Suami Kecanduan Judi, Harus Bagaimana?
- Post AuthorBy Autami
- Post DateSat Feb 03 2018
Sebut saja Nina (26), yang setelah menikah baru mengetahui kalau suaminya doyan main judi kartu. Suatu kali Nina mendapatinya suaminya sedang bergumul main kartu. Hingga berapa hari kemudian, Nina belum paham jika main kartu bukanlah cuma main kartu, ternyata tidak seru kalau tidak pakai uang.
Nina akhirnya tahu suaminya suka main kartu pakai uang. Bertaruh uang. Judi kartu.
Semenjak itu pernikahannya sulit utuh kembali karena sang suami semakin sering kedapatan main judi. Namun Nina ingat kata semua orang, bahwa pernikahan tidak pernah sukses secara instan.
Maka Nina memahami kelakuan minus suaminya setelah sebelumnya dia dengan berbesar hati menerima kenyataan bahwa kelakuan buruk suaminya itu harus ada di dalam ikatan rumah tangga mereka yang suci. Suami gue tukang judi. Oke, itu kenyataan yang harus gue terima. Sekarang apa?
Yang pertama kali terpikir oleh Nina adalah dia harus mengubah suaminya. Doa, nasihat, nasihat, nasihat. Tidak mempan.
Nina mencari penyebab suaminya suka judi. Teman-temannya dan lingkungan yang buruk? Nina mulai protektif. Suami malah jadi sering bohong. Banyak pertengkaran yang kemudian diwarnai oleh kekerasan, Nina dipukul.
Sedikit insiden rupanya mampu mengungkung sang suami untuk tidak balik ke tempat judi. Nina yang merasa tidak tahan lagi, ngamuk di tempat judi tersebut hingga suaminya malu datang kembali ke sana.
Namun, benar kata orang, judi membuat kecanduan. Tidak judi kartu, ada judi online.
Dua bulan Nina tidak menerima gaji utuh. Nina memilih untuk tidak marah kali ini, tapi, mendengarkan. Akhirnya suami mengaku main judi online.
Harus bagaimana lagi ini? Nina sudah nyaris angkat tangan.
Bila bercerai, Nina tidak sanggup menanggung luka yang terjadi setelahnya. Belum lagi cibiran sana-sini. Lagipula dalam hati, Nina masih optimis semua ini bisa berubah.
Jalan satu-satunya, jika ingin pernikahan tetap utuh, Nina mencoba memaafkan. Ingat resep dari orang-orang bahwa pernikahan adalah tentang forgive and forget.
Nina sedang berusaha memperbaiki diri, saat ini. Siapa tahu kalau dia baik, melayani suami dengan benar dan tidak gampang marah-marah, suami akan betah di rumah. Dari kondisi ekonomi pun Nina mulai usaha kecil-kecilan.
Nina hanya ingin rumah tangganya baik-baik saja dan dia ingin berjuang maksimal untuk itu. Jika suatu saat usahanya kurang berhasil, paling tidak, Nina sudah melakukan yang sebaiknya dilakukan. Ia berharap tidak akan pernah menyesal sudah memaafkan suaminya.
Nina berpegang teguh pada nasihat seorang teman, “Jadikanlah cerai sebagai pilihan terakhir ketika keadaan sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Berusahalah, bersabarlah termasuk dalam urusan doa. Jika Allah menghendaki dia berubah jadi baik, maka terjadilah, mungkin berkat doamu dan sabarmu.”
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)