Peristiwa Persekusi di Area CFD, Rentannya Perempuan dari Perilaku Abusive
- Post AuthorBy Margaretha Diana
- Post DateMon Apr 30 2018
Lini masa media sosial, masih ramai dengan beredarnya video persekusi yang dilakukan oleh serombongan orang dewasa terhadap seorang ibu dan anaknya yang tengah melintas di keramaian tersebut.
Ibu ini, belakangan diketahui bernama Susi Ferawati, tengah berada di seputaran bundaran HI bersama anaknya yang bernama Davin, menjadi bulan-bulanan sekelompok orang tak bertanggung jawab, hanya karena memakai kaos yang berbeda dengan yang mereka kenakan.
Sungguh sebuah peristiwa konyol sekaligus menyedihkan. Dimana perilaku tak pantas yang masuk dalam kategori abusive ini terjadi di depan khayalak ramai. Namun mereka justru sengaja merekamnya serta meng-uploadnya di media sosial, bukan menolong ibu Susi dari tindakan tak bermoral ini.
Perempuan, lagi-lagi perempuan yang menjadi korban abusive seenak sendiri ini. Perempuan yang harusnya dilindungi, justru malah dikeroyok banyak lelaki, dan mereka yang mengeroyok merasa bangga serta jumawa pula.
Apa yang salah dengan mental mereka, kok nggak malu ngeroyok seorang perempuan dengan anaknya yang masih kecil?
Patut dipertanyakan, sebenarnya, para pelaku abusive ini, waras nggak sih, kok tega-teganya tak hanya sekedar membully, namun juga melakukan persekusi terhadap seorang perempuan yang membawa anak kecil, padahal mereka hanya lewat saja. Melintas tanpa bermaksud apa-apa.
Memalukan, ya, sungguh memalukan, bukan memprihatinkan, tapi sebuah peristiwa yang amat sangat memalukan terjadi begitu saja, di area yang harusnya menjadi ajang berolahraga. Ya, tujuan diadakan area Car Free Day saban minggu, memang agar masyarakat kita bisa mempunyai tempat bebas untuk berolahraga, bukan untuk melakukan persekusi bebas.
Ketua Umum Cyber Indonesia Habib Muannas Alaidid bersedia mendampingi seorang ibu dan anaknya yang menjadi korban pelecehan di CFD pagi tadi.
“Kami bersedia, bahkan tanpa diminta akan melakukan advokasi, karena kejadian ini jelas-jelas berdasarkan kebencian pada pilihan politik, ini tidak boleh terjadi dalam demokrasi,” kata Habib Muannas Alaidid.
“Pelecehan terhadap perempuan, intimidasi terhadap anak itu sudah jelas dugaan pelanggarannya, kami berkepentingan agar demokrasi ini makin sehat, jauh dari intimidasi dan pelecehan” tambah Habib Muannas.
“Kepolisian harus bergerak, untuk antisipasi reaksi balik, meski saya tetap menginginkan semua pihak menahan diri, biarkan penegak hukum yang bergerak” tutup Habib Muannas Alaidid.
Yang juga menjadi sebuah catatan merah adalah, ada pula gerombolan ibu-ibu, yang membantu para laki-laki ini melakukan persekusi terhadap ibu Susi, konyol bukan?
Apa mereka tak mempunyai perasaan sebagai sesama perempuan, bagaimana rasanya, jika keadaan itu dibalik, terjadi terhadap mereka? Di mana empatinya, simpatinya, kok malah sibuk membantu melakukan abusive terhadap perempuan.
Lalu pertanyaannya, apa sih yang mereka dapat dengan melakukan abusive terhadap ibu Susi? Pantaskah, wajarkah perlakuan yang didapat oleh ibu Susi Ferawati di ajang Car Free Day kemarin?
Sepertinya masyarakat kita memang sedang sakit, banyak yang merasa jumawa, merasa paling benar tanpa menimbang apa arti kebenaran bagi banyak orang. Dan perempuan, memang seringkali dalam posisi paling rawan, sebagai korban empuk perilaku abusive masyarakat, di mana saja, kapan saja.
Menyedihkan…
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)