Skip to main content
Categories
Budaya

Peran Perempuan dalam Peristiwa Paskah

Perempuan, sejak dulu dikenal sebagai warga negara kelas dua. Tak terkecuali di Palestina pada zaman Yesus hidup di dunia yakni pada abad pertama Masehi. Keberadaan mereka di kehidupan sosial masyarakat saat itu kerap disepelekan, dianggap remeh, bahkan cenderung tak diperhitungkan. Namun dalam peristiwa Paskah, yang masih diperingati oleh seluruh umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia setiap tahunnya sebagai hari kebangkitan Yesus, perempuan rupanya memiliki peranan sangat penting.

Sejak peristiwa penyaliban Yesus hingga wafatNya di hari Jumat sebelumnya (yang di kemudian hari dikenal sebagai Jumat Agung), perempuan-perempuan pengikut Yesus telah menunjukkan kesetiaannya. Di saat mayoritas masyarakat berteriak marah “Salibkan Dia!” dan murid Yesus yang lain menyangkal mengenal gurunya sendiri, perempuan-perempuan ini justru menangisi Yesus. Bahkan setelah Yesus mati dan mayatNya dibaringkan dalam sebuah kubur batu, perempuan-perempuan ini pula yang menyiapkan rempah-rempah dan minyak mur pewangi.

Hari Sabtu, yang dikenal sebagai hari Sabat dalam tradisi keagamaan Yahudi membuat orang-orang tidak boleh beraktivitas apapun kecuali untuk beribadah. Di kemudian hari, hari sabtu setelah Jumat Agung ini dikenal sebagai bagian dari Tri Hari Suci Prapaskah (Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci/Sabtu Sepi).

Keesokan harinya, pagi-pagi benar di hari minggu, adalah Maria dari Magdala yang dikenal pula sebagai Maria Magdalena, Yohana, Maria ibu Yakobus serta sejumlah perempuan lainnya kembali mengunjungi kubur Yesus sambil membawa rempah-rempah. Namun mereka mendapati batu besar sebagai penutup kubur itu telah kosong dan mayat Yesus telah lenyap.

Di tengah kebingungan, dua malaikat tiba-tiba muncul dan berkata pada mereka, “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” (Lukas 24:5-7).

Mereka akhirnya teringat, bahwa Yesus memang benar telah memberitahukan hal ini sebelumnya. Dan begitulah berita dan sukacita Paskah akhirnya tersebar. Mula-mula para perempuan itu memberi tahu para Rasul. Meski awalnya perkataan mereka tidak dipercaya, namun ketika Yesus sendiri menampakkan diri kepada murid-muridNya, semua keraguan itu akhirnya lenyap tak berbekas. Hingga saat kenaikan Yesus ke surga, para perempuan itu pun masih teguh dengan kesetiaannya.

Kisah para perempuan ini tertulis abadi, bahkan akan terus dibicarakan setiap kali paskah diperingati dan dirayakan. Untuk penulis pribadi, kisah para perempuan ini sungguh menguatkan. Bagaimana mereka yang dianggap remeh oleh lingkungan dan kehidupan, pada akhirnya memegang peranan sedemikian penting. Tanpa para perempuan ini, murid-murid Yesus lain hanya akan berkubang dalam kesedihan. Tanpa para perempuan ini, orang-orang akan terus lupa bahwa Yesus yang harus mati disalib itu akan bangkit di hari ke-tiga. Dan itu berarti tidak ada berita paskah yang tersebar ke seluruh dunia.

Mungkin saat ini, kita juga dalam posisi seperti perempuan-perempuan itu. Disepelekan oleh sekitar, dan merasa apa yang kita kerjakan tidak punya arti. Namun yakinlah, Tuhan pasti punya panggung tersendiri untuk masing-masing dari kita. Hanya tinggal lakukan yang terbaik, dan tunggu waktu terindah dari Tuhan berbicara.

Kiranya damai, pengharapan, dan sukacita Paskah tahun ini menyertai kita semua.

Selamat Paskah 2018 bagi pembaca yang merayakan. Salam.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends