menduga bahwa semuanya menyangkut kriminalisasi ulama yang dialami Habib Rizieq Shihab dan Gus Nur. “Gus Nur tersangka, Palu langsung gempa bumi, dibayar tunai,” kata Sobri Lubis dalam sambutannya di acara doa keselamatan bangsa dan Habib Rizieq Shihab di kawasan Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (29/9/2018) malam.
Sobri juga menghimbau supaya pemerintah menghentikan segala bentuk kriminalisasi terhadap ulama yang selama ini dilakukan. Sehingga Indonesia diselamatkan dari bencana alam seperti gempa di Lombok, Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Padahal seperti yang kita tahu bahwa keadilan menuntut dan menempatkan manusia sama di depan hukum. Di sini prinsip equal before the law tak boleh hanya dipidatokan, tapi dilaksanakan, seperti Rasulullah SAW telah membuktikannya. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS al-Nahl [16]: 90).
Nalar tadi hanya segelintir dari banyaknya dugaan yang mencuat, mulai dari kelakuan pendukung rezim atau makin maraknya maksiat. Padahal dari jaman dahulu kala di setiap belahan dunia pasti ada penghuninya yang berkelakuan buruk. Pendapat ini menempatkan orang awam di gray area karena belum tentu praduga mereka benar 100%. Namanya juga dugaan.
Beda lagi dengan pendapat dari pakar yang sebenarnya, peneliti LIPI, yang mengatakan bahwa Indonesia terletak di kawasan sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi, Eko Yulianto, mengungkapkan letak Palu berada di atas sesar Palu Koro. Sesar Palu Koro adalah patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua bagian barat dan timur. Sesar ini mempunyai pergerakan aktif dan jadi perhatian para peneliti geologi.
Peneliti bidang geofisika kelautan dari Pusat Penelitian Oseanografi, Nugroho Dwi Hananto, menyebut adanya kemungkinan bahwa sesar mendatar Palu Koro yang memiliki komponen deformasi vertikal di dasar laut memicu terjadinya tsunami. Kawasan Teluk Palu hingga Donggala juga mempunyai bentuk mirip kanal tertutup dengan bentuk dasar laut yang curam. Akibatnya jika ada massa air laut datang, gelombangnya lebih tinggi dan kecepatannya lebih cepat,” jelas Nugroho, yang dilansir oleh TribunJabar.
Dunia ini banyak dipenuhi kriminal, ketidak-adilan, pelaku kejahatan, bahkan perusak alam. Kita tidak bisa menunjuk satu dua masalah yang berhubungan dengan moral untuk menjadikannya sebagai penyebab bencana alam. Cukup berprasangka saja bahwa semuanya merupakan teguran untuk membuat kita sadar bahwa manusia tidak mempunyai kuasa untuk melawan alam yang murka. Untuk membuat kita sadar bahwa manusia hidup saling ketergantungan, untuk selalu bersyukur, juga kesadaran untuk menjaga bumi. Jadi daripada membuat prediksi dari hasil dugaan, sebaiknya pelajari lagi ilmu pengetahuan alam. Siapa tahu bisa mencari solusi atau menemukan data geo-sains lebih lengkap untuk bisa mengkaji potensi terjadinya gempa dan tsunami.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)