Memang, Aku Hanya Bekas Pelacur
- Post AuthorBy Yalie Airy
- Post DateFri Apr 13 2018
Namaku Ririn (bukan nama sebenarnya), saat ini aku adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Sebenarnya rumah tanggaku baik-baik saja, hanya saja… saat aku sedang cek-cok dengan suami, sering aku berfikir bahwa suamiku tak benar-benar mencintaiku. Ya, kuakui, siapa aku dulu. Aku bukan perempuan suci.
Pernah kuterjerembab di lembah hitam. Saat itu aku baru datang ke ibukota, mencari pekerjaan tanpa mengenal siapa pun di sebuah kota besar ternyata sangatlah sulit. Awalnya aku bertahan dengan uang sakuku selagi pekerjaan belum menghampiri. Teman kostku sering membujukku untuk ikut bekerja dengannya di sebuah panti pijat. Karena sulitnya mendapat pekerjaan dan uang menipis akhirnya aku iseng ikut dengannya. Kupikir, hanya soal pijit-memijit biasa. Tapi rupanya, ada yang terselubung di sana.
Entah saat itu apa yang ada dalam otakku, mungkin mudahnya mendapatkan uang secara instan dan minimnya ilmu agama membuatku jatuh. Ditambah usia yang masih labil.
Selang beberapa bulan, Tuhan mempertemukanku dengan seseorang. Kami menjalin hubungan, sejak bertemu dengannya kutinggalkan dunia gelapku dan akhirnya kami menikah. Awalnya kupikir aku akan baik-baik saja. Ya, aku memang baik-baik saja. Untuk tahun-tahun pertama, pertengkaran dalam rumah tangga itu biasa dan masih dalam tahap wajar. Perbedaan usia yang cukup jauh mungkin juga menjadi salah satu faktor pendapat kami sering tak sejalan.
Tapi terkadang, saat bertengkar suami sering mengungkit siapa aku di masa laluku. Hal itu cukup membuat hatiku terluka. Karena dia adalah orang yang telah menyelamatkanku dari lumpur, kupikir dia juga yang akan menutup luka itu. Yang akan membantuku untuk mengubur dalam-dalam masa gelap yang pernah kusinggahi. Aku memang tidak menyangkal masa laluku, tapi aku ingin menguburnya karena aku ingin menjadi seseorang yang jauh lebih baik. Dan orang yang kuharapkan dapat menutup luka terkadang justru dialah yang mengorek luka itu.
Apakah sesungguhnya dia tidak benar-benar menerimaku di sisinya?
Atau dia menyesal menikahiku?
Pikiran-pikiran seperti itu menjadi sering muncul di benakku. Tapi aku sadar siapa diriku.
Aku sudah mencoba menjadi istri yang baik. Aku tak pernah keluar rumah tanpa seizinnya, tak pernah pergi tanpa dia di sisiku. Berhijrah menutup aurat, tak pernah protes dengan uang belanja yang dia berikan berapa pun nilainya. Bahkan ikut membantu mencari uang. Selalu jujur berapa nilai uang yang kumiliki, tak pernah kututupi. Tapi terkadang, kenapa dia masih sering mencurigaiku berbuat macam-macam. Bahkan jika aku berhubungan dengan teman sekolah, selalu dicurigai. Hingga membuatku tak memiliki teman.
“Aku memang hanya bekas pelacur, dan kau yang telah menarikku dari lumpur hina itu. Aku bersyukur Tuhan mengirimkanmu padaku, aku hanya ingin, bisakah sepenuhnya kau percaya bahwa aku kini akan menjaga kehormatanku demi dirimu, demi anak-anak kita dan demi ikrar yang pernah terucap di depan penghulu.”
Tapi aku tidak ingin menyalahkannya. Mungkin memang diriku yang belum bisa menjadi istri seperti yang diinginkannya. Tapi bukankah tidak ada manusia yang sempurna!
Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan terus berusaha menjadi istri yang jauh lebih baik. Hingga bisa menjadi sempurna di matanya, dan aku berharap dia bisa ikut mengubur masa laluku yang kelam. Agar kami bisa menatap masa depan yang jauh lebih baik. Amin.
Ririn (31 tahun)
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)