Marlina, Si Pembunuh Empat Babak yang Dikalahkan Skenario Setnov
- Post AuthorBy Arako
- Post DateTue Nov 21 2017
“Ah, kamu perempuan, sukanya jadi korban!” – Markus
*
Ada seorang janda yang tinggal di kawasan perbukitan Sumba, Nusa Tenggara Timur. Namanya Marlina. Dia tinggal seorang diri setelah suami dan anaknya meninggal mendadak. Satu malam, kawanan perampok yang dikepalai Markus menyatroni kediaman Marlina. Tak cukup mengambil ternak, kawanan perampok tersebut juga berniat memperkosa Marlina bergiliran.
Sial bagi Markus, Marlina rupanya bukan perempuan sembarangan. Alih-alih pasrah tak berdaya, Marlina malah membunuh kawanan perampok tersebut. Tak perlu repot dan mengeluarkan banyak tenaga, cukup diracun saja. Kepala Markus bahkan dipenggalnya.
Merasa perlu mencari keadilan, Marlina pun memulai perjalanannya ke kota, melapor ke kantor polisi sambil menenteng potongan kepala Markus.
Terdengar seram?
Kabar baiknya, kisah ini hanya cerita fiktif yang bisa ditemui dalam film Marlina, The Murderer in Four Acts. Film karya Mouly Surya yang terlebih dahulu melanglang buana di festival film luar negeri ini sekarang sudah bisa dinikmati pecinta bioskop tanah air.
Beratnya beban hidup perempuan yang terkungkung dalam budaya patrialisme bukan cuma diceritakan lewat karakter Marlina yang diperankan secara luar biasa apik oleh Marsha Timothy. Ada juga Novi (Dea Idol) yang bercerita tentang beratnya tudingan pada perempuan hamil besar, apalagi kalau sudah 10 bulan tapi tak melahirkan.
Bukan hanya cerita yang menarik, pesona latar padang savana Sumba nan eksostis lengkap dengan segenap mitos dan budayanya membuat film ini sangat menjanjikan untuk ditonton. Namun ironis, kursi-kursi di bioskop malah lebih banyak yang kosong saat pemutarannya. Saya sampai merasa punya bioskop pribadi saat menontonnya semalam. Fakta bahwa ada empat negara lain yang terlibat juga tak cukup kuat menarik pengunjung.
Ada apa gerangan?
Well, saya rasa sih kesalahan bukan terletak pada filmnya. Hanya waktu rilisnya di Indonesia saja yang tidak tepat. Seperti yang sama-sama kita ketahui, saat ini kan ada kisah yang lebih seru yang terjadi di negeri kita. Jangankan Marlina, Taphki dan Uttaran saja bisa tergusur ratting-nya jika dibandingkan dengan tontonan yang satu ini.
Sudah rahasia umum, drama kecelakaan yang (kemungkinan besar) berujung pada amnesia adalah favorit pemirsa. Meski murahan dan memiliki banyak plot hole yang bikin emosi, fakta bahwa tayangan ini disajikan secara live action dan dibintangi orang nomor satu di DPR RI itu tentunya menjadi nilai plus yang sulit disaingi.
Yah, pelajaran saja untuk dunia perfilman dalam negeri, lain kali perhatikan betul jadwal rilisnya. Pastikan tidak bentrok dengan dagelan politik yang lagi viral. Mau sekeren apapun filmnya, selayak apapun ditonton,kalau sudah “diadu” dengan ulah wakil rakyat pasti berujung kalah.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)