Saat Kehidupan Runtuh, Saatnya untuk Menjalani Hidup yang Baru
- Post AuthorBy Dian Yulia
- Post DateThu Jul 19 2018
Hidup rumah tangga tidak pernah bisa semulus wajah artis Korea, banyak lika-liku tak kadang jurang terjal menanti di hadapan. Suka tidak suka, mau tidak mau harus dihadapi, bersama atau sendiri.
Dalam momen halal bihalal, saya bertemu sahabat lama, Khaila. Ia dulunya adalah aktivis sekolah, punya banyak teman berbagai angkatan, sering terlibat kegiatan sekolah, dan cukup vokal mewakili suara rekan siswa ke hadapan para guru.
Singkat cerita Khaila, saya dan teman segrup lainnya berpisah kota karena ia mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri di luar Jakarta, ingin belajar hidup mandiri katanya. Khaila memang sedari kecil sudah tangguh karena membantu ibunya yang merupakan orangtua tunggal.
Semester pertama akhir saat Khaila pulang ke Jakarta ia mengenalkan sosok laki-laki sahabatnya, namun kedekatan mereka lebih dari itu, kami menduga itu adalah pacarnya. Khaila semasa SMA memang jarang menjalin kasih dengan lawan jenis karena kesibukannya.
Setahun kemudian kami mendengar kabar Khaila menikah dengan sahabatnya itu, sungguh hal yang mengejutkan melihat sepak terjangnya selama ini. Bahkan kabarnya ia cuti kuliah demi membantu suaminya menghidupi anaknya. Kami hanya berkomunikasi sesekali lewat dunia maya, di Facebook kami bertukar cerita. Jujur aku khawatir padanya, tapi Khaila menceritakan bahwa ia baik-baik saja, walau saya dan para sahabat tahu pergulatannya.
Dalam beberapa momen penting kami, Khaila kerap absen. Bisa dimaklumi karena ia beda kota dengan kami. Bahkan dalam pernikahan seorang sahabat, Khaila sampai kami siapkan tiket khusus bersama anaknya yang berumur 3 tahun demi berkumpul bersama. Namun lagi-lagi ia menolak halus karena ia tengah hamil anak kedua. Luar biasa. Di tengah kesibukannya kembali mengejar ketinggalan kuliah dan persiapan tugas akhir, Khaila mengandung kembali.
Dari berbagai status dan ceritanya kami bisa menyimpulkan Khaila nampaknya tidak bahagia dengan suaminya. Bahkan ia pernah tak sengaja bercerita bahwa ia kerap mendapat perlakuan kasar baik fisik maupun mental, hal itu yang membuat Khaila sekarang lebih tertutup dan jadi tidak ceria seperti dulu zaman SMA.
Lima tahun setelahnya kami bisa bertemu lagi dengannya, kala Khaila mendapatkan pekerjaan di ibukota. Sungguh bahagia kami bisa kembali menyapanya. Namun badannya kurus sekali, wajahnya tak lagi seceria dahulu kala. Ia tak hanya bercerita tentang kehidupan kelamnya namun juga berbagai perlakuan tidak menyenangkan yang membuat kami sebagai teman dekatnya ikut geram.
Beberapa hari setelahnya, kami kembali mendapat kabar Khaila diceraikan oleh suaminya, tak ayal karena suaminya main gila lagi dengan perempuan lain. Kali ini suaminya berniat menikahi perempuan itu, dan tak mendapat restu dari orangtua si perempuan jika Khaila belum bercerai dengan suaminya. Walaupun Khaila berusaha kuat namun kami tahu hatinya hancur berantakan, ia sudah mengorbankan masa depannya, kuliahnya tertunda demi cinta buta pada suaminya, bukan perlakuan menyenangkan yang ia terima namun malah air tuba yang didapatkannya.
Khaila memperjuangkan hak asuh anak-anaknya, entah setting-an atau bagaimana, ia tidak dapat hak asuh atas kedua anaknya. Namun ia berhasil menjemput anak sulungnya, akhirnya Khaila terpisah atau bahkan dipisahkan dengan anak bungsunya yang masih berusia setahun kala itu.
