Ngeri! Tenda Pengungsi Asal Indonesia Dibakar Perempuan ISIS
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSat Jan 25 2020
Akun twitter Ikbal Kholidi @iqbal_kholidi kemarin mencuitkan foto-foto yang keterangannya cukup mengerikan.
“Ukhti-ukhti daesh garis keras membakar tenda yang ditempati keluarga daesh asal indonesia gara-gara berbicara kepada media menyesal gabung daesh dan ingin pulang,” cuit Iqbal.
Daesh adalah sebuah akronim untuk frasa Arab al-Dawla al-Islamiya al-Iraq al-Sham (Negara Islam Irak dan Mediterania). Pada dasarnya, Daesh adalah kata lain dari ISIS.
Iqbal menambahkan, “Ini kejadian kedua di bulan ini, sebelumnya tenda yang ditempati keluarga daesh asal Turki yang dibakar, akibatnya 2 anak tewas dan ibunya luka bakar serius.”
Pemerintah Indonesia menyebut ada sekitar 660 WNI yang diduga sebagai petempur teroris lintas batas atau foreign terrorist fighters (FTF) di beberapa negara, sebagian besar dari mereka perempuan dan anak-anak.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah yang menyebut pada saat ini pemerintah Indonesia masih berfokus untuk memverifikasi status kewarganegaraan mereka.
“Sebenarnya pokok permasalahannya adalah status, memastikan asal-usul status kewarganegaraan mereka. Jadi kita tidak berbicara mengenai political will, tapi berbicara mengenai memastikan status mereka terlebih dahulu,” ujar Faizasyah.
Kondisi di kamp pengungsian ISIS situasinya sangat buruk. Tahun lalu, seorang perempuan ISIS asal Indonesia ditemukan tewas di dalam tenda kamp pengungsi Al-Hol, Suriah barat laut, setelah dipukul dan disiksa oleh perempuan pejuang ISIS lainnya.
Menurut laporan kantor berita Kurdi, Hawar News Agency, perempuan yang disebutkan sebagai salah satu petempur ISIS tersebut bernama Sudarmini ini tengah mengandung enam bulan dan dipukul serta disiksa dan ditemukan memar di tubuhnya.
“Dia meninggal akibat (tindak) kekerasan,” tulis kantor berita yang berkantor di wilayah Kurdi, Al Hasaka, Suriah Utara itu mengutip hasil pemeriksaan dokter forensik, Rabu (31/7).
Kantor berita Hawar menyatakan identitas lain yang didapat terkait Sodermini adalah, ayahnya bernama Sardi dan ibunya bernama Nasia, berumur sekitar 30-an dan ibu dari tiga anak.
“Motif dari pembunuhan ini masih belum jelas. Kasus kekerasan antara para petempur ISIS sering terjadi di kamp Al-Hol, yang menampung ribuan keluarga pejuang asing ISIS,” tulisnya.
Berdasarkan penelusuran BNPT, tidak sedikit anak-anak WNI yang dibawa ke Suriah menyatakan keinginan untuk kembali ke Indonesia untuk mengejar prestasi akademik kembali.
Ada pula fakta bahwa perempuan WNI yang pergi bersama suaminya dan anak-anaknya ke Suriah dan menjadi bagian dari ISIS, tetapi dalam perjalanan suaminya meninggal dunia dan perempuan WNI itu kemudian menikah dengan kombatan ISIS dan memiliki anak.
Berbagai macam sebab musabab mereka bisa ada di sana, selain karena memang mau bergabung dengan ISIS. Hal-hal lainnya adalah bisa karena terpaksa ikut saja suami atau orang tua. Seperti pengakuan seorang perempuan asal Indonesia yang kini ada di kamp pengungsian ISIS.
Banyak di antara kami ini masih anak-anak, masih bawah umur, yang nggak tahu apa-apa. Cuma ngikut orangtua atau rombongan kami saja. Bahkan sampai “ditipu”, katanya mau liburan ke Turki ternyata malah nyeberang masuk Suriah.
Di antara kami banyak juga yang perempuan. Mereka cuma ngikut suami masing-masing, sebabnya adalah tuntutan harus taat ke pemimpin yang notabene suami kami sendiri.
Banyak pula di antara kami yang tergerak masuk Suriah karena alasan kemanusiaan. Sering muncul di video-video di YouTube, diperlihatkan orang-orang Suriah yang menderita, terzalimi rezim Bashar Assad, “Yaa ayyuhal muslimuun, ayna antum?”
Pas mereka ini sudah datang menjawab panggilan itu, malah disemprot “Ngapain Lo ke sini? Kita aja pengen keluar!” demikian diakui oleh Aliyah.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)