Tinggalin, Cari Orang Lain Saja
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateWed Aug 02 2017
Oleh: Rumah Kayu
“Tinggalin, putar balik, jangan dekat-dekat, jangan komunikasi lagi. Kau akan menghabiskan waktu sia- sia. Cari orang lain saja….”
Nasihat semacam itu sudah beberapa kali kuberikan pada beberapa orang berbeda (baca: beberapa gadis lajang yang sudah cukup umur dan secara mental sudah ingin dan siap menikah) yang curhat padaku.
Topik curhatnya apalagi kalau bukan urusan cinta.
Dan tahun berganti tapi cerita cinta rupanya klasik. Tokoh-tokohnyaberbeda, namun kisahnya kira- kira sama.
Salah satunya adalah tentang lelaki yang dari beragam kriteria bikin si gadis yang curhat itu jatuh cinta. Cukup ganteng, pendidikan baik, pekerjaan (dan penghasilan) bagus, sikapnya santun, ibadahnya juga baik dsb. dsb. (kira-kira begitu deh isi daftarnya). Dan selama ini juga sudah jalan, dekat, pacaran, apapun istilahnya, tapi intinya membuat si gadis berharap untuk bisa membangun rumah tangga bersamanya. Namun, lelaki tersebut rupanya mundur maju tak seyakin itu untuk membuat keputusan menikahi gadis tersebut.
Well, kedengarannya sadis, tapi jika aku yang ditanya, jawabanku seperti yang kutuliskan di baris pertama status ini.
Segampang itu?
Ehhh, itu nggak gampang. Membuat keputusan semacam itu bisa jadi akan membuat si gadis masuk ke dalam periode patah hati dan nangis- nangis parah. Baik diam-diam ketika tak tertahan di tempat umum air mata mengalir maupun membuat bantal berbercak basah akibat banjir air mata menjelang tidur. Tapi ya walau nggak gampang, menurutku sih itulah cara yang perlu diambil.
Lalu pertanyaan berikutnya, memang iya gitu, apa yang sudah dijalani dan diperjuangkan dalam hitungan bulan atau tahun itu layak ditinggal begitu saja, balik badan saja? Tidak patutkah itu diperjuangkan lagi? Siapa tau si lelaki berubah pikiran?
Hmmm, begini.
Jika lelaki itu cukup menghargai dan mencintai si gadis tanpa syarat, sikapnya tak akan nggak jelas begitu. Dia akan memberikan janjinya dengan gambaran tertentu yang akan berusaha ditepatinya. Misalnya: saya selesaikan dulu kuliah S2 saya, setelah saya lulus saya akan minta orang tua saya datang melamarmu (ini contoh, alasannya bisa beragam lagi tapi alasannya logis, tenggat waktunya jelas).
Hati- hati jika sejak awal si lelaki itu tidak tampak membuat rencana- rencana macam ini dan inisiatif pembicaraan dan rencana- rencana tentang pernikahan semata datang dari pihak perempuan. Mungkin ada perkecualian, tapi most of the time, bisa jadi lelaki itu memang tidak yakin ingin menikah dengan si gadis.
Lalu, kenapa mesti balik badan hard stop sampai putus komunikasi segala? Temenan kan bisa….
… kan… kan….
Nggak.It won’t work.Nggak bisa temenan sama lelaki yang (tadinya) diharapkan akan menikahi padahal PHP -pemberi harapan palsu-. Justru sebab ada rasa cinta dan ketertarikan itu. Makin mbulet dekat-dekat dia terus, makin akan terhalang mata dan hati untuk bisa melihat bahwa lelaki keren di dunia bukan cuma dia, tapi masih ada lagi yang lain.
Yang pertama yang harus dilakukan setelah balik badan adalah menata diri. Stop menyalahkan diri sendiri. Yakinkan diri bahwa kegagalan harapan (atau rencana) untuk menikah itu bukan semata salah si gadis. Bukan karena si gadis kurang ini kurang itu. Bukan. Tapi memang lelaki itu nggak benar-benar cocok aja. Atau, lelakinya memang rada dodol, menikmati hubungan yang sebetulnya sejak awal dia tahu tak akan berujung di pelaminan, tapi si gadis cukup keren dan menyenangkan untuk diajak ngobrol atau jalan ke mana-mana, tapi dengan pertimbangan atau alasan tertentu tak ingin diperistrinya.
BTW, jangan lupa ya, bilang sekalian sama lelakinya itu untuk tidak usah dekat-dekat lagi, jangan menghubungi lagi, sebab dia akan menutupi jalan jika dia dekat-dekat terus.
Dan oh ya, bilang satu lagi, belajarlah etika, jika dia tidak berniat untuk menikahi si gadis sementara tahu si gadis menaruh harapan, lelaki yang benar- benar baik sudah akan jauh-jauh hari menjauh, menjaga agar si gadis tidak sakit hati. Kalau dia tidak menjauh, artinya dia cukup egois untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan pihak lain. Nggak asyik, ah. Ngapain nikah sama laki-laki model gini? 🙂
Salam hangat untuk para gadis baik, manis, tulus yang punya pengalaman macam ini dan sedang berusaha menata diri. Percayalah, kegagalan ini bukan karena kualitas kalian buruk. Tapi kualitas kalian kalau dipadukan dengan kualitas lelaki itu mungkin tidak menghasilkan kombinasi yang cocok. Pernikahan itu komitmen jangka panjang lho, jadi carilah seseorang yang secara natural bisa cocok dengan kita tanpa kita (maupun dia) terlalu banyak makan hati.
Gitu…, gitu yaa?
Ayo semangat. Dan eh, last but not least, jangan lupa terus berdoa lho yaaa.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)