Skip to main content
Categories
BeritaBudayaFashionFeatureNusantaraPapua

Mama Ibo, Pelestari Batik Papua

Nama Mariana Pulanda Ibo atau yang dikenal sebagai Mama Ibo, tidak asing lagi bagi penggemar batik motif Papua. Wanita paruh baya asal Sentani itu, sejak tahun 1996 telah menggeluti batik dan mengenalkan batik motif Papua kepada Indonesia.

Mama Ibo bukan pengusaha batik biasa, selain membatik ia juga mengajarkan teknik membatik kepada Mama-mama Papua dan generasi muda Papua lainnya. Ia bahkan membuka rumahnya bagi mereka yang ingin belajar membatik.

Motivasi Mama Ibo terjun menggeluti usaha batik ialah untuk mengenalkan motif Sentani pada dunia.

“Kami mempunyai motif sangat berharga. Saya pu (punya) batik ini semua ada ceritanya,” kata Mama Ibo.

Diceritakan oleh Mama Ibo, orang-orang tua jaman dulu sebelum membuat membuat motif ukiran pada kayu, mereka mengarahkan alat ukir ke arah matahari.

“Kalau orang tua kami mau ukir, dia harus kasih tunjuk dia pu (punya) alat ukir ke matahari. Dengan bahasa (Sentani) dia bicara kepada Pencipta Alam Semesta. Setelah itu baru dia ukir. Tidak ada gambar contohnya, namun hasilnya bagus,” terangnya.

Kata Mama Ibo, setiap marga Sentani memiliki motifnya masing-masing. Dan, setiap motif memiliki cerita yang unik. Motif Sentani pada umumnya bercerita tentang kehidupan orang Sentani dan alam sekitar mereka, misalnya motif yoniki, motif hiyake dan hakalu batu.

Motif Yoniki ialah motif khas Sentani yang biasanya digunakan oleh Ondofolo/ Ondoafi. Motif Hiyake, bergambar burung cendrawasih Hiyake berwarna kuning dengan menonjolkan ekornya yang indah. Sementara motif hakalu batu, ialah gambar batu yang ditaruh dalam belanga yang terbuat dari tanah liat. Dalam tradisi Sentani, hakalu atau batu tersebut digunakan untuk menutup belanga yang berisi ikan, dan membuat ikan menjadi lunak hingga durinya pun bisa ikut dimakan.

Ragam motif Sentani berikut cerita mengenai tradisi inilah yang mendorong Mama Ibo untuk “mengukir” di atas kain. Hasil karya Mama Ibo pun kemudian dipasarkan melalui galeri miliknya, yang beralamat di Sentani, Kabupaten Jayapura.

“Kami punya motif yang sangat berharga ini, alangkah baiknya bisa disebarluaskan ke seluruh dunia dengan ceritanya yang unik,” tuturnya.

Mama Ibo, yang dijuluki sebagai pembatik Papua pertama, itu pun menurunkan ilmu membatiknya kepada generasi muda. Ia mendirikan Sanggar Putri Dabonsolo sebagai wadah untuk membina kelompok Mama Papua dan anak-anak muda lainnya yang berminat belajar membatik.

Foto: Yulika Anastasia

“Saya sudah membina siswa-siswi SMK, mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Papua, mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Papua, sudah lebih dari 3000 orang,” aku Mama Ibo.

Sekedar untuk diketahui, upaya Mama Ibo untuk pelestarian motif Sentani melalui kerajinan batik beserta Sanggar Putri Dabonsolo miliknya,  mendapatkan simpati sejumlah pihak, seperti Pemkab Jayapura dan Instansi lainnya, salah satunya Bank Indonesia Perwakilan Papua.

BI Papua, selaku Pembina UMKM Batik Mama Ibo berupaya mendorong agar industri kreatif ini terus berkembang, berdaya saing dan tampil dan pentas nasional dengan memberikan berbagai pelatihan seperti pelatihan membatik, pembukuan sederhana, mengikuti pameran tingkat nasional hingga bantuan untuk membangun galeri batik.

Manager Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM BI Papua, Yon Widiyono mengatakan pihaknya turut mendorong agar Batik Papua dikenal bukan hanya dalam bentuk kain tapi merambah dalam dunia fashion.

“Selain menghasilkan kain batik, perlu dicari cara untuk membuat mode fashion terkini, untuk memudahkan pemasaran kedepan,” kata Yon. (YA)




Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends