Panik Saat Gempa, Ini yang Bisa Terjadi
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSun Aug 05 2018
Sekar Mayang
Dulu, kira-kira sebelum 2011, saya (agak) santai menghadapi gempa. Tidak jumpalitan lari. Malah kadang seperti menikmati ritmenya.
Taun 2011, kalau tidak salah bulan Oktober, Bali terdampak gempa. Seingat saya, episentrum ada di selatan Bali dan magnitudonya di atas 7,0. Saat itu sudah ada Arya (anak saya), dan kebetulan lagi jadi pengasuh anak teman yang masih bayi. See? Double strike, kata operator DoTA mah. Saya harus gendong bayi dan menggandeng Arya yang waktu itu masih umur tiga tahun.
Ketika sudah di luar bangunan rumah, mata saya tertuju ke mobil tetangga yang parkir tidak jauh dari tempat saya berdiri. Yes, betul, itu mobil goyang kencang. Salah seorang tetangga lain matanya terfokus ke pagar rumah sebelah kontrakan saya. Katanya, itu pagar melambai-lambai seperti nyiur di pantai.
Yes, sejak itulah saya selalu paranoid dengan gempa. Saya selalu berusaha lari ke luar bangunan. Padahal, itu tidak benar. Pertama, harus ngumpet di kolong meja, dst., dst., sesuai anjuran ahli.
Itu terjadi hari ini. Saat gempa mengguncang Lombok dan Bali (5/8/2018), saya malah lari, sambil menggendong Damar (yang bobotnya lebih molaskilo), lalu tersandung, jatuh, bertumpu dengan lutut sementara ternyata jempol kaki kiri saya tertekuk.
Yep, sukses disposisi tulang dan kedua lutut babrasss.
Alhamdulillah ada tetangga yang bisa ‘betulin’ posisi tulang-tulang renta tersebut. Sekarang tinggal ngilu dan cenut-cenutnya.
Kenapa saya spontan lari?
Ini (mungkin) ada andil dari bunga tidur. Saya sering banget mimpi gempa, bahkan sampai mengigau. Di mimpi, saya selalu merasakan getaran, lalu pikiran ingin menyelamatkan diri, tapi tubuh tidak bisa bergerak. Dan tadi siang, saya mengalami mimpi itu di tidur yang hanya sakseliyepan.
So, saran buat semuanya: jangan lari. Kalian nggak akan pernah tau otot kaki ini kadang mengkhianati tubuh kita (baca: teresandung-sandung).
Semoga teman-teman yang berada tak jauh dari episentrum, serta yang terdampak lainnya, dalam keadaan baik-baik saja. Mari berdoa agar Bumi kita segera kalem.
Salam.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)