Ijin dari suaminya untuk pergi bekerja di Jakarta dengan orang tua Khaila malah mendapatkan balasan kejam tak terhingga, ia diceraikan, suaminya memilih wanita lain, dan dipisahkan oleh anaknya. Berulang kali Khaila berjuang agar bisa berkumpul dengan anak-anaknya, namun alasan yang diberikan pria yang pernah menikahinya itu sungguh tidak masuk akal, ia bilang bahwa, ibunya (sang mertua) butuh hiburan mengasuh anak. Untuk itu anak bungsunya harus tetap bersama neneknya.
Tak lama berselang ia mendapatkan kabar bahwa anak bungsunya tidak bertumbuh dengan sebagaimana mestinya, seolah menyalahkan kenapa Khaila pergi kerja di Jakarta, anak bungsunya belum bisa berbicara, dan ternyata didiagnosa autis dan hiperaktif.
Bukan hanya derita fisik yang ia terima namun juga batinnya sebagai ibu terluka. Ia yang melahirkan dan membawa bayi selama 9 bulan, ia pula yang diklaim sebagai ibu durhaka karena meninggalkan anaknya, ia mendapatkan fitnah dan tuduhan tidak menyenangkan dari berbagai pihak yang merasa dirinya paling benar dan mulia.
Daripada bergelimang tangis dan penyesalan tak berkesudahan, Khaila memilih fokus bekerja, membesarkan anak sulungnya dengan sekuat tenaga. Memberikannya kehidupan yang layak walau sudah tak utuh sebagai keluarga. Karir Khaila terbilang sukses, ia dipercaya atasannya untuk mengerjakan beberapa proyek. Hingga akhirnya Khaila menikah lagi dengan sahabat sekolahnya yang juga kami kenal.
Kehidupannya memang tak semulus wajah artis Korea. Namun Khaila tetap tabah dan senantiasa ceria di depan kami. Kebahagiaan tampaknya hadir kembali ke kehidupannya, memberikannya warna setelah berduka sekian lama.
Kabar terbaru terdengar, Khaila menjalankan bisnis online bersama suaminya. Ia membangun keluarga kecil dan terlihat kompak serta bahagia bersama pasangannya. Khaila pun lebih aktif dalam berbagai kegiatan sosial, dan forum silaturahmi lainnya.
Dalam acara halal bihalal kemarin, Khaila bercerita bahwa ia sudah berkumpul bersama anak bungsunya. Anak Berkebutuhan Khusus yang dulu diklaim ditinggalkan oleh ibunya, kini kembali diserahkan kepada ibu Kandungnya. Tak ayal karena pihak mantan suami, bahkan nenek yang semula mengklaim ingin mengasuhnya, sudah tak sanggup mengurusnya lagi.
Saya cukup kaget mengetahui hubungannya dan mantan suaminya bisa baik-baik saja tanpa prahara. Khaila hanya tersenyum dan berkata, “Sekarang mau ributin apa? Sudah punya hidup masing-masing. Fokus ke anak-anak ajalah. Ngapain ngeributin yang nggak penting.”
Khaila sudah kembali tegar dan menjadi Khaila yang dulu saya kenal. Ia adalah wanita hebat, dengan kisah hidupnya. Bahkan mendapatkan pasangan yang selalu mendukungnya untuk kebaikan juga adalah hadiah bagi perjuangannya selama ini.
Dari kisahnya saya percaya, bahwa Tuhan itu Maha Adil. Ia takkan mengambil sesuatu jika tidak menggantinya dengan lebih baik. CobaanNya pun hanyalah jalan untuk membuat hambaNya terus mengingatNya. Melihat dan mendengar kisahnya membuat saya lebih bersyukur dengan kehidupan yang saya miliki. Bahwa setiap manusia mempunyai beban dan cobaannya sendiri. Tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya, karena kita belum tentu kuat memikulnya.**
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)