Suara Hati Anak Yatim Piatu yang Tak Pernah Kita Tau
- Post AuthorBy Esther Soedarsono
- Post DateSat Jun 16 2018
Menjelang lebaran, banyak kegiatan bersama anak-anak panti asuhan digelar. Kemarin saya berkesempatan bicara dari hati ke hati dengan seorang yang dibesarkan di panti asuhan. Perasaannya, sudut pandangnya sebagai yatim piatu memberikan persepsi yang berbeda. Katakanlah namanya Joko.
Saya: “Kemarin famili saya mengadakan acara buka puasa bersama anak-anak panti asuhan di rumah sepupu saya, bagaimana pendapat mas Joko?”
Joko: (menghela nafas panjang…)
“Diundang ke rumah orang untuk mendapat santunan itu rasanya seperti dikasih lihat, ini lho kehidupan kami, keluarga kami lengkap, ada bapaknya, ada ibunya. Kalau sudah terima sedekah, kita dipulangkan ke panti yang nggak seindah dan semegah rumah orang tadi. Di panti hanya ada para pengasuh, yang bukan orang tua kita. Tapi setidaknya kita habis dikasih tau seperti apa rumah orang dengan keluarga yang lengkap, ada bapaknya, ada ibunya, ada makanan, ada kebahagiaan.
Tinggal di panti asuhan itu takut. Takut nggak makan, takut dipindahkan, takut berpisah dengan anak lain, takut dijual, takut dibuang. Kayak saya dulu dibuang di pinggir jalan.
Anak-anak yatim piatu butuh tempat yang aman, perlu punya keluarga. Diajak ke rumah dengan keluarga lengkap, lalu dipulangkan ke panti asuhan itu menyakitkan hati. Rasanya seperti digodain, dikasih lihat kemewahan sebuah keluarga lengkap, lalu dipulangkan ke kenyataan, bahwa kita anak yatim piatu, mereka nggak mau adopsi. Mereka cuma mau kasih lihat, seperti apa tinggal di rumah dengan keluarga.”
Saya menghela napas. Tidak pernah terpikir, bahwa niat baik kita justru menyakiti hati anak-anak yatim piatu.
Saya: “Bagaimana baiknya memperlakukan anak yatim piatu?”
Joko: “Adopsi. Pemerintah harus memfasilitasi sistim adopsi dan menutup sistim panti asuhan. Mereka butuh orang tua. Mereka bukan kambing yang diajak jalan-jalan, makan-makan lalu dipulangkan kembali ke kandang.”
Pernahkah anda menanyakan pendapat dan impian-impian anak panti asuhan yang anda santuni?
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)