Saat Muslimah Belajar Agama Buddha
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateMon Sep 04 2017
Erna Gunawan
Foto di bawah ini adalah saya di antara umat Buddha di sebuah vihara. Saya satu-satunya orang Islam di sana (dan berjilbab) saat itu.
Bersyukur, saya diperkenankan belajar agama Buddha dari para pendeta dan Bhante. Dan sebuah kehormatan bagi saya, diizinkan memasuki dhamasalla.
Saya belajar tentang karma, meditasi dan bagaimana menebar metta –cinta kasih tanpa batas, hingga belajar mendaraskan kitab dalam Bahasa Pali.
Walhasil, setelah belajar agama Buddha, saya sempat memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian. Dan secara kebetulan, saya tidak happy dengan segala sesuatu yang ‘berdarah-darah’. Walau pada akhirnya, saya berhenti menjadi vegetarian.
Saat belajar agama Buddha, saya baru paham, bahwa semua ummat Buddha diajarkan untuk tidak membunuh apa pun, bahkan seekor semut sekalipun. Mereka diajarkan untuk menatap siapa pun dan binatang pun dengan metta seraya berkata, “Sabbe satta, bhavantu sukhitatta”, semoga semua makhluk berbahagia.
Saya sempat belajar sebagian kecil kitab agama Buddha, Dhammapada. Kitab yang sarat dengan kebijaksanaan luar biasa, filosofi hidup yang teramat dalam. Bagaimana memperlakukan diri sendiri dan orang lain, serta alam raya serta isinya.
Ada hal yang aneh dalam hemat saya dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Tragedi yang terjadi di Myanmar, ada yang menariknya kepada soal Islam dan Buddha.
Ajaran tetaplah ajaran, sungguh berbeda dengan sosok yang mengaku sebagai umatnya. Yang terkadang, antara ajaran yang telah diterima oleh seseorang dengan praktiknya, jauh panggang dari api.
Tak seorang pun diperkenankan membunuh manusia. Membunuhnya berarti telah melukai kemanusiaan. Melukai semesta. Kita pantas mengutuk pada penghilangan nyawa dan penyiksaan kepada orang-orang Rohingya. Kita juga pantas memberikan bantuan sebatas kemampuan kita, minimal dengan rasa empati dan do’a. Mendorong pemerintah memiliki peran signfikan agar tragedi ini lekas berakhir.
Namun kita juga perlu berpikir jernih atas tragedi yang terjadi. Belajar untuk menahan diri berkomentar dan menyebarkan berita yang sesungguhnya tidak kita mengerti dan ranah yang tidak kita kuasai.
- Post Tags#buddha#buddhisme#muslim
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)