Merahasiakan Status Anak Adopsi
- Post AuthorBy Arako
- Post DateSat Oct 21 2017
Saya punya beberapa teman yang menjadi orang tua angkat. Mereka memperlakukan anak adopsinya dengan baik. Bahkan, setelah kemudian ternyata memiliki anak kandung, kasih sayang untuk si anak adopsi tetap tak berubah.
Meski memiliki alasan sendiri-sendiri saat memutuskan untuk mengadopsi anak, saya melihat adanya persamaan di antara mereka, yakni merahasiakan status anak adopsinya. Tak seorang pun dari anak-anak angkat teman saya itu yang mengetahui bahwa mereka bukanlah anak kandung.
Prita (48), salah seorang teman yang anak adopsinya kini sudah berusia 15 tahun mengakui, dilema terberat yang dialami orang tua angkat adalah soal memberitahu hal yang sebenarnya pada anak. Dia mengaku tak siap mental. Dia cemas jika anaknya kecewa dan tak bisa menerima kenyataan. Belum lagi keribetan yang mungkin timbul jika anak menuntut dipertemukan dengan orang tua kandungnya yang sudah entah di mana.
Kecemasan Prita beralasan, dan dia jelas tak sendiri. Kebanyakan orang tua angkat di Indonesia memang sangat enggan jika harus menjelaskan status pada anak-anak adopsi mereka. Namun apakah hal ini adalah yang terbaik bagi anak-anak itu?
Menurut seorang dokter anak sekaligus psikiater, Steven Nickman, anak adopsi justru harus diberitahu mengenai identitas serta asal usulnya. Adapun waktu yang ideal untuk memberitahu anak adalah saat usianya 6-8 tahun.
Mungkin banyak yang mengira usia ini terlalu dini. Tapi Steven menjelaskan, di usia tersebut anak sudah merasa nyaman dan dapat menerima pemikiran tentang adopsi. Menunggu hingga ia dewasa atau si anak malah tanpa sengaja tahu dari orang lain justru sangat tidak bijak. Hal tersebut membuat kepercayaan diri Si Anak menurun dan hilang kepercayaan pada orang tuanya sendiri. Tentu saja hal ini menjadi kurang baik bagi kondisi psikologisnya.
Tak perlu takut mengungkapkan kebenaran pada anak adopsimu. Mungkin ia awalnya akan sedikit kaget dan terguncang, merasa diri berbeda dengan teman-temannya. Namun yakinkan ia bahwa kasih sayangmu tak kurang meski ia tak lahir dari rahimmu. Pada akhirnya, keterbukaan dan cinta darimu itulah yang membuatnya merasa berharga.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)