Skip to main content
Categories
Her Story

Tips Ampuh Menghadapi Emak Nyinyir

Saya mencoba iseng mencari makna dari nyinyir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti mengulang-ulang perintah atau permintaan;nyenyeh;cerewet. Dalam hal ini, saya yakin semua orang pernah mengalami pengalaman tak mengenakkan soal kata tersebut.

Nyinyir mungkin sudah menjadi bagian budaya masyarakat kita khususnya para emak. Jika Jepang dan Amerika Serikat memiliki CCTV canggih maka Indonesia pun tak kalah sama. Hanya saja CCTV Indonesia lebih seram alias bisa menambah atau memotong adegan yang sebenarnya. Bisa jadi, para emak yang suka nyinyir bakal membakar api dalam sekam. Bukk! Habis deh terbakar.

Segala hal yang kita lakukan tentu menjadi bahan perbincangan mereka dari soal keluarga, penampilan bahkan hal sepele pun. Rasa ingin tahu pada kehidupan orang lain lebih tinggi dibanding mengurusi diri sendiri. Aneh, ya? Saya pun pernah mengalami hal serupa saat memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

“Di, kamu tuh masih muda loh masa nggak mau kerja lagi. Eman rek!” katanya meremehkan.

“Hehehe, ingin menikmati masa menyenangkan bersama anak, Bu. Maklum ibu baru,” sahut saya kalem.

Heleh, ntar juga bosan duluan. Perempuan itu nggak boleh cuma menggantungkan hidup dari laki-laki!”

Hmmmm. Sabar, Di, sabar! Keinginan terbesar dalam hidup saya adalah menjalani kehidupan rumah tangga yang seimbang dengan passion yang saya sukai. Hal itu pula yang mendorong saya resign dari kantor dan mencoba hal-hal baru. Saya juga pernah mencoba berdagang online meski tidak begitu berhasil hingga menumpuknya barang dagangan di gudang.

“Lah, Si Di dulu katanya jadi juara loh di sekolah. Eh, sekarang malah nganggur dan cuma dagang daster emak-emak. Semua orang juga bisa dagang kali tanpa sekolah pintar pun.”

Giliran saya mengembangkan hobi menulis hingga memiliki penghasilan lumayan dari seorang freelance writer, masih dinyinyirin juga.

“Enak ya, Di, kamu bisa dapat duit tiap bulan tanpa harus banting tulang kayak aku. Lihat nih! Aku kerja pagi sampai sore, nggak bisa menemani anak tiap hari, uangnya pas melulu.”

Hadeh! Saya cuma nyengir doang. Nggak tahu harus merespon gimana perkataan mereka tentang kehidupan orang lain yang dipandang lebih baik. Mereka nggak tahu saja bagaimana proses panjang yang harus saya lalui setiap hari. Misalnya saat saya harus mendapatkan email revisi dan dituntut balik dalam hitungan jam atau bagaimana saya mengerjakan pesanan artikel dengan kondisi terkantuk-kantuk tengah malam.

Aih! Mereka tidak akan mengerti karena hanya melihat segala sesuatu dari hasil bukan proses berdarah yang patut dilalui. Semua orang lebih suka memandang kehidupan orang lain dan membandingkan dengan kehidupan diri sendiri. Sulit bagi orang-orang yang masih iri dengan kehidupan orang lain untuk memiliki jiwa yang besar. Mereka cenderung membayangkan andai memiliki kehidupan atau kebahagiaan yang sama dengan orang lain meski ternyata kehidupan orang lain pun tak seindah bayangan. Semua orang memiliki masalah dan kadar kebahagiaan sendiri-sendiri. Jangan asal samakan aja!

Kini, saya sudah lebih kebal menghadapi emak nyinyir atau pandangan nyleneh mereka terhadap kehidupan saya. Ngapain juga peduli terhadap pendapat orang lain yang belum tentu benar, bukan? Saya selalu menekankan pada diri sendiri untuk mencintai apa yang saya lakukan selama hal itu tidak mengganggu orang lain. Buat apa mematuhi standar yang diciptakan orang lain kalau hal itu membuat kita tidak nyaman? Ya, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah menciptakan standar sendiri.

Para emak tidak akan pernah berhenti mengomentari hidup kita selama nafas masih berhembus. Kodrat, mungkin saja. Kodrat yang didukung oleh kondisi lingkungan. Mungkin jika para emak tersebut memiliki kegiatan lebih produktif bakal hilang sikap nyinyir yang kurang kerjaan itu. Kalau masih lanjut ya mungkin emang udah dari sono.

“Ah, emak yang melahirkan secara normal lebih baik dibanding emak caesar.”

“Ah, emak yang berada di rumah sepenuhnya lebih sempurna dibanding emak pekerja.”

“Ah…”

“Ah…”

Bahkan ‘ah’ yang itu pun bisa menjadi bahan obrolan para emak nyinyir. Trus gimana dong menghadapinya? Abaikan saja dan stay cool toh mereka bakal lelah sendiri. Daripada terpancing emosi dan marah-marah yang jelas bakal merugikan diri sendiri, mending cuekin saja. Kalau masih nggak betah juga, bawa headset ke mana-mana dan putar lagu yang easy listening di telinga. Gimana? Mau coba?




Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends