Surat Terbuka untuk Hanum Rais Tentang Kasus Ratna Sarumpaet
- Post AuthorBy Margaretha Diana
- Post DateThu Oct 04 2018
Mbak, sebagai seorang perempuan, sesungguhnya saya malu, malu-semalu-malunya, ngeliat omongan mbaknya, dalam menanggapi kasus Ratna Sarumpaet, yang sedang bermain drama. Drama yang entah bagaimana ceritanya, kok bisa dipercaya sekian banyak orang, padahal itu hoax belaka.
Mbak, apa mbak lupa, kalau Ratna Sarumpaet ini adalah seorang pemain teater, yang pasti paham bagaimana memainkan peran? Walau ya, mungkin sekarang panggung-panggung teater enggan memakainya untuk ikut berperan, karena toh nyatanya ia lebih banyak berperan di atas panggung politik dengan cara ngawur, ketimbang mengurusi dunia teater tanah air, yang semakin lama semakin mejen.
Atau mbak memang pura-pura bodoh, atau bahkan memang sengaja membodohkan diri, menutup mata atas kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet, hingga dengan mudahnya menganggap apa yang dikatakan Ratna Sarumpaet mengenai penganiayaan itu benar belaka
Atau jangan-jangan mbaknya juga sedang ikut-ikutan beradu acting dengan Ratna Sarumpaet, lalu supaya lebih meyakinkan, mbaknya membawa serta nama Cut Nyak Dien, disandingkan dengan Ratna Sarumpaet.
Please deh, Cut Nyak Dien, boro-boro mikirin oplas keleus, mikirin negerinya, gimana supaya lepas dari penjajahan lah iya. Ha ini, Ratna Sarumpaet, malah menjerumuskan negeriny, ke dalam ‘penjajahan’ hoax. Kalau sudah gitu, apa miripnya mereka berdua?
Mbok kalau ngomong dipikir ae, dikit aja, kok kaya ngga pernah makan bangku sekolahan aja to mbak, pakai nyamain Cut Nyak Dien dengan Ratna Sarumpaet.
Tapi kayaknya mbaknya memang malas mikir yak, atau ngga kapok pake analogi asplak alias asal njeplak?
La piye, nyatanya habis itu, mbaknya malah sibuk menyamakan diri dengan Rasulullah, yang meminta maaf kepada masyarakat, saat Aisyah RA menjadi korban hoax. Walau mbaknya memakai analogi nggak sekuku putihnya acan atas Rasulullah, toh tetap saja mbaknya menyamakan diri dengan Rasulullah, yang meminta maaf atas hoax yang menimpa Aisyah RA.
Yo beda ndes, bedaaaa
Rasulullah meminta maaf, kepada masyarakat, tapi beliau ndak ikut menyebarkan hoax yang dikatakan oleh Abdullah bin Ubay atas Aisyah RA. La ini, mbaknya ikut nyebarin hoax gitu og, ke masyarakat, kalau gitu, ya bener kata kang Akhmad Salah, kalau mbaknya justru sama dengan Abdullah bin Ubay, sang penyebar hoax, yang juga gembong munafikun.
Mbok ya, kalau memang salah, minta maaf itu lo, nngga usah pakai acara ngeles, mencari pembenaran, dengan cara menganalogikan peristiwa lain, dengan apa yang sudah sampeyan lakukan. Kalau sudah begitu, ngeles kanan kiri kaya bajaj, ya sama saja minta maafnya sampeyan ke masyarakat, ngga ikhlas namanya mbak.
Lucunya lagi, sampeyan itu dokter, dan katanya sempet ngecek langsung wajah Ratna Sarumpaet, tapi kok ya, ngga bisa bedain sih, ngga mudeng sih, itu luka sayatan sengaja disayat pakai pisau operasi, sama lebam bin luka sayatan akibat dianiaya?
Ya masio sampeyan ini dokter gigi, ndak mungkin kan, ndak belajar tentang hal ini? Hawong setahu saya, masio dokter gigi itu ya kuliahnya beda jalur dengan dokter umum, tapi kan justru jauh lebih spesifik, belajar mengenai kontur wajah manusia, karena bukan hanya gigi itu penyangga utama, kontur wajah, tapi juga perkara gigi ini, biasanya menjadi catatan khusus untuk pekerjaan forensic.
Saran saya ya mbak, sebagai emak-emak yang taunya cuma ngulek sambel di cowek, juga sebagai sesama perempuan, mbok sebaiknya sampeyan lebih baik focus sajalah, di profesi sebagai dokter gigi. Ndak usahlah ikut-ikutan adu acting di panggung politik, kalau cuma jadi ajang tertawaan atas kekonyolan belaka.
Mbok itu, kaya bu Susi, bu Sri Mulyani, atau ibuk-ibuk menteri lainnya itu loh, yang lebih banyak bekerja, timbang berbicara asal njeplak belaka.
Bisa mbak?
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)