Perpustakaan Terapung yang Selalu Dinanti Anak-anak di Tepi Danau Sentani
- Post AuthorBy Yulika Anastasia
- Post DateThu Dec 07 2017
Wajah-wajah ceria bocah-bocah yang berdiri di jembatan kayu di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, langsung bersorak gembira ketika ketika sebuah speed boat datang menepi.
Ini bukan sembarang speed boat, anak-anak sengaja menunggu kedatangannya karena speed boat tersebut adalah perpustakaan terapung, bantuan dari Wahana Visi Indonesia dan beberapa donatur lainnya.
Siang itu saya sengaja mengunjungi anak-anak di Kampung Ayapo, sebuah perkampungan di tepian Danau Sentani, tepatnya di Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Untuk menuju Kampung Ayapo, diperlukan sekitar 10 menit perjalanan menggunakan speed boat dari Pantai Kalkote.
Sementara petugas sedang menata buku-buku bacaan di rak, saya pun berbincang dengan beberapa orang bocah yang masih duduk di bangku SD dan SMP; Elis, Viko, Edi dan anak-anak lainnya menyebutkan cita-cita dan harapan mereka masing-masing. Ada yang ingin menjadi pilot, dokter, guru, dan polisi. Sungguh mulia cita-cita dan harapanmu, Nak, batinku.
Saya pun bertanya lebih dalam apakah di antara anak-nak tersebut sudah bisa menggunakan komputer dan internet. Mereka pun malu-malu menjawab, belum bisa! Saya pun trenyuh mendengarnya, ketika seorang nona kecil siswa SMP mengatakan ia ingin sekali belajar komputer dan internet agar sama seperti teman-temannya yang tinggal di Kota.
Perbincangan kami pun terhenti, ketika petugas mempersilakan anak-anak untuk memilih buku bacaannya masing-masing. Bocah-bocah itu pun langsung masuk ke dalam speed boat tersebut. Tangan-tangan mungil itu pun langsung menyerbu rak buku. Buku bacaan yang disediakan pun cukup bervariasi, yakni buku pengetahuan dan komik. Buku-buku yang tersedia pun cukup menarik, yakni dengan tampilan gambar dan warna yang tentunya menarik minat anak-anak.
Sementara anak-anak sibuk membaca, saya pun berbincang dengan petugas. Ternyata, petugas yang membawa perpustakaan keliling tersebut adalah Bapak Ketua RT 02 Kampung Ayapo, Tidores Epa. Panjang lebar Pak Tidores Epa menuturkan tentang perpustakaan terapung tersebut.
Kata Pak Tidores Epa, perpustakaan terapung tersebut baru beroperasi sekitar satu bulan ini dan melayani semua kampung yang ada di Distrik Sentani Timur.
“Kami beroperasi mulai dari hari Senin s.d Sabtu, sesuai dengan jadwal yang disepakati. Kampung-kampung yang dilayani adalah kampung-kampung yang tidak bisa dijangkau dengan mobil,” katanya.
Tidores melihat antusiasme anak-anak setiap kali perpustakan terapung mengunjungi kampung. Sayangnya jumlah buku masih sangat terbatas dibandingkan jumlah bocah yang ada, sehingga ia pun membaginya dalam kelompok, sehingga anak-anak dapat dilayani dengan baik.
Ia menambahkan, sebenarnya selain melayani buku bacaan, anak-anak tersebut juga didampingi untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Sayangnya, pada saat kunjungan saya, Pendamping yang tak lain adalah Istri dari Pak Tidores sedang tidak berada ditempat. Pak Tidores sendiri, selain sebagai Ketua RT, ia juga dipercaya warga untuk membawa speed boat perpustakaan terapung ke kampung-kampung.
“Biasanya jam beroperasinya saat jam istirahat sekolah dan setelah anak-anak pulang sekolah. Jam beroperasinya biasanya sekitar 2 – 3 jam, bisa lebih panjang kalau ada anak-anak yang ingin nonton film, karena perpustakaan dilengkapi dengan TV dan DVD player,” tuturnya.
Setelah beberapa waktu turun langsung melayani anak-nak di kampung-kampung, Pak Tidores merasakan manfaatnya. Katanya, masih ada anak-anak yang dijumpai, meski sudah duduk di kelas 4 SD namun belum lancar membaca. Perpustakaan terapung dan pendampingan tersebut sangat membantu anak-anak dalam belajar.
Pak Tidores mengatakan saat ini jumlah bahan bacaan memang sangat kurang. Ke depan ia ingin mengusulkan dalam Musrenbang kampung, agar jumlah buku bisa ditambah serta anak-anak kampung dibuatkan bangunan rumah belajar, agar anak-anak setiap saat bisa membaca, tanpa harus menunggu jadwal kunjungan perpustakaan terapung.
Harapan Pak Tidores sama seperti harapan saya, semoga anak-anak Indonesia menjadi anak-anak yang cerdas. Buku adalah jendela dunia, kegemaran membaca menjadi cara untuk menambah wawasan dan pengetahuan. (YA)
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)