Skip to main content
Categories
BeritaMedia Sosial

Lukman Prananto, Antara IQ, EQ dan SQ Yang Tidak Sejalan

Lukman Adi Prananto. Lelaki muda ini belakangan jadi bahan pembicaraan banyak orang. Dari yang tak pernah diketahui kehidupannya, menjadi seseorang yang banyak dicari di mesin pencari google. Siapa dia? Dan apa yang membuat Lukman menjadi bahan pembicaraan banyak orang?

Jujur, saya sendiri tak pernah tahu siapa dia. Namanya pun tak familiar di telinga saya. Dan saya pun, tergerak untuk ikut-ikutan mencarinya di google, biar lebih jelas.

Tak butuh waktu lama untuk dapat menemukan data, siapa itu Lukman Prananto. Setelah saya baca, ternyata dia adalah seorang Vice President salah satu BUMN, tepatnya di PT PP Energy, anak perusahaan dari PT Pembangunan Perumahan (PT PP) yang bergerak di bidang energi minyak dan gas, pengembangan dan operasi pembangkit listrik, energi terbarukan, serta pembiayaan dan perdagangan komoditi energi.

Berdasarkan informasi yang saya dapat, Lukman adalah lulusan dari Tokyo Institute of Technology (TITech) Jepang. Dan menurut sepupu saya yang juga pernah kuliah di Jepang dan sekarang bermukim di Belanda, rata-rata mahasiswa yang lulus dari TITech itu adalah mahasiswa yang memiliki Intelegent Quotient (IQ) diatas rata-rata orang kebanyakan. Berarti bisa dibilang mereka adalah mahasiswa pintar.

Sayangnya, dengan IQ yang tinggi dari seorang Lukman Prananto tidak dibarengi dengan Emotoinal Quotient (EQ) yang baik pula. Jika antara IQ dan EQ nya bejalan seiring, tentu saja dia akan berpikir dua kali untuk marah-marah terhadap pemerintah di media sosialnya hanya gara-gara masalah yang menurut saya sepele. Apalagi dengan menggunakan kata-kata kasar yang menurut saya sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang pejabat tinggi sebuah BUMN, seperti kata (maaf) ‘bangsat’ dan lain sebagainya.

Pun ketika saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, seharusnya tak perlulah dia berkomentar yang tidak baik dan bukan wilayah kerjanya. Berpendapat boleh, tapi alangkah baiknya pendapat disampaikan secara santun, bukan kemudian dengan emosinya menganggap semua yang telah dilakukan oleh pemerintah itu salah.

Pemerintah pusat kan juga butuh kehati-hatian dalam mengambil keputusan dan kebijakannya untuk masalah pandemi Covid-19 ini, karena ada sebuah pertanggung jawaban yang sangat berat terhadap rakyat Indonesia. Jadi tak mungkin pemerintah pusat sembrono atau asal-asalan membuat kebijakan dan mengambil keputusan, karena ini menyangkut harkat hidup orang banyak.

Kalau berdasarkan analisa saya secara pribadi dan serampangan, selain IQ dan EQ Lukman Harnanto yang tidak sejalan, Spiritual Quotient (SQ) nya pun juga terlihat tidak baik. Lihat saja contohnya saat anaknya baru sembuh dari DBD. Jika SQ-nya baik, seharusnya dalam keadaan apapun dia banyak-banyak mendekatkan diri pada Tuhan, apalagi menurut dia saat itu di wilayahnya sedang ada pemadaman bergilir, kemudian panik karena pandemi Covid-19, bukan malah ngetwit macam-macam sambil menyalahkan BUMN lain. Kan bisa dia telepon hotlinenya PLN 123. Saya juga pernah merasakannya kok, saat keponakan saya harus masuk ICU anak karena infus tidak masuk ke aliran darah, atau keponakan saya yang lain, yang mendadak mimisan hebat dan nyaris membasahi setengah kasur perawatan, dan semuanya karena DBD. Tapi tidak serta merta kemudian kita menyalahi pihak rumah sakit, melainkan banyak-banyak berdoa sambil menunggu tindakan yang diambil oleh pihak rumah sakit.

Meski pada akhirnya dia meminta maaf kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Vice President PT PP Energy seperti yang di lansir oleh juru bicara PT PP Energy, tapi apa yang sudah dia lakukan sudah mecoreng nama baik PT PP Energy. Terkesan BUMN ini tidak dapat memilih pimpinan yang qualified dari segi apapun.

Saya jadi teringat pesan almarhum bapak saya yang seorang pejuang 45 dan juga pesan pak Ary Ginanjar, yang intinya adalah bahwa sebagai manusia itu kita harus bijak dalam berfikir, bijak dalam berkata-kata dan bijak dalam bertindak agar tidak merugikan orang lain. Semoga saja setelah ini seorang Lukman Prananto tidak masuk dalam barisan sakit hati seperti halnya pecatan-pecatan BUMN atau pejabat negara yang lainnya.

• RINA •

Seseorang yang doyan makan tapi bisa masak. Suka baca dan sedang belajar jadi penulis.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends