Skip to main content
Categories
BeritaInspirasiMedia Sosial

Seleb Medsos Berpotensi Alami Gangguan Kejiwaan

Panas Kota Jakarta yang menyengat di awal September hampir membuat saya ‘gila’ kemarin. Namun tak membuat saya membatalkan janji dengan Dr. Astri Parawita Ayu, psikiater yang fokus pada masalah adiksi (kecanduan).

Ditemui di ruang kerjanya di Ruang Kelompok Studi Kedokteran Adiksi, Fakultas Kedokteran Atma Jaya kemarin (6/9/2017), perempuan muda yang mengambil S3-nya di Radboud Universiteit, Belanda ini dengan ramah menjawab berbagai pertanyaan saya pada persoalan masalah kejiwaan dan adiksi.

Pertanyaan saya awali dengan apa yang mendorongnya menjadi psikiater?

“Awalnya saya berkuliah di Fakultas Kedokteran di sini. Lalu setelah lulus yang membuat saya tertarik melanjutkan mengambil S2 psikiatri adalah karena saya tak ingin hanya seperti menyembuhkan penyakit saja, tapi yang penting adalah ‘menyembuhkan’ manusianya dari mental illness.

Dari data yang diketahui peranperempuan.id jumlah psikiater di Indonesia hanya berjumlah 773 dari 250 juta lebih penduduk. Perbandingannya 1:323.000. Padahal rasio terbaik menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) adalah 1 : 30 ribu.

Selain kurangnya psikiater di Indonesia, penyebarannya juga tidak merata. Dari 773 psikiater, 70 persen ada di Pulau Jawa. Bahkan di Jakarta ada sekitar 250 orang.

“Dan masih sedikit yang mengambil spesialisasi pada masalah gangguan kejiwaan akibat adiksi.”

Apa sih yang diserang oleh narkoba di dalam otak, sehingga seseorang bisa kecanduan?

Neural reward system-nya, atau saya sebut sebagai ‘pusat rasa senang.’ Jadi pusat rasa senang di otak sudah dirusak oleh NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) sehingga seseorang yang menggunakan ‘drugs’ merasa bahwa itulah yang membuatnya senang. Yang paling merusak otak itu shabu-shabu. Zat itu membuat penggunanya merasa aktif dan bersemangat. Sebaliknya jika seorang pecandu shabu-shabu menghentikan penggunaannya, akan berdampak pada suasana perasaan (mood) yang labil, tidak nyaman dan sedih.”

“Itu salah satu faktor yang mebuat orang menjadi pecandu, faktor lainnya adalah pada genetiknya (bawaan).”

“Menurut saya masalah kecanduan itu merupakan sebuah penyakit. Jadi saya kurang setuju apabila para pecandu narkoba hanya berurusan dengan persoalan hukum. Betul memang mereka melanggar hukum, itu urusan aparat penegak hukum. Tapi di samping itu kecanduan merupakan salah satu penyakit kejiwaan. Jadi stop melakukan stigma bahwa pecandu narkoba adalah seorang kriminal.”

“Kecanduan sebagai penyakit kejiwaan bukan saja karena narkoba. Kecanduan games, kecanduan judi, kecanduan internet, atau jenis perilaku lain juga bisa disebut sebagai penyakit kecanduan apabila sudah mengganggu kehidupannya.”

Menarik sekali, soal ‘kecanduan internet’ yang disebut bu dokter ini. Pikiran saya langsung melompat ke para seleb medsos dewasa ini. Bahkan melalui aktivitas di media sosialnya seorang seleb medsos mampu meraih pundi-pundi yang besar sebagai mata pencaharian utamanya. Beberapa dari seleb medsos (baik di FB, Instagram, atau lainnya) memang kerap menunjukan perilaku-perilaku yang cenderung kontroversial, bahkan ada yang meresahkan publik.

Jadi para seleb medsos itu berpotensi mengalami gangguan kejiwaan adiksi ya dok?

“Ya bisa saja. Apalagi kalau sampai taraf menggantungkan kehidupannya pada media sosial.”

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends