Skip to main content
Categories
Her StoryWoman Talks

Pertanyaan Paling Horror: Kenapa?

Di suatu akhir pekan, seperti biasa saya yang melajang ini menghabiskannya bersama ibu dengan jalan-jalan ke mall. Sorenya ketika pulang, kami berdua naik ke salah satu armada taksi resmi yang kebetulan lewat di lobi. Selama beberapa menit awal perjalanan pembicaraan masih seputar rute jalan yang sebaiknya dilalui atau tidak.

Lalu mendadak pengemudi taksi bertanya pada saya, “Jalan berdua saja dengan ibunya?” Saya yang sudah tahu banget ke arah mana pertanyaan ini menjawab pendek dengan harapan pengemudi akan berhenti bertanya. Tentu saja harapan saya menguap karena seharusnya dari awal sudah bisa melihat kalau pengemudi ini tergolong yang rajin mengobrol. Dan benar saja setelah saya mengiyakan, ia melanjutkan pertanyaan, “Suaminya?”

Saat itu saya tengah malas menghadapi pertanyaan kenapa kok melajang? Dan apa yang harus saya jelaskan ya kepada orang asing? Lah  ibu saya sendiri saja masih tidak tahu kenapa saya memutuskan melajang. Belum lagi nanti jadi panjang urusannya kalau mereka mendadak alih profesi jadi mak comblang. Jadi saya putuskan untuk menjawab, “Oh, suami saya ada di rumah.”

Seharusnya interview basa basi yang basi ini selesai sampai di sini dong? Salah. Dia melanjutkan pertanyaan, “Putranya ada berapa?” Saya menjawab belum punya yang membuatnya bertanya, “Usia ibu berapa?” Kali ini saya ingin tahu nasehat apa gerangan yang akan ia berikan makanya saya jawab, “Usia saya 40 pak.” Dan bener deh, dia melontarkan pertanyaan, “Loh kenapa bu? Sudah usia 40 kenapa belum punya anak?”

Namun apesnya belum lagi saya melanjutkan menjawab eh dari tempat duduk belakang, ibu saya menyamber pembicaraan kami, “Anak saya belum menikah…”

Gagal deh niat saya untuk membuat kisah fiksi mengenai keluarga kecil bahagia  pada pengemudi. Pengemudi akhirnya minta maaf atas pertanyaannya. Dan sudah sepatutnya memang karena menurut saya dia sudah terlalu usil sih. Saya katakan padanya kalau saya malas meladeni pertanyaan orang KENAPA belum menikah. Eh, ternyata dia malah lanjut terus menginterogasi saya.

Tapi dari pembicaraan gak penting itu saya menyadari bahwa memang orang kita itu doyan mencari tahu tentang kehidupan pribadi orang lain. Bahkan ke orang yang belum dikenal sekalipun mereka berasa berhak untuk bertanya lalu menghakimi KENAPA kamu masih melajang di usia begini? KENAPA kamu belum punya anak juga padahal usia sudah lanjut? KENAPA kamu hanya punya satu anak saja? KENAPA anak kamu tidak sekolah di sekolah itu? Dan masih banyak lagi. Seolah mereka sendiri sudah yang paling benar sendiri jalan hidupnya.

Apa tidak terpikir oleh si pengemudi tersebut (pastinya sih enggak ya) jika memang benar saya telah menikah namun kesulitan memiliki anak karena faktor kesehatan? Lalu jika ya apa urusannya sama dia sebagai orang asing yang kemungkinan untuk bertemu lagi itu nyaris tidak ada untuk tahu segala seluk beluk kehidupan pribadi saya?

Saya tidak punya tips manjur untuk menghindari pertanyaan gak penting seperti ini selain menyarankan jujur saja dan kasih kata pemungkas seperti ini bukan urusan bapak/ibu. Yang ini sepertinya bakal saya lakukan lain kali kalau ketemu lagi dengan orang asing yang usil. Atau kalau mau ngibul buatlah skenario yang lengkap, punya pasangan hidup, resmi menikah, punya anak dua, and so on and so on. Karena apapun jawaban kita, pasti mereka yang bertanya akan menemukan celah untuk melontarkan yang satu ini,”KENAPA?”

HOROR.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends