Mbak, Cantik-Cantik Kok Malas Membaca?
- Post AuthorBy Arako
- Post DateWed Jan 10 2018
Pernah lihat ibu-ibu atau mbak-mbak berjubelan di depan kasir pusat perbelanjaan, padahal ada tulisan “MOHON ANTRE” di depannya?
Atau penampakan sampah menggunung di lahan kosong atau tepi jalan yang terdapat palang bertuliskan “DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI”.
Kalau yang parkir sembarangan di tempat yang jelas-jelas ada rambu dan tulisan penegas “DILARANG PARKIR” itu sih tidak usah ditanya. Hampir setiap hari saya melihatnya. Apalagi yang terang-terangan main ponsel di SPBU yang selalu punya papan peringatan “DILARANG MENGAKTIFKAN HP”. Oh iya, belum lama ini saya dicurhati tukang parkir di ATM centre dekat kosan. Dia bilang, dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, pintu ATM centre tersebut sudah dua kali diperbaiki. Penyebabnya lantatan saking banyaknya pengguna yang tetap mendorong pintu, padahal tulisan “TARIK/PULL” tampak sangat jelas terbaca di sana.
Kemarin, saya pergi ke Sport City Gelora Sriwijaya Jaka Baring, Palembang. Selain berniat refreshing di akhir pekan, sekalian melihat perkembangan persiapan tempat ini untuk event Asian Games 2018 Agustus mendatang. Namun bukannya have fun, lagi-lagi saya malah menemukan pemandangan yang bikin sepet mata.
Di salah satu titik, tepatnya di taman yang terdapat tugu jam penghitung mundur menuju Asian Games 2018, terlihat banyak pengunjung yang asyik berfoto ria. Hiasan unik simbol-simbol cabang olahraga warna-warni yang berserakan di sekitar jam itu memang menarik dan sangat instagramable. Masalahnya, lokasi tersebut sebetulnya sudah “disterilkan” oleh pagar kawat berduri yang terpasang mengitari area, lengkap dengan spanduk bertuliskan “DILARANG MELINTAS”. Tidak hanya satu, namun hampir di sepanjang pagar kawat.
Sayangnya, seperti yang terlihat di foto, masih ada saja orang-orang yang tampaknya terlalu malas membaca hingga tak mengetahui adanya aturan larangan tersebut. Entah sih kalau sebetulnya mereka semua ternyata para tunanetra atau buta huruf. Tapi sepertinya tidak, buktinya mereka bisa lancar saja melewati pagar kawat berduri tanpa luka sedikit pun.
Fenomena seperti ini memang membuat miris. Satu sisi masyarakat kita akan tersinggung jika dikatai sebagai bangsa primitif dan tertinggal dari negara lain. Tapi tidakkah tingkah laku seperti inilah yang menjadikan Indonesia sulit maju? Aturan sepele semacam itu saja begitu sulitnya ditaati, apalagi yang besar macam korupsi atau narkoba.
Entah karena tidak bisa membaca, malas membaca, atau memang sudah watak dari sononya, tetap saja perilaku tak pantas ini sudah selayaknya dihentikan. Sulit pastinya, karena kebiasaan buruk ini tak hanya monopoli kaum wanita saja, melainkan dilakukan hampir oleh semua lapisan masyarakat -bahkan termasuk mereka yang mengaku sebagai kalangan berpendidikan-.
Tapi mengubah dunia, bisa dimulai dari diri sendiri kok. Kecantikanmu pasti akan lebih terpancar jika punya perilaku baik pula. Langkah awalnya, bisa dimulai dengan lebih peka terhadap keberadaan papan-papan peringatan yang ada di sekitar kita, lalu ikuti aturan mainnya. Jangan abai, apalagi pura-pura buta hingga malah melakukan yang sebaliknya.
Khusus soal ber-swafoto ria, saya mengerti kalau godaan untuk mengumpulkan foto-foto keren untuk stok di akun media sosial sangatlah sulit dihindari. Namun berhati-hatilah, jangan sampai nekat berfoto di lokasi terlarang. Kalau kita kreatif, foto kita tetap akan keren kok meski diambil di tempat-tempat terbatas.
Sebaliknya, sebagus apapun foto unggahanmu di media sosial, jika didapat dengan cara melanggar peraturan, itu sangatlah tidak keren. Yang ada norak, yes?!
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)